Pendidikan nasional berperan untuk mendukung kemajuan bangsa. Untuk itu, arah pendidikan harus selaras dengan tujuan mendirikan bangsa agar dapat menyiapkan sumber daya manusia yang selaras.
Oleh
ESTER LINCE NAPITUPULU
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS – Sistem pendidikan harus mampu mengarahkan pada peningkatan sumber daya manusia Indonesia dan kelangsungan pembangunan bangsa. Untuk itu, mesti ditemukan metode yang sesuai agar pendidikan dapat mengembangkan potensi manusia Indonesia menjadi individu yang cerdas dan berkarakter.
”Manusia diciptakan sama oleh Tuhan apa pun bangsanya. Tetapi, mengapa hasil pendidikan yang diupayakan masing-masing negara hasilnya berbeda? Negara yang maju sudah melakukan metode pendidikan dengan lebih baik. Meskipun kita belum menemukan cara yang ideal, kita tidak boleh minder. Kita harus menemukan sistem pendidikan Indonesia yang dapat membawa pada kemajuan manusia dan bangsa Indonesia,” kata Pembina Himpunan Sekolah dan Madrasah Islam Nusantara (Hisminu)-Islam Nusantara Foundation KH Said Aqil Siroj dalam acara kelompok diskusi terpumpun yang digelar Hisminu dengan topik ”Quo Vadis Pendidikan Kita” di Jakarta, Jumat (1/7/2022).
Said Agil mengatakan, nilai-nilai dalam Pancasila menjadi acuan ideal manusia Indonesia. Di sila pertama Pancasila sudah jelas kita membangun manusia Indonesia yang beriman kepada Tuhan. Artinya, seseorang harus sadar bahwa Tuhan hadir dalam dirinya. Namun, bertuhan pun perlu membangun kesadaran dan kemampuan berargumentasi ilmiah.
”Kita membangun bangsa Indonesia dengan iman dan menjadikan manusia beriman yang berkarakter beradab, bijak, arif, dan mulia, yang mencapai cita-citanya dengan menguasai ilmu pengetahuan. Idealnya manusia Indonesia inilah yang dilahirkan dari pendidikan,” kata Said.
Kita membangun bangsa Indonesia dengan iman dan menjadikan manusia beriman yang berkarakter beradab, bijak, arif, dan mulia, yang mencapai cita-citanya dengan menguasai ilmu pengetahuan. Idealnya manusia Indonesia inilah yang dilahirkan dari pendidikan. (KH Said Aqil Siroj)
Sementara itu, Ketua Komisi X DPR Syaiful Huda mengatakan, Indonesia sebenarnya sudah memiliki tradisi panjang dalam menjalankan pendidikan. Semestinya bangsa ini percaya diri dengan warisan atau legacy dari pendidikan yang tumbuh dalam perjalanan bangsa.
”Kalau ditanya mau dibawa ke mana pendidikan bangsa ini, ya dengan tegas wacana ini diletakkan pada tujuan dan cita-cita pendiri bangsa yang dijadikan cara pandang untuk melihat masa depan pendidikan, termasuk dalam konteks menyiapkan Rancangan Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional,” kata Syaiful.
Menurut Huda, masih banyak pembenahan komitmen yang dibutuhkan untuk mentransformasi pendidikan. Dalam kaitan anggaran pendidikan 20 persen dari APBN, jumlahnya terus meningkat, saat ini di kisaran Rp 581 triliun, dan pada tahun 2023 akan meningkat menjadi hampir Rp 600 triliun. ”Kalau sepenuhnya untuk fungsi pendidikan, peningkatan mutu bisa kita tingkatkan. Indeks biaya pemerintah yang langsung ke siswa bisa dinaikkan, sekarang rata-rata Rp 1 juta per siswa,” kata Huda.
Huda mengatakan, indeks biaya langsung ke siswa bisa ditingkatkan mencapai Rp 3,5 juta per tahun untuk mengalami lompatan perbaikan pendidikan. Dengan alokasi dana sekarang yang minim, banyak keterbatasan yang dialami siswa untuk mendapatkan pendidikan berkualitas. Di Australia, indeks biaya yang diterima siswa dan mahasiswa bisa mencapai Rp 15 juta per tahun, Singapura Rp 10 juta, dan Malaysia Rp 4,5 juta.
Kontribusi pendidikan
Ketua Dewan Pengarah Aliansi Penyelenggara Pendidikan Indonesia Doni Koesoema mengatakan, pertanyaan tentang ke mana pendidikan nasional kita tentu harus diselaraskan dengan tujuan mendirikan negara. Sistem pendidikan nasional menjadi salah satu fungsi pendidikan untuk berkontribusi pada kejayaan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
”Pendidikan jadi bagian/fungsi ketercapaian seluruh tujuan Indonesia sebagai negara. Kalau mau bicara arah dan tujuan nasional pendidikan, ya tidak bisa lepas dari Pembukaan UUD 1945 yang mengamanatkan untuk melindungi segenap bangsa Indonesia, seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia dan perdamaian dunia,” paparnya.
Oleh karena itu, kata Doni, transformasi pendidikan jangan ditujukan sekadar meningkatkan skor PISA, sebagai salah satu barometer mutu pendidikan di dunia. Pendidikan harus diarahkan untuk mencapai tujuan besar berdirinya NKRI.
Menurut Doni, yang sering terlupakan dalam tujuan pendidikan adalah membentuk pelajar yang mencintai Indonesia, membentuk pelajar yang cinta damai, dan warga negara yang peduli pada kesejahteraan bersama. Selain itu, menjadikan warga negara yang merdeka lahir batin (moral dan spiritual) serta pribadi yang memperjuangkan dan berani mewujudkan keadilan sosial