Menghidupkan Semangat Gus Dur dan Buya Syafii dengan Pameran Seni
OHD Museum menggelar pameran seni bertema ”Mata Air Bangsa: Persembahan untuk Gus Dur dan Buya Syafii Maarif”. Pameran itu digelar untuk menghidupkan semangat toleransi dan persatuan yang diusung Gus Dur dan Buya Syafii.
Oleh
REGINA RUKMORINI
·3 menit baca
KOMPAS/REGINA RUKMORINI
Sejumlah lukisan yang menampilkan wajah almarhum Buya Syafii Maarif tampak di OHD Museum, Kota Magelang, Jawa Tengah, Kamis (28/7/2022). Lukisan-lukisan tersebut adalah sebagian dari 33 lukisan yang akan ditampilkan dalam pameran bertema ”Mata Air Bangsa: Persembahan untuk Gus Dur dan Buya Syafii Maarif”.
MAGELANG, KOMPAS — OHD Museum di Kota Magelang, Jawa Tengah, menggelar pameran seni rupa bertajuk ”Mata Air Bangsa: Persembahan untuk Gus Dur dan Buya Syafii Maarif”. Pameran itu digelar untuk menghidupkan kembali semangat toleransi dan persatuan bangsa yang selalu digaungkan Gus Dur dan Buya Syafii semasa hidupnya.
Pameran yang akan dibuka pada Sabtu (30/7/2022) itu menampilkan 33 lukisan baru karya 23 seniman serta 11 lukisan lama koleksi OHD Museum. Pameran tersebut direncanakan berlangsung hingga 28 November 2022.
Pemilik OHD Museum, Oei Hong Djien, mengatakan, pameran tersebut digelar untuk menggaungkan kembali semangat toleransi, kerukunan, dan persatuan menjelang Pemilu 2024. Salah satu medium yang dinilai tepat untuk menghidupkan semangat tersebut adalah karya seni.
”Kerukunan sulit diwujudkan dalam relasi berbasis politik dan ekonomi. Persatuan hanya bisa diwujudkan dengan relasi dan komunikasi lewat seni,” ujar Hong Djien, Kamis (28/7/2022), di Kota Magelang.
Pemilik OHD Museum, Oei Hong Djien, memberikan penjelasan kepada wartawan terkait pameran seni rupa ”Mata Air Bangsa: Persembahan untuk Gus Dur dan Buya Syafii Maarif”, Kamis (28/7/2022), di OHD Museum, Kota Magelang, Jawa Tengah.
Hong Djien menuturkan, ide untuk menggelar pameran itu muncul setelah dirinya membaca tulisan Syafii Maarif berjudul ”Pesan untuk Muhammadiyah dan NU” yang diterbitkan harian Kompas pada 5 Januari 2021.
Dalam tulisan itu, Syafii mengungkapkan, Nahdlatul Ulama (NU) dan Muhammadiyah mesti bergandengan tangan untuk menjaga keutuhan Indonesia dari segala macam tangan-tangan perusak, termasuk dari mereka yang memakai bendera agama.
Setelah membaca tulisan itu, Hong Djien lalu mendiskusikan ide untuk menggelar pameran dengan sejumlah tokoh, termasuk Syafii Maarif. Semula, pameran itu direncanakan digelar 19 Agustus 2021. Namun, karena situasi pandemi yang tidak memungkinkan orang untuk berkumpul dan menggelar acara, pameran diundur tahun 2022.
Meski Buya Syafii kemudian meninggal pada 27 Mei 2022, rencana menggelar pameran itu tetap dilanjutkan. Sempat dirancang dilaksanakan pada 2 Juli, jadwal pembukaan pameran itu kembali mundur pada 30 Juli 2022.
Foto lukisan wajah Buya Ahmad Syafii Maarif dan KH Mustofa Bisri karya pelukis Djoko Susilo.
Menurut Hong Djien, sosok Gus Dur dan Buya Syafii dinilai sesuai dengan tema dan tujuan dari pameran itu, yakni menggelorakan kembali semangat toleransi dan persatuan. Apalagi, keduanya juga figur penting di NU dan Muhammadiyah sekaligus pencinta seni.
Menipiskan perbedaan
Salah seorang seniman peserta pameran, Jumaldi Alfi (49), mengatakan, seni memang bisa menepiskan semua perbedaan. Dia mencontohkan, dalam sebuah pameran seni, setiap lukisan memiliki daya tarik sendiri yang berbeda dengan lukisan lain. Namun, lukisan-lukisan yang berbeda itu tetap bisa dipasang sejajar dalam pameran dan dinikmati oleh semua pengunjung yang datang.
”Semua pengunjung dan pencinta seni yang datang tetap bisa melihat dan menikmati semua perbedaan di masing-masing lukisan tanpa harus memperdebatkannya hingga berujung pada perkelahian,” ujar Jumaldi.
Kerukunan sulit diwujudkan dalam relasi berbasis politik dan ekonomi. Persatuan hanya bisa diwujudkan dengan relasi dan komunikasi lewat seni. (Oei Hong Djien)
Menurut Jumaldi, perilaku saat menikmati lukisan itu seharusnya diterapkan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Dengan begitu, setiap orang menjadi terbiasa melihat perbedaan tanpa menjadikannya bahan perdebatan dan dibenturkan satu sama lain.
FERGANATA INDRA RIATMOKO
Lukisan karya Ilham Khoiri tentang Presiden keempat RI Abdurrahman Wahid (kiri) turut ditampilkan dalam pameran seni rupa bertema ”Bersama Dalam Beda, Berbeda Dalam Sama” di Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga, Sleman, DI Yogyakarta, Rabu (15/12/2021).
Saat menyiapkan karya untuk pameran ini, Jumaldi mengaku mengalami pergolakan emosional saat mendengar kabar Syafii Maarif meninggal. Sebab, selama ini, Jumaldi relatif dekat dengan Syafii.
Setelah kematian Syafii, Jumaldi lalu mengubah karya yang hendak ditampilkannya. Jika sebelumnya dia menyiapkan lukisan bertema politik, kini Jumaldi memilih menampilkan lukisan berjudul ”Doa” untuk mengenang Syafii.