WHO Laporkan Kasus Cacar Monyet Meningkat 77 Persen dalam Sepekan
Menurut laporan WHO, jumlah kasus cacar monyet secara global saat ini mencapai lebih dari 6.027 kasus di 59 negara, meningkat 2.614 kasus sejak penghitungan terakhir pada 27 Juni.
Oleh
AHMAD ARIF
·2 menit baca
KOMPAS/SAMUEL OKTORA
Suasana di depan pintu keluar terminal kedatangan internasional Bandar Udara Internasional Husein Sastranegara, Kota Bandung, Jawa Barat, Kamis (16/5/2019).
JAKARTA, KOMPAS — Laporan mingguan Organisasi Kesehatan Dunia atau WHO pada hari Kamis (7/7/2022) menunjukkan adanya peningkatan 77 persen jumlah kasus cacar monyet yang dikonfirmasi laboratorium. Singapura baru-baru ini telah melaporkan kasus lokal cacar monyet.
Menurut laporan WHO, jumlah kasus cacar monyet secara global saat ini sudah lebih dari 6.027 kasus di 59 negara, meningkat 2.614 kasus sejak penghitungan terakhir pada 27 Juni. Ada tambahan dua korban jiwa sehingga total tiga orang dilaporkan meninggal sehubungan dengan wabah tersebut, semuanya di Afrika.
Menurut WHO, dalam minggu ini ada sembilan negara tambahan yang telah melaporkan kasus. Sementara 10 negara tidak melaporkan kasus baru selama lebih dari tiga minggu, yang merupakan masa inkubasi maksimum.
Virus cacar monyet yang menyebar saat ini telah mengalami puluhan mutasi sejak wabah terakhir pada 2018.
Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus menyatakan keprihatinannya terhadap skala dan penyebaran virus dan mengingatkan bahwa lebih dari 80 persen kasus muncul di Eropa. Dia mengatakan akan mengadakan pertemuan panel ahli WHO berikutnya yang memantau wabah paling lambat minggu 18 Juli.
”Pemeriksaan tetap menjadi tantangan dan sangat mungkin ada sejumlah besar kasus yang tidak tertangani," kata Ghebreyesus.
Kasus di Singapura
Sementara itu, pada Rabu (6/7), Kementerian Kesehatan Singapura mengumumkan adanya kasus lokal pertama cacar monyet. Pasien adalah pria berkebangsaan Malaysia berusia 45 tahun yang berdomisili di Singapura.
Tiga kontak dekat pria itu diidentifikasi dan semuanya akan ditempatkan di bawah karantina selama 21 hari sejak kontak terakhir mereka. Pasien disebut memiliki gejala seperti lesi kulit perut bagian bawah, kelelahan, pembengkakan kelenjar getah bening, demam dan sakit tenggorokan.
Kondisi pasien saat ini stabil dan berada di bangsal di National Centre for Infectious Diseases (NCID) di Singapura. Disebutkan, kasus ini tidak berhubungan dengan kasus impor sebelumnya dan sejauh ini risiko penularan ke masyarakat umum tetap rendah.
Mutasi virus
Laporan Joao Paulo Gomes, peneliti di Institut Kesehatan Nasional Portugal dan tim, yang diterbitkan dalam jurnal Nature Medicine pada 24 Juni 2022 lalu menyebutkan, virus cacar monyet yang menyebar saat ini telah mengalami puluhan mutasi sejak wabah terakhir pada 2018. Hal ini didapatkan setelah peneliti mengambil sampel dari 15 pasien cacar monyet dan membandingkan genom virus yang telah menginfeksi mereka.
Gomes dan tim menemukan bahwa masing-masing pasien memiliki jenis cacar monyet yang dapat ditelusuri kembali ke wabah virus sebelumnya pada 2018-2019 di Inggris, Israel dan Singapura, yang awalnya berasal dari Nigeria. Tetapi, lebih dari itu, tes menunjukkan bahwa virus telah bermutasi 50 kali, hingga 12 kali lebih banyak dari yang mereka duga, sejak wabah sebelumnya pada tahun 2018.