Bencana hidrometeorologi masih mendominasi. Jika sebelumnya kebakaran hutan dan lahan mendominasi, dalam sepekan terakhir banjir yang melanda.
Oleh
AHMAD ARIF
·3 menit baca
AHMAD ARIF
Pelaksana tugas Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Abdul Muhari, memaparkan tren kejadian bencana di Indonesia dalam sepekan, pada Senin (1/8/2022).
JAKARTA, KOMPAS — Selama seminggu terakhir di bulan Juli 2022, tercatat 26 kali kejadian bencana di Indonesia dan hampir semuanya terkait cuaca. Terbaru, banjir besar melanda Parigi Moutong, Sulawesi Tengah, menyebabkan 3 orang meninggal dan 4 orang hilang.
”Jika seminggu sebelumnya bencana hidrometeorologi kering, yaitu kebakaran hutan dan lahan mendominasi, seminggu terakhir lebih didominasi bencana hidrometeorologi basah. Dari 26 kali kejadian bencana minggu ini, ada 14 kejadian banjir dan 5 kebakaran hutan dan lahan,” kata Pelaksana Tugas Kepala Pusat Data, Informasi, dan Komunikasi Kebencanaan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Abdul Muhari, di Jakarta, Senin (1/8/2022).
Data BNPB, bencana banjir dalam sepekan ini dialami 6.349 orang dan 1.143 rumah terdampak. Sementara luas lahan yang terbakar mencapai 48,71 ha.
”Sebagian besar banjir terjadi di Indonesia bagian tengah dan timur, sedangkan Indonesia tengah ke barat dominan mengalami kebakaran hutan dan lahan,” kata Muhari.
Muhari mengingatkan agar pemerintah daerah selalu memantau kondisi meteorologi guna mencegah dampak buruk bencana hidrometeorologi sesuai dengan ancamannya di tiap daerah.
Jika seminggu sebelumnya bencana hidrometeorologi kering, yaitu kebakaran hutan dan lahan mendominasi, seminggu terakhir lebih didominasi bencana hidrometeorologi basah.
Buletin iklim Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) edisi Juli 2022 menunjukkan, sejumlah 37,7 persen zona musim di wilayah Indonesia sudah memasuki musim kemarau. Namun, fenomena La Nina dalam kategori lemah, IOD (Indian Ocean Dipole) dalam fase negatif, dan suhu permukaan laut di sekitar Indonesia yang hangat masih bertahan dan diprakirakan akan berlanjut setidaknya hingga kuartal III-2022. Anomali iklim ini berdampak pada peningkatan curah hujan selama periode musim kemarau.
Banjir Parigi Moutong
Muhari mengatakan, dalam sepekan terakhir, bencana hidrometeorologi yang paling parah berupa banjir yang melanda Parigi Moutong, Sulawesi Tengah pada Kamis (28/7/2022) pukul 22.33 Wita. Banjir ini menyebabkan tiga orang meninggal dan empat orang hilang.
Kepala Bidang Kedaruratan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sulteng Andi Sembiring mengatakan, banjir menyebabkan 51 rumah rusak berat dan hilang. Selain itu, terdapat sejumlah fasilitas umum, termasuk sekolah yang rusak. ”Pipa air bersih juga terdampak,” katanya.
ARSIP BPBD SULTENG
Warga melintas di depan rumah di Desa Torue, Kecamatan Torue, Kabupaten Parigi Moutong, Sulteng, Jumat (29/7/2022), yang diterjang banjir bandang pada Kamis (28/7/2022). Banjir bandang tersebut menewaskan tiga orang, empat orang lainnya masih dicari.
Menurut Andi, prioritas saat ini adalah merelokasi warga yang terdampak langsung agar segera dibuatkan hunian sementara dan memberikan santunan bagi korban meninggal. Sementara untuk korban hilang masih terus dicari.
Muhari mengatakan, kejadian banjir kali ini diawali oleh hujan berintensitas tidak terlalu tinggi. ”Dalam tiga hari, total curah hujan hanya 30 milimeter, kategori ringan dan sedang. Namun, data satelit menunjukkan, hujan kategori sedang dengan durasi lama ini bersamaan dengan pasang tinggi sehingga debit di sungai khususnya bagian muara menjadi tinggi,” katanya.
Aliran air sungai yang tidak bisa mengalir ke laut tersebut menyebabkan terjadinya limpasan banjir ke permukiman warga. ”Permukiman di daerah pesisir paling parah terdampak,” katanya.
Kawasan permukiman yang terdampak ini, menurut Muhari, memiliki ketinggian topografi hanya 2-3 m dari permukaan laut. Sementara titik limpasan berada pada ketinggian 4-5 m di sekitar area pertemuan dua sungai.
Muhari menambahkan, dalam 10 tahun terakhir, banjir merupakan bencana yang paling sering terjadi di Parigi Moutong, yaitu mencapai 47 kejadian. ”Perlu dicatat juga, di Parigi Moutong, hampir tidak ada fase jeda tanpa kejadian bencana. Secara fluktuatif hampir tiap bulan ada bencana, sehingga mitigasi bencana harus dilakukan secara menerus," kata dia.
Untuk mitigasi jangka panjang, saat ini sedang dikajian opsi merelokasi warga di Desa Torue, yang pada tahun 1987/1988 juga pernah dilanda banjir besar. ”Desa Torue memiliki tingkat risiko banjir sedang ke tinggi. Upaya mitigasi jangka panjangnya relokasi,” ujarnya.