Roda bisnis pariwisata yang tidak terkendali berpotensi menabrak prinsip konservasi reptil komodo.
Oleh
FRANSISKUS PATI HERIN
·3 menit baca
LABUAN BAJO, KOMPAS - Penetapan Labuan Bajo, Kabupaten Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur sebagai destinasi wisata super prioritas mendorong roda bisnis pariwisata di daerah itu melaju semakin kencang sehingga berpotensi menabrak prinsip konservasi. Eksploitasi reptil komodo yang menjadi daya tarik wisata pun tak terhindarkan.
Menurut pantauan Kompas pada Jumat (24/6/2022), puluhan kapal yang membawa wisatawan bergerak dari Labuan Bajo ke sejumlah lokasi wisata di Pulau Komodo dan sekitarnya. Lokasi yang paling banyak dikunjungi adalah Pulau Padar, Pantai Pink, dan Pulau Komodo.
Di Pulau Padar, wisatawan mendaki ke puncak untuk berpose. Pemandangan dari puncak berupa punggung bukit yang membatasi tiga teluk yang saling membelakangi. Warna tumbuhan yang kecoklatan, batu karang, serta air laut biru bening di ujung pasir putih, menjadi pemandangan yang memanjakan mata.
Di Padar terdapat komodo, tapi keberadaannya sulit ditemukan wisatawan. Selanjutnya Pantai Pink terkenal dengan pasir yang berwarna pink. Warna pink itu tampak jelas saat pasir tersentuh air laut. Di pesisir itu wisatawan biasa berenang menikmati segar dan jernihnya air laut.
Destinasi yang paling diburu adalah Pulau Komodo. Di sana, wisatawan diajak menyusuri rute habitat komodo dan melihat komodo secara langsung. Mereka memotret dan berswafoto dengan latar belakang komodo.
Di lokasi itu, pemandu dengan kayu bercabang berusaha menghadang pergerakan komodo yang hendak masuk ke tengah hutan. Beberapa ekor komodo terhenti, tapi banyak juga yang terus bergerak maju sehingga pemandu pun menghindar. "Kasihan komodonya. Jangan ditahan lama-lama. Komodo bisa stres, " ujar Tasya (35) pengunjung.
Namun, salah satu pemandu mengatakan, mereka terpaksa melakukan hal itu agar wisatawan dapat melihat komodo lebih lama dan dapat berpose dengan komodo dalam satu bingkai. "Kasihan mereka sudah datang jauh-jauh untuk lihat komodo tapi komodo sudah masuk ke hutan. Semua ini kami lakukan untuk kepuasan wisatawan, " ujarnya.
Padahal, ketika tiba di pulau itu, para pemandu menjelaskan kepada wisatawan bahwa komodo adalah binatang liar sehingga tidak ada jaminan dapat melihat komodo. Terlebih lagi, bulan Juni merupakan saat dimana musim kawin komodo sehingga komodo berada di dalam sarang atau di tempat tersembunyi.
Doni Parera, pegiat wisata di Labuan Bajo berpendapat, pengelolaan pariwisata super prioritas telah menabrak semangat konservasi. Bahkan sebagai bentuk eksploitasi terhadap keberadaan komodo. Di satu sisi membawa keuntungan untuk bisnis pariwisata, namun di sisi lain mengancam keberadaan komodo.
Ia mencontohkan, pembangunan sarana dan prasarana di Pulau Rinca. Pembangunan itu mengganggu habitat komodo. Selain itu pemberian izin pemanfaatan areal taman nasional komodo untuk investasi. "Kalau ruang hidup komodo sudah terganggu akan berdampak pada kelangsungan hidupnya. Ini bisa membawa pada kepunahan, " ujarnya.
Jika komodo punah, lanjutnya, tidak ada lagi yang bisa dibanggakan. Penetapan Labuan Bajo sebagai daerah wisata super prioritas itu karena keberadaan komodo. Jika komodo punah, pariwisata di daerah itu otomatis akan mati sebab tidak ada lagi daya tariknya.
Dwi Putro Sugiarto, Kepala Sub Bagian Tata Usaha Taman Nasional Komodo membantah anggapan bahwa telah terjadi eksplorasi terhadap komodo. Menurutnya, aktivitas pariwisata dan konservasi selalu berjalan beriringan. Konservasi untuk perlindungan terhadap komodo tetap menjadi prioritas utama.
Ia juga menjelaskan, pembangunan sarana prasarana di Pulau Rinca sudah melalui kajian yang mendalam sehingga tidak mengganggu ruang hidup komodo. "Tidak ada perubahan perilaku komodo di Pulau Rinca. Contohnya, komodo masih tetap bertelur seperti biasa, " ujarnya.
Menurutnya, yang perlu diatur ke depan adalah pembatasan jumlah pengunjung ke setiap lokasi di dalam taman nasional. Tujuannya untuk menjaga keseimbangan habitat. Setiap wisatawan yang hendak masuk ke sana harus mendaftar terlebih dahulu. Sistem tersebut masih sedang disiapkan untuk diterapkan.
Ia juga memaparkan populasi komodo yang saat ini dalam batasan normal. Komodo tersebar di lima pulau antara lain Pulau Komodo, Rinca, Padar, Gili Motang, dan Nusa Kode. Total populasi komodo tahun 2021 sebanyak 3.303 ekor.