Gas Alam yang Digunakan di Rumah Mengandung Polutan Udara Berbahaya
Gas alam yang lazim digunakan di rumah tangga mengandung berbagai bahan kimia organik mudah menguap dan beracun. Keberadaan ventilasi sangat penting untuk mengurangi risiko paparan dari kebocoran gas ini.
Oleh
AHMAD ARIF
·5 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Studi baru menemukan bahwa gas alam yang lazim digunakan di rumah tangga mengandung berbagai bahan kimia organik mudah menguap dan beracun, yang terkait dengan risiko kanker. Membuat ventilasi menjadi salah satu tindakan paling mudah dilakukan dan penting untuk mengurangi sumber polusi dalam ruangan dari kebocoran gas.
Penelitian ini dilakukan oleh Pusat Iklim, Kesehatan, dan Lingkungan Global di Harvard T.H. Chan School of Public Health, PSE Healthy Energy, Atmospheric and Environmental Research (AER), Gas Safety Inc., Boston University, dan Home Energy Efficiency Team (HEET) dan diterbitkan di Environmental Science & Technology pada Selasa (28/6/2022).
Dalam kajian ini, para peneliti melakukan studi identifikasi bahaya dengan mengevaluasi apakah polutan udara ada dalam gas alam yang tidak terbakar. Antara Desember 2019 dan Mei 2021, para peneliti mengumpulkan lebih dari 200 sampel gas alam yang tidak terbakar dari 69 kompor dapur yang terhubung jaringan pipa gas.
Sampel diambil dari wilayah Eversource Gas, National Grid, dan mantan Columbia Gas, yang bersama-sama memberikan layanan kepada 93 persen pelanggan gas Massachusetts, Amerika Serikat.
Dari sampel ini, peneliti mendeteksi 296 senyawa kimia unik, 21 di antaranya telah ditetapkan oleh Pemerintah Amerika Serikat sebagai polutan udara berbahaya. Mereka juga mengukur konsentrasi bau dalam gas alam tingkat konsumen, bahan kimia yang memberikan bau khas pada gas, dan menemukan bahwa kebocoran yang mengandung sekitar 20 bagian per juta metana mungkin tidak memiliki cukup bau untuk dideteksi orang.
”Sudah pasti bahwa gas alam adalah sumber utama metana yang mendorong perubahan iklim,” kata Drew Michanowicz, ilmuwan di Harvard Chan C-CHANGE dan PSE Healthy Energy, yang menjadi penulis pertama kajian ini.
”Tetapi, kebanyakan orang belum benar-benar mempertimbangkan bahwa rumah kita adalah tempat berakhirnya pipa dan bahwa ketika gas alam bocor, itu dapat mengandung polutan udara yang merusak kesehatan selain polutan iklim.”
Tim peneliti menemukan, gas alam yang dipasok ke rumah-rumah warga di Massachusetts mengandung setidaknya 21 polutan udara berbahaya yang berbeda, seperti yang didefinisikan oleh United States Environmental Protection Agency (EPA AS), termasuk di antaranya benzena, toluena, etilbenzena, xilena, dan heksana.
Konsentrasi polutan udara berbahaya dalam gas alam ini bervariasi tergantung pada lokasi dan waktu dalam setahun, dengan konsentrasi tertinggi ditemukan di musim dingin.
Berdasarkan konsentrasi bau, kebocoran kecil dapat tidak terdeteksi oleh penciuman. Bahkan, kebocoran hingga 10 kali tingkat yang terjadi secara alami juga tidak terdeteksi, setara dengan konsentrasi metana sekitar 20 bagian per juta.
Ketika kebocoran gas terjadi, sejumlah kecil polutan udara berbahaya dapat memengaruhi kualitas udara dalam ruangan karena gas alam ini digunakan oleh peralatan yang berada di dekat manusia. Kebocoran gas luar ruang yang terus-menerus terletak di seluruh sistem distribusi juga dapat menurunkan kualitas udara luar ruang sebagai prekursor materi partikulat dan ozon.
