Minat baca anak-anak Indonesia sesungguhnya tinggi. Namun, terbatasnya akses pada buku bacaan anak-anak yang bermutu dan sesuai minat anak jadi kendala, terutama di daerah 3T.
Oleh
ESTER LINCE NAPITUPULU
·5 menit baca
KOMPAS/ESTER LINCE NAPITUPULU
Kepala Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kemdikbudristek, E Aminudin Aziz (kedua dari kiri) memantau pencetakan buku bacaan anak yang dilakukan PT Gramedia di Cikarang, Kabupaten Bekasi, Jawa Barat. Pada tahun 2022, sebanyak 12,7 juta eksemplar buku bacaan anak didistribusikan untuk satuan pendidikan anak usia dini dan SD di daerah 3T guna mendukung Gerakan Literasi Nasional.
BEKASI, KOMPAS — Ketersediaan akses bacaan anak-anak yang bermutu disiapkan untuk sekolah-sekolah, terutama di daerah tertinggal, terdepan, dan terluar atau 3T, guna menumbuhkan minat baca anak-anak sejak usia dini. Penyediaan buku-buku bacaan yang didistribusikan ke sekolah ini disertai dengan pendampingan bagi para guru di sekolah penerima agar dapat mendukung anak-anak beraktivitas literasi.
Melalui program Gerakan Literasi Nasional (GLN) yang dilaksanakan Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemdikbudristek) untuk tahun 2022, sebanyak 12,7 juta eksemplar buku bacaan dari 560 judul buku bakal didistribusikan ke satuan pendidikan anak usia dini (PAUD) dan sekolah dasar (SD).
Pencetakan dan pengiriman buku pengayaan pendukung ke daerah 3T ini mengandeng sejumlah percetakan, salah satunya PT Gramedia Printing. Adapun pendistribusian dilakukan PT Pos Indonesia.
Kepala Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kemdikbudristek, E Aminudin Azis memulai pengiriman perdana buku GLN Area Sumatera oleh PT Gramedia di Cikarang, Kabupaten Bekasi, Selasa (12/7/2022). Selanjutnya, Aminudin meninjau proses pencetakan buku GLN didampingi Direktur Utama PT Gramedia Hari Susanto Surjotedjo dan Senior Vice President Enterprise dan Ritel PT Pos Indonesia Arifin Muchlis.
Aminudin menjelaskan, GLN sudah dijalankan sejak tahun 2015. Namun, judul buku yang dicetak dan jumlah buku bacaan yang didistribusikan, terutama untuk sekolah, masih sedikit. ”Ada sekitar 209.000 satuan pendidikan, tetapi buku yang disiapkan untuk buku bacaan anak masih sedikit. Bisa satu anak membaca setelah dua bulan,” ujarnya.
Oleh karena itu, GLN pun mulai dibenahi. Dari survei yang dilakukan, sebenarnya minat baca anak-anak tinggi. Akan tetapi, ketersediaan bacaan anak yang sesuai minat anak masih minim. Sejak tahun 2021, Badan Bahasa melakukan pemetaan ulang atau reorientasi penyediaan buku hingga menghasilkan buku-buku sesuai minat anak.
Penyediaan buku bacaan untuk GLN juga dilakukan dengan menerjemahkan buku bacaan anak dari luar negeri secara gratis. Ada 1.375 judul buku terjemahan untuk anak-anak. Di tahun ini, sebanyak 850 judul buku asing akan diterjemahkan lagi. Selain itu, ada 750 judul buku berbahasa daerah yang diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia.
”Pencetakan besar-besaran pun dilakukan. Kalau tidak difasilitasi, nanti anak-anak membaca apa saja. Padahal, perkembangan literasinya harus sesuai perkembangan usia. Mendikbudristek juga minta difokuskan pada pembinaan literasi dan numerasi di PAUD dan SD. Jika kebiasaan membaca tumbuh sejak kecil, nanti lebih bisa kembangkan di usia dewasa,” ujar Aminudin.
Hari Susanto menyatakan, PT Gramedia siap berkontribusi melayani bangsa, khususnya untuk kemajuan pendidikan, bersama Badan Bahasa dalam GLN ataupun pada program-program lain di masa yang akan datang. PT Gramedia akan mencetak sekitar 4 juta eksemplar buku bacaan pengayaan literasi untuk daerah 3T di 41 kabupaten/kota regional Sumatera. Ada 20 judul buku untuk PAUD dan 540 judul buku untuk SD.
Pencetakan besar-besaran pun dilakukan. Kalau tidak difasilitasi, nanti anak-anak membaca apa saja. Padahal, perkembangan literasinya harus sesuai perkembangan usia.
”Kami bersyukur bisa terlibat dalam kegiatan literasi agar menghasilkan dampak positif untuk gerakan peningkatan daya saing bangsa,” kata Hari.
