Komitmen pemerintah untuk memprioritaskan perlindungan terhadap komodo diharapkan jangan hanya retorika belaka. Penyelamatan Taman Nasional Komodo mendesak dilakukan demi kelestarian komodo.
Oleh
FRANSISKUS PATI HERIN
·2 menit baca
LABUAN BAJO, KOMPAS - Di tengah peluang bisnis wisata superprioritas yang sangat menjanjikan di Labuan Bajo, Kabupaten Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur, pemerintah berkomitmen memprioritaskan aspek konservasi demi menjaga habitat komodo. Pegiat wisata berharap komitmen perlindungan terhadap reptil yang terancam punah itu harus diwujudkan dalam kebijakan riil.
Dwi Putro Sugiarto, Kepala Sub Bagian Tata Usaha Taman Nasional Komodo pada Kamis (23/6/2022) mengatakan, bentuk perlindungan terhadap ekosistem komodo adalah dengan membatasi jumlah pengunjung menjadi sekitar 219.000 per tahun. Jumlah ini hampir sama dengan jumlah pengunjung tahun 2019 atau sebelum era pandemi Covid-19 yang mencapai 221.000.
"Nanti wisatawan yang masuk harus mendaftar terlebih dahulu agar kami bisa mengetahui jumlahnya. Jika sudah melebih kuota harian, maka akan dijadwalkan kembali. Sistem pendaftaran secara daring ini sedang kami siapkan, " kata Dwi.
Sementara itu, langkah lain adalah semakin meningkatkan pengamanan di kawasan taman nasional yang masih rawan sebagai tempat perburuan rusa dan babi hutan yang menjadi pakan komodo. Selain itu juga mencegah kebakaran di sana. Dalam sembilan tahun terakhir terjadi 13 kali kejadian kebakaran yang menghanguskan lahan seluas 42,4 hektar.
Dwi juga mengklarifikasi ihwal pembangunan sarana dan prasarana wisata di dalam kawasan taman nasional yang banyak diprotes berbagai kalangan. Menurutnya, sudah dipertimbangkan secara matang. Pembangunan yang sudah berlangsung dianggap tidak menabrak semangat konservasi, dan komodo tetap terlindungi.
Wakil Bupati Manggarai Barat Yulianus Weng juga menegaskan komitmen pemerintah daerah untuk tetap mengutamakan prinsip konservasi. Ia menolak adanya investasi yang berpotensi merusak habitat komodo. "Kalau sampai hal itu terjadi, apa lagi yang mau kita banggakan?. Menjaga habitat itu prioritas. Tidak bisa ditawar-tawar, " ujarnya.
Untuk mengurangi beban di habitat komodo akibat tingginya jumlah pengunjung, ia berharap pengembangan destinasi wisata di daerah sekitar juga perlu dilakukan agar wisatawan tidak menumpuk di komodo. Sebagai contoh, di Kabupaten Manggarai, daerah terdekat ada kampung adat Waerebo. Ada juga pesona Danau Kelimutu dengan keunikan tiga warna di Kabupaten Ende.
Kalau sampai hal itu terjadi, apa lagi yang mau kita banggakan?. Menjaga habitat itu prioritas. Tidak bisa ditawar-tawar. (Wakil Bupati Manggarai Barat Yulianus Weng)
Namun, Doni Parera, pegiat wisata di Labuan Bajo berharap, komitmen pemerintah untuk menjaga ekosistem komodo tidak hanya retorika belaka. Sebagai contoh, pemerintah mengizinkan tiga perusahaan melakukan investasi di kawasan itu. Sebab, investasi oleh perusahaan yang berorientasi pada keuntungan, dapat berpotensi menabrak prinsip konservasi.