”Studi ini menunjukkan bahwa peralatan gas, seperti kompor dan oven, dapat menjadi sumber bahan kimia berbahaya di rumah kita bahkan ketika kita tidak menggunakannya. Bahan kimia yang sama ini juga mungkin ada dalam sistem distribusi gas yang bocor di kota-kota,” kata Jonathan Buonocore, rekan penulis dan ilmuwan riset di Harvard Chan C-CHANGE.
Temuan ini sejalan dengan editorial di New England Journal of Medicine yang diterbitkan pada Januari 2022 lalu, yang menyebutkan bahaya kesehatan dan lingkungan dari gas alam yang biasa dipakai untuk memasak.
Studi ini menunjukkan bahwa peralatan gas, seperti kompor dan oven, dapat menjadi sumber bahan kimia berbahaya di rumah kita bahkan ketika kita tidak menggunakannya.
Semakin banyak literatur medis menetapkan kaitan antara memasak dengan gas dan asma anak, termasuk satu meta-analisis dari tahun 2013 yang menemukan bahwa anak-anak yang tinggal di rumah dengan kompor gas menghadapi 42 persen peningkatan risiko gejala asma dan 24 persen peningkatan risiko asma dalam hidup mereka.
Sementara menurut American Lung Association, gas alam menghasilkan produk sampingan dari nitrogen dioksida (NO2), polutan udara yang dapat mengurangi fungsi paru-paru, menyebabkan radang saluran udara, meningkatkan serangan asma, dan memperburuk masalah pernapasan lainnya.
Mengurangi risiko
Dalam kajian ini, para peneliti dari Harvard Chan C-CHANGE tersebut juga memberikan sejumlah rekomendasi yang dapat diambil oleh pembuat kebijakan dan individu untuk mengurangi risiko kesehatan yang ditimbulkan oleh gas alam yang digunakan di rumah.
Perusahaan pipa gas untuk mengukur dan melaporkan informasi yang lebih rinci tentang komposisi gas alam, khususnya membedakan senyawa organik volatil non-metana seperti benzena dan toluena. Penyedia utilitas gas juga diminta untuk secara rutin mengukur dan melaporkan kandungan bau gas alam kepada pelanggan.
Untuk mendukung ini, Pemerintah AS diminta mewajibkan pengukuran langsung gas alam yang bocor dan tidak terbakar di udara ambien untuk dimasukkan dalam inventarisasi emisi guna menentukan risiko kesehatan masyarakat dengan lebih baik.
Selain itu, Komisi Keamanan Produk Konsumen juga diharapkan memiliki wewenang untuk menetapkan standar kinerja kompor gas dan tudung ventilasi untuk membatasi emisi polutan udara. Berikutnya, inspektur dan kontraktor rumah dapat diminta melakukan survei deteksi kebocoran peralatan gas alam atau untuk mengukur metana kisaran ppm, serupa dengan uji radon yang dilakukan sebelum penyelesaian transaksi perumahan.
Mengingat pentingnya bau dalam mendeteksi kebocoran gas, peraturan pemerintah tentang bau gas alam dapat diperbarui sehingga bau gas alam memenuhi tingkat deteksi yang jauh lebih rendah daripada batasan yang lebih rendah 1/5 saat ini.
Selain saran untuk pengambil kebijakan, para peneliti juga memberikan rekomendasi untuk pengguna. Karena kebocoran kecil bisa menghindari indra penciuman kita, konsumen disarankan melakukan survei deteksi kebocoran gas alam di rumah yang dilakukan oleh tukang ledeng berlisensi atau kontraktor pemanas, ventilasi, dan pendingin udara (HVAC) dapat memverifikasi bahwa tidak ada kebocoran kecil.
Selain itu, peningkatan ventilasi juga menjadi salah satu tindakan paling mudah diakses dan penting untuk mengurangi sumber polusi dalam ruangan. Membuka jendela dan menyalakan ventilasi yang mengeluarkan udara ke luar saat memasak adalah langkah sederhana yang dapat menurunkan risiko paparan di dalam ruangan.
”Jika Anda mencium bau gas, keluar dari gedung dan segera hubungi perusahaan gas Anda untuk menilai apakah ada kebocoran di dalam atau di dekat rumah Anda,” tulis para peneliti.