Jurnalisme Berbasis Data Tingkatkan Kualitas Berita
Konten jurnalistik bermutu menjadi keniscayaan bagi pers di era banjir informasi. Media perlu menerapkan jurnalisme data untuk meningkatkan kualitas berita yang tidak hanya menyampaikan kabar, tetapi memaknai peristiwa.
Oleh
TATANG MULYANA SINAGA
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Konten jurnalistik bermutu menjadi keniscayaan bagi pers di era banjir informasi saat ini. Media perlu menerapkan jurnalisme berbasis data untuk meningkatkan kualitas berita yang tidak sekadar menyampaikan kabar, tetapi juga memaknai peristiwa dengan memanfaatkan data dari berbagai sumber kredibel.
Berita bermutu yang dilengkapi data juga diharapkan mendongkrak literasi warga. Dengan begitu, masyarakat menjadi lebih kritis dalam memilah informasi sehingga tidak mudah terpengaruh kabar bohong atau hoaks.
Direktur Jenderal Informasi dan Komunikasi Publik Kementerian Komunikasi dan Informatika Usman Kansong mengatakan, data sangat penting dalam membantu kerja-kerja jurnalistik. Di era digital, pers tidak semata-mata mengabarkan kejadian, tetapi mengolah informasi menjadi peristiwa yang bermakna bagi publik.
”Dengan demikian, kualitas pemberitaan lebih menyeluruh dan naik kelas. Bukan sekadar menyampaikan kabar, mengutip pernyataan narasumber, apalagi hanya meneruskan berita dari media lain,” ujarnya dalam Konferensi Jurnalisme Data dan Komputasi Indonesia (The Data and Computational Journalism Conference Indonesia/DCJ-CI) 2022 yang digelar secara hybrid, Rabu (27/7/2022).
Usman menuturkan, pers sebagai pembentuk arus utama opini semestinya tidak menjadi pengekor, tetapi menjadi pelopor wacana publik. Oleh karena itu, penggunaan data menjadi sangat krusial agar konten-konten yang diproduksi memiliki dasar kuat.
Menurut dia, masyarakat semakin kritis terhadap berita dan informasi. ”Semakin akurat dan lengkap data yang disajikan, semakin meningkat kredibilitas berita dan media tersebut,” ucapnya.
Jurnalisme data juga menuntut kemampuan teknis wartawan dalam menulis berita. Wartawan perlu menajamkan naluri untuk memilah data, memvisualkannya, sehingga menghasilkan konten jurnalistik yang berguna bagi masyarakat.
”Dalam mengabarkan peristiwa, jurnalis diharapkan mampu mengedukasi masyarakat dengan menjelaskan latar belakang dan korelasi antara satu peristiwa dan peristiwa lainnya. Dengan begitu, masyarakat bisa menerima informasi dan diajak lebih kritis,” jelasnya.
Ketua Dewan Pers Azyumardi Azra mengatakan, jurnalisme berbasis data dan komputasi di Indonesia perlu diperkuat. Salah satunya melalui pembekalan wartawan dengan kemampuan mengolah data dalam memproduksi berita.
”Sekarang ini, kita tidak bisa mengandalkan jurnalisme yang enggak jelas ujung pangkalnya yang di Indonesia sudah menimbulkan banyak masalah dan banyak ekses. Hal seperti ini sering disebut sebagai jurnalisme abal-abal karena tidak menerapkan prinsip dasar jurnalistik,” katanya.
Penggunaan data dari sumber kredibel membuat pengayaan berita lebih komprehensif. Hal ini juga mempermudah masyarakat memahami informasi,
Menurut Azyumardi, konferensi tersebut sangat penting dalam meningkatkan kualitas pers Tanah Air. Dengan begitu, mutu karya jurnalistik pers Indonesia bisa bersaing secara global.
”Inilah (jurnalisme data) saya kira arah jurnalisme Indonesia dan mungkin juga di dunia. Mulai dari sekarang, kita harus mengembangkannya,” ucapnya.
Penggunaan data dari sumber kredibel membuat pengayaan berita lebih komprehensif. Hal ini juga mempermudah masyarakat memahami informasi.
”Tidak hanya bisa meningkatkan literasi warga, tetapi juga mampu berpikir kritis, berwawasan luas, dan merespons perubahan secara tepat,” papar Azyumardi.
Azyumardi menambahkan, konferensi itu sejalan dengan tujuan Dewan Pers untuk meningkatkan kualitas jurnalis dan media. Ia berharap konferensi menjadi momentum dalam penerapan jurnalisme berbasis data sehingga memberikan manfaat lebih besar bagi publik.
Pertama di Indonesia
Project Officer DCJ-CI Utami Diah Kusumawati menyampaikan, konferensi yang didanai oleh Kedutaan Besar Amerika Serikat untuk Indonesia dan didukung Universitas Multimedia Nusantara (UMN) itu merupakan yang pertama digelar di Indonesia dan Asia Tenggara. Konferensi ini diawali dengan rangkaian lokakarya terkait jurnalisme data dengan melibatkan jurnalis, dosen, dan mahasiswa jurusan jurnalistik pada 2019-2021.
Ratusan peserta mengikuti lokakarya di sejumlah kota, di antaranya Banda Aceh, Padang, Palembang, Jakarta, Surabaya, Banjarmasin, Palu, dan Makassar. ”Melihat animo, antusiasme peserta meningkatkan kemampuan dalam mengelola dan memahami data untuk kerja-kerja jurnalistik, kami menganggap konferensi ini perlu diadakan di Indonesia,” ujarnya.
Konferensi tersebut terdiri dari 6 diskusi interaktif, 14 seminar, dan 6 lokakarya dengan pembicara dari beberapa media di Indonesia yang sudah menerapkan jurnalisme data, seperti Kompas, Jakarta Post, Katadata, dan Tempo. Selain itu, juga melibatkan pembicara dari media asing, seperti The New York Times dan Reuters.
”Kami berharap acara ini menjadi ajang pembelajaran serta pertukaran pengetahuan jurnalisme data dan komputasi antara praktisi dan edukator, baik dari Indonesia maupun luar negeri, seperti Amerika Serikat,” ucapnya.
Wakil Rektor UMN Andrey Andoko menuturkan, perkembangan jurnalisme data menjadi daya tarik dalam perkembangan pers yang mengalami disrupsi. Data dapat dipakai untuk mendukung fakta-fakta yang disajikan dalam konten berita.
”Sehingga masyarakat mendapatkan informasi yang benar, akurat. Akurasi ini menjadi domain jurnalisme data,” katanya.
Andrey menambahkan, tantangan penerapan jurnalisme data adalah menyajikan data yang menarik dan mudah dicerna masyarakat atau pembaca. Oleh karena itu, dibutuhkan kreativitas dalam penyajiannya.
”Mungkin tidak semua orang langsung paham ketika data disajikan dalam bentuk barchart (grafik batang) atau per chart (grafik kotak). Namun, jika dikombinasikan dengan gambar dan video, masyarakat akan semakin melek informasi dalam bentuk data. Ini juga sebagai kontribusi jurnalisme untuk mengedukasi masyarakat,” jelasnya.