”Nenek Moyang” Anjing dari Dua Populasi Serigala Terpisah
Dengan menganalisis genom, para peneliti menemukan bahwa anjing purba dan modern secara genetik lebih mirip dengan serigala purba di Asia daripada di Eropa.
Oleh
ICHWAN SUSANTO
·4 menit baca
AFP/ TIMOTHY A. CLARY
Anjing-anjing ras german shepherds bersiap dalam penjurian di acara Westminster Kennel Club Dog Show ke-146 di Lyndhurst Mansion, New York, Amerika Serikat, Senin (20/6/2022).
Melalui pelacakan dan perbandingan genetika pada jasad serigala yang terawetkan selama ribuan tahun, para peneliti menyimpulkan bahwa nenek moyang anjing kemungkinan berasal dari dua populasi serigala terpisah, dari Asia dan Timur Tengah.
Penelitian ahli genetika dan arkeolog internasional tersebut dipimpin oleh Francis Crick Institute di Inggris. Hasil riset ini membawa kemajuan pada jawaban akan misteri lokasi anjing menjalani domestikasi. Sebuah pertanyaan yang belum terjawab hingga kini.
Anjing memang diketahui berasal dari serigala abu-abu. Domestikasi serigala menjadi hewan peliharaan manusia terjadi selama Zaman Es, setidaknya 15.000 tahun lalu. Namun, di mana ini terjadi dan apakah itu terjadi di satu lokasi atau di banyak tempat masih belum diketahui. Penelitian sebelumnya yang menggunakan catatan arkeologi dan membandingkan DNA anjing dan serigala modern pun belum menemukan jawabannya.
Konektivitas ini kemungkinan yang menjadi penyebab serigala berhasil bertahan di Zaman Es, sementara banyak karnivora besar lainnya menghilang.
Dalam studi Francis Crick Institute yang diterbitkan di Nature, Kamis (29/6/2022), para peneliti beralih menggunakan pendekatan genom serigala purba. Ini untuk memahami lokasi anjing pertama berevolusi dari serigala. Mereka menganalisis 72 genom serigala purba yang mencakup 100.000 tahun terakhir, dari Eropa, Siberia, dan Amerika Utara.
Sisa-sisa genom itu berasal dari serigala purba yang sebelumnya digali para arkeolog dari 38 institusi di 16 negara berbeda. Hal itu termasuk kepala utuh dan terawetkan dengan sempurna serigala Siberia yang hidup 32.000 tahun lalu. Investigasi dilakukan di sembilan laboratorium DNA purba yang berbeda dan saling berkolaborasi dalam menghasilkan data urutan DNA serigala.
LOVE DALEN
Kepala serigala berusia 32.000 tahun dari Yakutia yang dipelajari genomnya untuk mengungkap asal-usul domestikasi anjing.
Dengan menganalisis genom, para peneliti menemukan bahwa anjing purba dan modern secara genetik lebih mirip dengan serigala purba di Asia daripada di Eropa. Temuan ini menunjukkan domestikasi di suatu tempat di wilayah timur.
Namun, mereka juga menemukan bukti bahwa dua populasi serigala yang terpisah menyumbangkan DNA pada anjing. Anjing purba dari Eropa timur laut, Siberia, dan Amerika tampaknya memiliki satu asal yang sama dari sumber timur. Tetapi, anjing-anjing awal dari Timur Tengah, Afrika, dan Eropa selatan tampaknya memiliki keturunan dari sumber lain yang terkait dengan serigala di Timur Tengah, selain dari sumber timur.
Analisis para peneliti, hal ini terjadi karena nenek moyang ganda. Artinya, serigala menjalani domestikasi lebih dari sekali, dengan populasi yang berbeda dan kemudian bercampur menjadi satu. Kemungkinan lain, domestikasi hanya terjadi sekali dan bahwa nenek moyang ganda terjadi karena anjing-anjing awal ini bercampur dengan serigala liar. Saat ini tidak mungkin untuk menentukan yang mana dari dua skenario ini yang terjadi.
”Melalui proyek ini, kami telah sangat meningkatkan jumlah genom serigala purba yang diurutkan, memungkinkan kami untuk membuat gambaran rinci tentang nenek moyang serigala, termasuk sekitar waktu asal-usul anjing,” kata Anders Bergström, penulis laporan penelitian dan peneliti pascadoktoral di Lab Ancient Genomics pada situs internet Francis Crick Institute, Rabu.
Perubahan gen
Tim melanjutkan penelitian nenek moyang serigala purba yang dekat dengan anjing yang dapat mengungkapkan lebih tepat lokasi domestikasi yang paling memungkinkan. Mereka sekarang fokus pada genom dari lokasi lain yang tidak termasuk dalam penelitian ini, termasuk wilayah yang lebih selatan.
Karena 72 genom serigala purba membentang sekitar 30.000 generasi, peneliti meyakini dapat melihat ke belakang dan membangun garis waktu bagaimana DNA serigala telah berubah, mengikuti seleksi alam. Misalnya, mereka mengamati bahwa selama periode sekitar 10.000 tahun, satu varian gen berubah dari sangat langka menjadi ada di setiap serigala, dan masih ada di semua serigala dan anjing hingga saat ini.
COKORDA YUDISTIRA
Dari lembah Gunung Batur, gunung berapi aktif di wilayah Bangli, Bali, terdapat kekayaan fauna Indonesia, yakni anjing kintamani bali. Anjing ini memperoleh pengakuan sebagai anjing ras dunia dari Indonesia pada 20 Februari 2019.
Varian tersebut memengaruhi gen IFT88 yang terlibat dalam perkembangan tulang di tengkorak dan rahang. Ada kemungkinan, penyebaran varian ini didorong oleh perubahan jenis mangsa yang tersedia selama Zaman Es. Hal ini memberikan keuntungan bagi serigala dengan bentuk kepala tertentu, tetapi gen tersebut juga dapat memiliki fungsi lain yang tidak diketahui pada serigala.
”Ini adalah pertama kalinya para ilmuwan melacak seleksi alam secara langsung pada hewan besar dalam skala waktu 100.000 tahun, melihat evolusi secara nyata daripada mencoba merekonstruksi DNA hari ini,” kata Pontus Skoglund, penulis senior dan pemimpin kelompok laboratorium Ancient Genomics di Francis Crick Institute.
Peneliti pun menemukan beberapa kasus mutasi menyebar ke seluruh spesies serigala, yang dimungkinkan karena spesies tersebut sangat terhubung dalam jarak yang jauh. Konektivitas ini, katanya, kemungkinan menjadi penyebab serigala berhasil bertahan di Zaman Es, sementara banyak karnivora besar lainnya menghilang.
”Rangkaian waktu seluruh genom yang serupa dari Zaman Es, pada manusia atau makhluk hewan, dapat memberikan informasi baru tentang bagaimana evolusi terjadi.”