Misteri Hepatitis pada Anak Mulai Terkuak
Penelitian terbaru menemukan, AAV2, anggota keluarga parvovirus, ditemukan dalam darah dan hati pasien anak yang mengalami hepatitis akut. Temuan ini memberi sedikit titik terang mengenai hepatitis misterius pada anak.

Pelajar sedang minum dengan sedotan dari kemasan kantong plastik di Jalan Basuki Rachmat, Jakarta Timur, Selasa (17/5/2022).
Di tengah kembali meningkatnya kasus Covid-19 dan ancaman penyebaran cacar monyet, penyakit hepatitis misterius pada anak juga masih meluas. Sekalipun penyebab hepatitis akut yang mematikan ini belum sepenuhnya terpecahkan, riset terbaru menemukan titik terang dengan keterlibatan virus AAV2.
Laporan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada 8 Juli 2022 menyebutkan, lebih dari 1.010 kasus terduga hepatitis misterius pada anak telah dilaporkan di 35 negara di lima wilayah di dunia. Di antara kasus yang dilaporkan ini, sebanyak 22 anak meninggal dunia.
Hampir dari setengah kasus ini dilaporkan di Eropa, dengan 21 negara telah mendaftarkan total 484 kasus. Jumlah ini diikuti 334 kasus di Amerika Serikat, mewakili sepertiga dari kasus di seluruh dunia.
”Sejak laporan sebelumnya diterbitkan pada 24 Juni 2022, sebanyak 90 kasus baru dan empat kematian tambahan telah dilaporkan ke WHO. Selain itu, dua negara baru, Luksemburg dan Kosta Rika, telah melaporkan kemungkinan kasus,” tulis laporan WHO ini.
Di tengah meluasnya sebaran kasus hepatitis pada anak ini, penyebab pastinya masih menjadi misteri, termasuk kemungkinan kaitannya dengan Covid-19. Namun, baru-baru ini, dua penelitian di Skotlandia dan London mulai menemukan sedikit titik terang. Mereka melaporkan telah menemukan koinfeksi dua virus umum yang diduga menjadi penyebabnya.
Kedua tim juga mengesampingkan infeksi SARS-CoV-2 baru-baru ini atau sebelumnya sebagai penyebab langsung karena tidak ada virus korona yang ditemukan di hati pasien.
Dikirim ke MedRxiv sebagai pracetak, kedua studi menemukan bahwa virus umum AAV2 (virus terkait adeno 2) ada pada tingkat tinggi di semua sampel dari pasien dengan hepatitis yang tidak dapat dijelaskan ini. Virus, yang biasanya tidak diketahui menyebabkan penyakit dan sering menyertai infeksi adenovirus, itu telah ditemukan oleh para ilmuwan terkait dengan perkembangan hepatitis akut pada sejumlah kecil anak kecil.
Kedua penelitian tersebut dilakukan secara terpisah dan simultan. Satu penelitian memeriksa kasus-kasus dari Skotlandia oleh MRC-University of Glasgow Center for Virus Research (CVR) dan Royal Hospital for Children di Glasgow, bekerja sama dengan Public Health Scotland dan ISARIC (International Severe Acute Respiratory and Emerging Infections Consortium), Karakterisasi Klinis WHO Protokol Inggris (CCP-UK). Sementara studi kasus kedua dari keempat negara Inggris di Great Ormond Street Hospital dan UCL Great Ormond Street Institute of Child Health (UCL GOS ICH), dalam kemitraan dengan Badan Keamanan Kesehatan Inggris.

Anak-anak dengan kondisi hepatitis yang ditemukan di Inggris dan Skotlandia biasanya harus dirawat di rumah sakit selama beberapa hari. Sebanyak 11 anak di Inggris dan satu di Skotlandia membutuhkan transplantasi hati. Di Inggris, mayoritas dari 268 kasus terjadi di bawah usia lima tahun dengan hampir 40 persen kasus rawat inap (74 dari 189) memerlukan perawatan intensif.
Sebelumnya, pejabat kesehatan berpikir bahwa lonjakan infeksi adenovirus pada musim semi 2022—hingga sekarang virus yang paling umum ditemukan dalam sampel dari anak-anak yang terkena—mungkin menjadi bagian dari penjelasan untuk lonjakan kasus hepatitis ini. Namun, dua studi baru ini menjelaskan pada virus lain yang tampaknya memainkan peran penting.
Virus AAV2
Para peneliti di dua tim menemukan bahwa AAV2, yang tidak dapat mereplikasi tanpa virus ”penolong” seperti adenovirus atau virus herpes, terdapat pada 96 persen kasus hepatitis yang tidak diketahui yang diperiksa di kedua penelitian.
Oleh karena itu, para peneliti percaya bahwa koinfeksi dengan dua virus—AAV2 dan adenovirus, atau lebih jarang virus herpes HHV6 (yang juga telah ditemukan dalam sampel dari beberapa pasien)—bisa memberikan penjelasan terbaik untuk timbulnya penyakit hati yang parah pada pasien anak-anak.

