Peluang Magang dan Studi Independen Dibuka untuk 40.000 Mahasiswa
Kesempatan magang dan studi independen bersertifikat tersedia bagi 40.000 mahasiswa di tahun 2022. Namun, peluang belajar di luar kampus yang jadi bagian Kampus Merdeka ini masih banyak dinikmati mahasiswa di Pulau Jawa.
Oleh
ESTER LINCE NAPITUPULU
·5 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Magang dan studi independen bagi 40.000 mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi di Indonesia dibuka tahun ini untuk ditempatkan di ratusan mitra yang lolos seleksi. Meski tren mahasiswa mengikuti magang lewat program Magang dan Studi Independen Bersertifikat yang jadi bagian dari Kampus Merdeka meningkat, pesertanya masih didominasi dari Pulau Jawa.
Untuk menyambut adanya Magang dan Studi Independen Bersertifikat (MSIB) angkatan ketiga, MSIB Fair digelar pada Selasa (5/7/2022) hingga Rabu (6/7/2022) di gedung Graha Sabha Pramana (GSP) Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Pameran ini mempertemukan mahasiswa dengan mitra-mitra MSIB.
Lebih dari 25 perusahan mitra dari berbagai sektor, antara lain perusahan teknologi, usaha rintisan atau startup, BUMN, hingga kementerian, dihadirkan untuk memberikan kesempatan melakukan pitching terkait program yang ditawarkan bagi mahasiswa.
”Tantangan saat ini, program MSIB dua angkatan trennya memang naik, tetapi hanya berpusat di Pulau Jawa. Harapannya nantinya bisa mengakomodasi mahasiswa di daerah Indonesia timur dan Indonesia utara,” ujar Kepala Program MSIB Tutus Kusuma.
Mahasiswa dapat memilih program yang akan diikuti. Sebagian besar dilaksanakan secara luring dan didorong menerima mahasiswa lokal. Adapun untuk studi independen dirancang bisa diikuti oleh seluruh mahasiswa dengan prioritas pada skill teknologi digital.
Tutus memaparkan, untuk MSIB angkatan ke-3 dibuka sebanyak 11.967 program magang dan 24.236 program studi independen. Lalu ada 1.769 posisi magang dan 139 proyek studi independen dibuka bagi mahasiswa.
Program ini dapat diikuti oleh mahasiswa program sarjana minimal semester lima serta mahasiswa vokasi yang minimal berada di semester 3 untuk program D-2, semester empat untuk program D-3, dan semester lima untuk program D-4.
Tantangan saat ini, program MSIB dua angkatan trennya memang naik, tetapi hanya berpusat di Pulau Jawa. Harapannya nantinya bisa mengakomodasi mahasiswa di daerah Indonesia timur dan Indonesia utara.
Para mahasiswa yang menjalani magang dan proyek independen akan mendapatkan pendampingan dari mentor. Ada sebanyak 3.679 mentor dari 12 kementerian/lembaga, 9 BUMN, serta 7 yayasan yang terlibat.
Ketua Pelaksana Pusat Kampus Merdeka Supriyadi menyampaikan, program MSIB Fair diselenggarakan untuk mempererat hubungan antara UGM sebagai pelaksana kampus merdeka pada para mitra. Selain itu, juga sebagai ajang untuk menyosialisasikan program kepada mahasiswa.
”Dengan pelaksanaan MSIB Fair ini diharapkan nantinya para pimpinan perguruan tinggi dan mahasiswa bertemu langsung dengan para mitra usaha sehingga bisa tune in memahami pentingnya program ini. Kami yakin kegiatan ini bisa memberikan manfaat luar biasa bagi perkembangan mahasiswa menjadi calon SDM bertalenta dan unggul di masa datang,” kata Supriyadi.
Secara terpisah, Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Nadiem Anwar Makarim dalam webinar bertajuk ”Road to Festival Kampus Merdeka” mengatakan, para mahasiswa yang telah merasakan manfaat program ini dapat mendorong kampusnya untuk menciptakan program serupa atau program orisinil lainnya di dalam kampus. Selain itu, para alumni harus mendorong mahasiswa lain yang belum berkesempatan mengikuti program Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM).
Dalam rangka menyambut Festival Kampus Merdeka pada Agustus nanti, program MSIB juga diharapkan dapat memberikan pengalaman dan bekal yang baik bagi mahasiswa. Hal itu bertujuan untuk mengoptimalkan potensi diri sebagai sumber daya manusia (SDM) unggul di masa depan demi mewujudkan Indonesia maju, makmur, dan mendunia.
Dukungan
Menteri Badan Usaha Milik Negara Erick Thohir menyatakan, komitmen Kementerian BUMN untuk mendukung berbagai program MBKM, salah satunya program MSIB. ”Kami berharap program ini bisa menjadi link and match antara dunia pendidikan dan lapangan pekerjaan,” kata Erick.
Indonesia, kata Erick, tidak bisa hanya mengandalkan sumber daya alam saja. Pola pikir SDM Indonesia juga harus dibangun dengan konsep knowledge-based economic melalui pengembangan SDM.
Maka dari itu, Kemendikbudristek memiliki tanggung jawab untuk memastikan penyelenggaraan pendidikan tinggi sesuai dengan perkembangan zaman saat ini. Namun, upaya ini memerlukan partisipasi dari berbagai pemangku kepentingan, termasuk Kementerian BUMN.
CEO Zurich Syariah Hilman Simanjuntak menyampaikan, mahasiswa yang pernah mengikuti program magang memiliki keunggulan jika dibandingkan dengan lulusan yang belum pernah mengikuti program.
Melalui program magang, mahasiswa mendapatkan sarana untuk melakukan pengecekan kondisi di lapangan dan mengetahui bagaimana teori yang mereka pelajari di kampus dapat diterapkan dalam kegiatan perusahaan sehari-hari.
”Mahasiswa juga bisa memiliki sense yang semakin baik terhadap dunia pekerjaan. Pada saat mereka nantinya akan mulai memasuki dunia pekerjaan bisa beradaptasi dengan sangat cepat. Selain itu, mahasiswa yang telah mengikuti program magang akan merasa lebih yakin memilih perusahaan yang cocok dengan minat dan budaya mereka,” jelas Hilman.
Karena pengalaman yang mahasiswa miliki, kemungkinannya lebih besar bagi mereka untuk diajak bergabung dalam suatu perusahaan. Apabila seorang manajer memiliki kebutuhan untuk anggota tim baru dan memiliki dua kandidat yang baru lulus dari perguruan tinggi (fresh graduate), dia akan memilih kandidat yang sudah pernah mengikuti program magang.
Sementara itu, Direktur Jenderal Perumahan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Irwan Supriyanto mengatakan, ada empat bidang yang dijalankan dalam program MSIB ini, salah satunya adalah pengembangan perumahan masyarakat berpenghasilan rendah. Program ini membuka peluang untuk diikuti minimal 112 mahasiswa.
Berikutnya, pendampingan perumahan susun yang melibatkan minimal 25 mahasiswa. Lalu, pembangunan rumah khusus korban bencana bagi 15 mahasiswa. Selanjutnya, pendampingan peningkatan kualitas dan pemberdayaan rumah swadaya dalam penanganan kemiskinan ekstrem membuka peluang bagi 627 mahasiswa.
“Kami mengundang 779 mahasiswa yang sebagian besar dari fakultas teknik, seperti arsitek, sipil, dan lingkungan. Namun, masih terbuka peluang bagi jurusan lain seperti karena kebutuhan akan pendampingan masyarakat,” kata Irwan.