NanB sialidase asal bakteri ”Pasteurella multocida” berpotensi dimanfaatkan sebagai antiviral dalam menghambat infeksi virus flu burung tipe H9N2.
Oleh
DEONISIA ARLINTA
·3 menit baca
Pengembangan riset terkait flu burung terus dilakukan di Tanah Air. Sebuah studi baru menunjukkan enzim NanB sialidase asal bakteri Pasteurella multocida berpeluang untuk dimanfaatkan menjadi antiviral dalam menghambat infeksi virus flu burung tipe H9N2. Dalam dosis tertentu, enzim tersebut mampu menghilangkan pintu masuk virus ke dalam sel.
”Sialidase juga memiliki kemampuan anti-avian influenza yang sangat efektif apabila dilihat dari prinsip mekanisme infeksi tersebut. Virus avian influenza membutuhkan sialic acid ketika awal dan akhir infeksi,” ujar Christian Marco Hadi Nugroho saat mempertahankan disertasinya dalam promosi doktor di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) yang diikuti secara daring dari Jakarta, Kamis (30/6/2022) lalu.
Atas disertasi itu, Marco berhak menyandang gelar doktor ilmu kedokteran ke-10 dari FKUI pada 2022. Ia lulus dengan IPK 3,99 dan mendapat predikat cumlaude.
Sialidase juga memiliki kemampuan anti-avian influenza yang sangat efektif apabila dilihat dari prinsip mekanisme infeksi tersebut.
Penelitian yang dia lakukan diawali dengan mencari bakteri yang hanya memiliki satu jenis sialidase, yakni NanB. Setelah ditemukan, optimalisasi pun dilakukan terhadap metode yang dapat menghasilkan NanB sialidase dengan tingkat spesifik yang tinggi. Kemudian, dengan metode yang optimal, NanB sialidase pun diperbanyak dan dilanjutkan dengan tahap pemurnian sampai dapat menghasilkan sialidase murni yang terbukti secara kualitatif dan kuantitatif.
”Sialidase yang telah dihasilkan lalu diuji sifat ketahanannya terhadap suhu, pH, dan lama waktu inkubasi tertentu. Setelah itu, penelitian pun dilanjutkan dengan uji toksisitas serta kemampuan NanB sialidase dalam menghilangkan pintu masuknya virus pada permukaan sel,” tutur Marco.
Dari hasil penelitian yang dilakukan telah menunjukkan bahwa metode kloroform menjadi metode paling optimal menghasilkan aktivitas spesifik dari NanB sialidase. Perbanyakan crude sialidase pun dilakukan dengan menggunakan metode tersebut.
Selain itu, dari hasil pemurnian menunjukkan telah terjadi peningkatan pada tingkat kemurnian NanB sialidase. Dalam penelitian yang dilakukan Marco pun menghasilkan NanB sialidase yang dihasilkan stabil pada pH 5 sampai 7 dengan suhu 37 derajat celsius. Meski begitu, khasiat sialidase akan menurun pada hari ketiga penggunaan.
”Secara umum, sialidase juga tidak beracun pada sel darah merah dan sel MDCK (madin-darby canine kidney). Hal tersebut juga didukung oleh rendahnya ekspresi gen penyandi kerusakan sel pada kelompok dosis 0,129 U/ml (unit per mililiter),” ujar Marco.
Sialidase bekerja lebih umum pada pintu masuk sel yang biasa dikenal sebagai sialic acid. Mekanisme tersebut berbeda dengan cara kerja obat virus lainnya. Dengan hilangnya pintu masuk sel tersebut, infeksi virus pada sel pun akan terhambat sehingga sel tidak mengalami kerusakan.
Oleh sebab itu, Marco menyampaikan, berdasarkan penelitian yang ia lakukan, dapat disimpulkan NanB sialidase asal bakteri Pasteurella multocida efektif bertindak sebagai antiviral dalam menghambat infeksi virus avian influenza subtipe H9N2 pada sel. Meski begitu, pengujian lanjutan pada hewan coba masih perlu dilakukan untuk memperoleh gambaran yang tepat dari hambatan infeksi virus flu burung oleh sialidase.
”Di sisi lain, upaya pengembangan membutuhkan optimasi kembali metode pemurnian sialidase agar dapat diterapkan dengan mudah dan efisien untuk skala industri,” katanya.
Avian influenza atau yang juga disebut flu burung merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh virus yang mudah menyebar melalui udara. Virus flu burung biasa menginfeksi ayam, bebek, dan berbagai jenis unggal lain, serta mampu menular ke manusia. Saat ini, ada berbagai tipe virus flu burung yang ditemukan, seperti H5N1, H7N9, dan H9N2.
Dalam upaya pencegahan penyakit flu burung, vaksinasi dapat dilakukan. Akan tetapi, mutasi virus yang cepat menyebabkan vaksin yang tersedia tidak lagi mampu mencegah penyakit tersebut. Untuk itu, penelitian terbaru amat dibutuhkan.
Guru Besar FKUI Amin Soebandrio yang juga menjadi promotor atas disertasi yang dilakukan Marco mengatakan, hasil riset yang telah dilakukan terkait pemanfaatan sialidase untuk antiviral flu burung diharapkan bisa dilanjutkan sehingga bisa menjadi produk yang bisa dimanfaatkan di masyarakat. Penelitian ini juga diharapkan bisa mendapatkan hak paten.