Sementara itu, Arifin mengutarakan, PT Pos Indonesia sudah menyusun lini masa distribusi mulai dari selesainya proses pencetakan, pengiriman, dan penerimaan buku di lokasi tujuan. Adapun prosesnya meliputi buku-buku dikirimkan ke beberapa hub, lalu disortir sebelum diteruskan ke alamat yang tertera.
Penjenjangan buku
Aminudin memaparkan, pengiriman buku bacaan anak pada tahun 2022 ini mulai dengan penjenjangan buku, kerja sama dengan Badan Standar Kurikulum dan Asesmen Pendidikan (BSKAP). ”Tapi, masih tersisa kajian tentang berapa jumlah kosakata yang harus dikuasai pada jenjang tertentu. Kita belum punya dan perlu melakukan penelitian tentang ini,” ujarnya.
Berdasarkan hasil diskusi kelompok terpumpun Buku Bermutu bagi Anak yang digelar Badan Bahasa tahun 2021, disimpulkan ada tiga prinsip utama buku yang bermutu bagi anak, yakni buku yang anak benar-benar ingin baca, bukan buku yang orang dewasa pikir anak ingin baca; yang bervariasi tema dan ceritanya; serta buku yang sesuai dengan jenjang pembacanya.
Ketersediaan pilihan buku yang sesuai dengan jenjang pembacanya, terutama usia dini dan SD, akan membantu meningkatkan minat baca pada anak sejak dini. Selain itu, buku yang bermutu juga akan mendorong aktivitas membaca dan menulis, baik di lingkungan sekolah maupun di masyarakat. Dengan kemampuan membaca yang baik, lima literasi dasar berikutnya (numerasi, sains, digital, finansial, serta budaya dan kewargaan) dapat ditumbuhkembangkan.
KOMPAS/ESTER LINCE NAPITUPULU
PT Gramedia di Cikarang, Kabupaten Bekasi, mencetak sekitar 4 juta eksemplar buku bacaan anak untuk mendukung Gerakan Literasi Nasional yang dilaksanakan Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kemdikbudristek, tahun 2022. Sebanyak 560 judul bacaan dapat dinikmati anak-anak usia dini dan SD di daerah 3T yang minim akses perpustakaan.
Dalam penyusunan buku pengayaan literasi (terutama buku bacaan untuk anak), Badan Bahasa berupaya menyusun buku-buku yang bermutu dan sesuai dengan penjenjangan buku yang telah dibuat oleh Pusat Perbukuan, Kemdikbudristek. Buku- buku yang telah disusun tersebut selanjutnya dinilai oleh para pakar buku bacaan anak dan dinilaikan ke Pusat Perbukuan, Kemdikbudristek.
Setelah buku-buku tersebut dinyatakan lulus penilaian dan mendapatkan surat keputusan penetapan dari Mendikbudristek, Badan Bahasa selanjutnya mencetak buku-buku tersebut dan disebarluaskan kepada masyarakat, baik secara cetak maupun digital di laman http://budi.kemdikbud.go.id.
Aminudin menjelaskan, selain melaksanakan program pencetakan dan pengiriman buku pengayaan literasi, Badan Bahasa bekerja sama dengan BSKAP serta organisasi pegiat literasi lainnya untuk melaksanakan program pendampingan pemanfaatan buku pengayaan literasi di sekolah sasaran.
Hal ini dilakukan agar para guru di sekolah yang telah menerima kiriman buku-buku itu mampu mengelola dan memanfaatkan secara optimal demi meningkatkan kecakapan literasi peserta didik dalam program yang kreatif, bermakna, dan berkelanjutan.
Sejauh ini peningkatan mutu literasi anak-anak Indonesia menjadi tantangan serius. Hasil Survei Program for International Student Assessment (PISA) pada tahun 2018 menunjukkan, peringkat PISA Indonesia dari 79 negara pada tahun 2018 turun dibandingkan tahun 2015. Kemampuan membaca memperoleh skor 371 (peringkat ke-74), sebelumnya 397; kemampuan matematika dengan skor 379 (peringkat ke-73), sebelumnya 386; dan kemampuan kinerja sains mencapai skor 396 (peringkat ke-71), sebelumya 403.
Adapun berdasarkan hasil Indeks Pembangunan Kebudayaan (IPK) tahun 2018, pada bagian dimensi budaya literasi ternyata penduduk Indonesia usia 10 tahun ke atas yang membaca selain kitab suci baik cetak maupun elektronik hanya 45,72 persen dari target 70 persen. Hal ini menunjukkan bahwa minat baca anak-anak di Indonesia masih rendah.
Selanjutnya, berdasarkan Indeks Aktivitas Literasi Membaca Literasi Membaca (Alibaca) Kemendikbud tahun 2019, diketahui bahwa penyebab masih rendahnya minat baca masyarakat Indonesia adalah karena kurangnya akses untuk membaca, yaitu minimnya ketersediaan buku bacaan yang berkualitas dan fasilitas perpustakaan, terutama di daerah-daerah terpencil.