Perubahan demografi menuntut setiap negara termasuk Indonesia untuk memperkuat ketahanan demografi. Investasi pada sumber daya manusia sangat penting.
Oleh
DEONISIA ARLINTA
·5 menit baca
KOMPAS/RADITYA HELABUMI
Warga memadati kawasan Pasar Asemka, Jakarta Barat, Minggu (27/2/2022).
JAKARTA, KOMPAS –Perserikatan Bangsa-Bangsa memproyeksikan jumlah penduduk dunia mencapai 8 miliar jiwa pada November 2022. Indonesia yang juga mengalami pertumbuhan penduduk hendaknya dapat mengelola kondisi kependudukan ini serta memanfaatkan bonus demografi yang mulai dialami.
Guru Besar Ekonomi Kependudukan Universitas Indonesia Sri Moertiningsih Adioetomo dalam acara peringatan Hari Kependudukan Dunia di Jakarta, Senin (11/7/2022), mengatakan, Indonesia memiliki peluang besar untuk memanfaatkan perubahan demografi dunia dengan jumlah usia produktif yang lebih besar dari populasi nonproduktif. Namun, tantangan yang dihadapi kini ialah investasi pada sumber daya manusia yang masih kurang.
”Hasil investasi modal manusia kita tidak secepat penuaan penduduk. Negara ini growing old before getting rich. Jadi, ini perlu peran pemerintah. Jangan hanya diserahkan ke manusianya, ke penduduknya,” ucapnya.
Berdasarkan Sensus Penduduk 2020, proporsi penduduk usia produktif usia 15-64 di Indonesia sebesar 70,72 persen. Rasio ketergantungan mencapai angka 41 yang berarti setiap 100 penduduk usia produktif akan menanggung 41 penduduk usia nonproduktif.
Namun, antisipasi perlu dilakukan karena proporsi penduduk lansia terus meningkat. Sensus Penduduk menunjukkan, proporsi lansia usia 60 tahun ke atas meningkat dari 7,6 persen pada 2010 menjadi 9,9 persen pada 2020. Artinya, ada sekitar 26 juta penduduk lansia di Indonesia. Pada 2045 diperkirakan jumlah lansia meningkat menjadi 63 juta orang.
KOMPAS/RIZA FATHONI
Anak-anak mengangkat jarinya saat berkumpul di lapangan pada hari pertama sekolah tahun ajaran baru 2022/2023 di SD Negeri 11 Pondok Bambu, Jakarta, Senin (11/7/2022).
Sri mengatakan, fenomena lain yang perlu diperhatikan ialah adanya defisit siklus hidup (life cycle deficit). Penduduk usia kerja dituntut untuk memiliki penghasilan yang lebih dari konsumsinya. Pekerja tidak hanya perlu membiayai dirinya sendiri, tetapi juga untuk membiayai anak serta menyantuni orangtuanya yang lansia.
”Pemerintah perlu berupaya untuk memperkuat investasi pada sumber daya manusia. Itu harus diusahakan sejak dini sejak 1.000 hari pertama kehidupan (HPK). Karena setiap 1 dollar AS yang diinvestasikan pada 1.000 HPK itu, nilai return of investment sebesar 7 dollar AS,” katanya.
Di Indonesia, modal kualitas sumber daya manusia ini dihadapkan pada tengkes (stunting) yang menurut data Kementerian Kesehatan pada 2013 mencapai 37,2 persen. Pada 2030 saat diprediksi terjadi puncak bonus demografi, mereka akan turut berperan dalam menopang perekonomian dan pembangunan bangsa (Kompas.id, 11 April 2022).
Sementara itu, dari sisi pendidikan, menurut Statistik Pemuda Indonesia tahun 2020, sekitar 74 persen pemuda Indonesia baru menamatkan pendidikan sampai di tingkat sekolah menengah pertama (SMP) atau sekolah menengah atas (SMA). Hanya sepersepuluh pemuda Indonesia yang menyelesaikan pendidikan hingga perguruan tinggi (Kompas.id, 17 Maret 2021).
Sri menambahkan, intervensi yang dilakukan sejak usia dini dapat berkontribusi pada peningkatan kualitas SDM di masa depan. Kualitas tenaga kerja dapat meningkat. Jaminan masa tua pun dapat terjamin. Selain itu, risiko munculnya penyakit di usia lansia juga dapat diminimalkan sehingga dapat menjadi lansia yang tangguh.
KOMPAS/HENDRA A SETYAWAN
Basuni (71) menggarap sawahnya yang ditanami kacang tanah di Sukamulya, Bogor, Jawa Barat, Minggu (29/11/2020). Basuni tetap produktif di usia senjanya dengan menggarap sawah.