”Kehadiran virus AAV2 dikaitkan dengan hepatitis yang tidak dapat dijelaskan pada anak-anak,” kata ahli penyakit menular Emma Thomson dari University of Glasgow, yang memimpin kajian di Skotlandia, dalam keterangan tertulis yang dirilis Glasgow University.
Sekalipun ditemukan di sebagian besar kasus, Thomson mengingatkan bahwa belum pasti apakah AAV2 menyebabkan penyakit atau lebih merupakan biomarker untuk infeksi adenovirus yang mendasari dan lebih sulit dideteksi, tetapi merupakan patogen utama.
Seperti diketahui, AAV2 bukan kelompok adenovirus, melainkan anggota keluarga parvovirus. Para peneliti menemukan virus pada tingkat yang sangat tinggi dalam darah dan hati pasien yang dijadikan sampel, dan juga ditemukan bereplikasi di hati. Sebaliknya, AAV2 tidak ada atau hanya ada dalam kadar yang sangat rendah dalam darah dan hati dari kelompok kontrol anak-anak yang tidak menderita hepatitis akut.
Kaitan dengan Covid-19
Kedua penelitian ini mengamati pasien yang tertular hepatitis dan mereka yang tidak. Mereka menemukan bahwa AAV2 sebagian besar hadir pada mereka yang menderita penyakit, dan tidak ditemukan pada anak-anak yang tidak tertular hepatitis.
Baca juga: Daerah Mewaspadai Hepatitis Akut Anak
Studi di Skotlandia lebih lanjut menguji gen anak-anak yang sakit dan yang tidak, mengasah perbedaan dalam antigen leukosit manusia mereka yang mungkin menjelaskan mengapa beberapa lebih rentan daripada yang lain.
Kedua tim juga mengesampingkan infeksi SARS-CoV-2 baru-baru ini atau sebelumnya sebagai penyebab langsung karena tidak ada virus korona yang ditemukan di hati pasien. Sekalipun demikian, penelitian di Skotlandia menemukan bahwa dua pertiga pasien memiliki antibodi terhadap virus korona, angka itu mirip dengan prevalensi populasi keseluruhan di antara anak-anak pada waktu itu.
Tidak jelas mengapa kasus hepatitis melonjak baru-baru ini, tetapi kedua tim menggarisbawahi kemungkinan bahwa karantina selama pandemi dapat berkontribusi, baik dengan menurunkan kekebalan pada anak-anak atau dengan mengubah pola sirkulasi virus.

Sejumlah siswa SD di Kendari, Sultra, membeli makanan di kantin dekat sekolah tanpa pengawasan ketat, Selasa (10/5/2022) .
Ema Thomson mengatakan, ”Virus AAV2 hanya dapat bereplikasi dengan adanya virus lain (biasanya adenovirus). AAV2 dapat menyebabkan penyakit itu sendiri atau mungkin merupakan biomarker yang berguna untuk infeksi adenovirus baru-baru ini yang mungkin merupakan patogen utama yang mendasari, tetapi dapat lebih sulit dideteksi.”
Sekalipun temuan ini memberi pemahaman baru, Thomson mengakui masih ada banyak pertanyaan yang belum terjawab dan studi yang lebih besar sangat diperlukan untuk menyelidiki peran AAV2 dalam kasus hepatitis pediatrik. ”Kita juga perlu memahami lebih lanjut tentang sirkulasi musiman AAV2, virus yang tidak dipantau secara rutin—mungkin puncak infeksi adenovirus telah bertepatan dengan puncak paparan AAV2, yang mengarah ke manifestasi hepatitis yang tidak biasa pada anak kecil yang rentan,” katanya.
Judy Breuer, profesor virologi di UCL GOS ICH, mengatakan, ”Meskipun masih ada beberapa pertanyaan yang belum terjawab tentang apa yang menyebabkan lonjakan hepatitis akut ini, kami berharap hasil ini dapat meyakinkan orangtua yang khawatir tentang Covid-19 karena tidak ada tim yang menemukan hubungan langsung dengan infeksi SARS-CoV-2. Namun, data kami menunjukkan AAV2 di hati dan atau darah kasus sebagai biomarker terkuat untuk hepatitis. Selain itu, keberadaan HHV6 dan adenovirus di hati yang rusak, diambil dari lima anak yang membutuhkan transplantasi hati, menimbulkan pertanyaan tentang peran koinfeksi dengan tiga virus ini dalam kasus yang paling parah.”
Baca juga : Cegah Hepatitis Akut, Orangtua Perlu Lebih Peka Kesehatan Anak
Sementara itu, Antonia Ho, dosen senior klinis dan konsultan penyakit menular di Pusat Penelitian Virus MRC-University of Glasgow, mengatakan, sangat penting untuk menafsirkan temuan ini dalam kaitannya dengan kerangka waktu presentasi klinis pasien. ”Sebagian besar anak-anak Skotlandia memiliki penyakit sebelumnya dengan diare, muntah, dan sakit perut (sering dikaitkan dengan infeksi adenovirus) antara 1 dan 11 minggu sebelum datang ke rumah sakit dengan peradangan hati akut, yang mungkin menjelaskan mengapa adenovirus belum diidentifikasi pada semua anak yang terkena,” katanya.
Bagaimanapun hubungan antara infeksi adenovirus/HHV6 dan AAV2 memerlukan studi lebih lanjut, dan kolaborasi para peneliti di sejumlah negara sangat diperlukan untuk menyingkap lebih lanjut hepatitis mematikan pada anak-anak ini.