Jika hal ini tidak diatasi, beban negara justru bisa semakin besar. Bonus demografi yang seharusnya bisa dicapai dengan jumlah penduduk produktif yang besar tidak terwujud. Pada saat yang sama negara sudah berhadapan dengan populasi yang menua.
Widyaiswara Ahli Utama Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Wendy Hartanto menuturkan, bonus demografi yang dialami oleh Indonesia perlu dimanfaatkan secara optimal. Dengan sumber daya manusia yang berkualitas, itu tidak hanya dapat mendukung pembangunan nasional, tetapi juga di tingkat global.
Negara-negara yang kini menghadapi penuaan populasi memerlukan sumber daya produktif. Karena itu, Indonesia dapat turut menyumbang SDM yang berkualitas di posisi strategis di tingkat global.
KOMPAS/KRISTIAN OKA PRASETYADI
Pegawai di pabrik pengalengan ikan mengupas kulit ikan cakalang di PT Samudra Mandiri Sentosa, Bitung, Sulawesi Utara, pada Senin (17/2/2020). Utilisasi unit pengolahan ikan di Bitung hanya mencapai 20 persen dari total 1.440 ton per hari.
”Hal yang perlu dilakukan sekarang ialah pemetaan pada karakteristik dan kebutuhan keterampilan dalam peningkatan SDM. Ini diperlukan agar investasi terhadap generasi muda dapat efektif dan tepat sasaran,” katanya.
Deputi Bidang Pengendalian Penduduk BKKBN Bonivasius Prasetya Ichtiarto mengatakan, penduduk menjadi pusat kegiatan pembangunan nasional. Arah pembangunan kependudukan yang telah disusun pun berpusat pada manusia.
Menurut dia, sejumlah faktor perlu diperhatikan untuk menjaga keberlangsungan pembangunan dan kesejahteraan penduduk. Faktor tersebut meliputi penduduk yang tumbuh dengan seimbang dan berkualitas, distribusi penduduk yang seimbang, perlindungan sosial yang komprehensif bagi seluruh penduduk, serta keseimbangan antargenerasi penduduk yang terjaga.
Ia mengatakan, Indonesia sudah memiliki Peraturan Presiden Nomor 153 Tahun 2014 tentang Grand Design Pembangunan Kependudukan. ”Grand design ini penting sebagai alat bantu untuk memantau dan mengevaluasi pelaksanaan pembangunan di bidang kependudukan,” ujarnya.
Kita bisa mencapai ketahanan demografi dengan bekerja sama dan berkomitmen dalam memanfaatkan peluang serta menghapuskan penghalang yang menghambat kemajuan. (Anjali Sen)
Delapan miliar penduduk
Kepala Perwakilan Dana Kependudukan PBB (UNFPA) Indonesia Anjali Sen menuturkan, berbagai perubahan demografi telah terjadi di dunia. Sekitar dua pertiga penduduk dunia kini hidup di negara dengan tingkat fertilitas rendah. Namun, sebagian negara termasuk Indonesia justru memiliki populasi muda yang terus berkembang.
KOMPAS/WAWAN H PRABOWO
Para pekerja proyek infrastruktur naik di atas truk saat menuju lokasi kerja di Jalan TB Simatupang, Cilandak, Jakarta Selatan, Selasa (23/10/2018). Proyek infrastruktur yang dibangun pemerintah saat ini mampu menyerap lebih dari 200.000 pekerja.
”Delapan miliar orang mungkin dinilai terlalu besar, tetapi marilah kita jangan berfokus pada angka tersebut. Kita harus bisa bekerja sama untuk memanfaatkan peluang yang ada dan memitigasi dampak buruknya,” katanya.
Anjali menyampaikan, perubahan demografi yang terjadi saat ini perlu dimanfaatkan agar seluruh penduduk bisa hidup dengan bermartabat dengan hak dan pilihan yang terjamin. Ketahanan demografi pun bisa dicapai secara optimal.
Setidaknya beberapa upaya bisa dilakukan untuk mengantisipasi dampak yang bisa terjadi, seperti dampak ketika layanan kesehatan reproduksi dibatasi ataupun ditiadakan. Antisipasi itu termasuk pada dampak ketika lansia tidak memiliki dana pensiun yang layak serta banyaknya kelompok rentan yang terpinggirkan.
”Kita harus belajar dari sejarah untuk mencegah kesalahan yang sama yang dilakukan pendahulu kita. Kita bisa mencapai ketahanan demografi dengan bekerja sama dan berkomitmen dalam memanfaatkan peluang serta menghapuskan penghalang yang menghambat kemajuan,” tutur Anjali.