Cegah Penularan Covid-19 dan Penyakit Lain pada Anak Selama Liburan
Sekalipun mayoritas anak yang terinfeksi Covid-19 bergejala ringan dan tanpa gejala, ada yang kemudian mengalami sindrom peradagangan hebat pada berbagai sistem organnya sehingga pencegahan harus menjadi prioritas.
Oleh
AHMAD ARIF
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Meningkatnya kembali kasus Covid-19 membuat anak-anak rentan terinfeksi, terutama bagi mereka yang menempuh perjalanan untuk berlibur bersama keluarga. Meski mayoritas anak yang terinfeksi bergejala ringan dan tanpa gejala, ada yang mengalami sindrom peradangan hebat pada berbagai sistem organnya sehingga pencegahan harus menjadi prioritas.
Tim Pemberdayaan Masyarakat Bidang Dukungan Darurat Kesehatan Satuan Tugas Penanganan Covid-19 dan Ketua Departemen Ilmu Kedokteran Komunitas, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Retno Asti Werdhani menyampaikan hal itu dalam diskusi daring, di Jakarta, Rabu (29/6/2022).
Retno mengingatkan agar masyarakat lebih hati-hati menjaga anak-anak selama musim liburan ini. Selain risiko tertular Covid-19 yang kasusnya kini kembali naik, anak-anak juga rentan terhadap berbagai penyakit infeksi lain.
”Anak-anak lebih rentan dari penyakit infeksi karena respons imun mereka belum sebagus orang dewasa. Apalagi, anak berusia di bawah lima tahun yang belum bisa menjalani vaksinasi Covid-19,” ujarnya.
Menurut Retno, sakit pada anak ini rata-rata karena tertular dari orang lain. Oleh karena itu, orang dewasa di sekitarnya harus sehat agar tidak menularkan penyakit ke anak-anak.
”Untuk proteksi diri, yang berusia enam tahun ke atas, sebelum bepergian segera divaksin. Namun, bagi anak-anak yang belum bisa divaksin karena memiliki penyakit kronis yang mengalami kontra indikasi vaksin harus konsultasi ke dokter dulu sebelum melakukan perjalanan. Pendamping juga harus proteksi diri, segera vaksin booster,” katanya.
Sindrom peradangan
Ketua Satuan Tugas Covid-19 Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Yogi Prawira mengatakan, dalam dua minggu terakhir terjadi peningkatan kasus Covid-19 pada anak-anak yang membutuhkan perawatan, di perawatan biasa ataupun unit perawatan intensif atau ICU.
Anak-anak lebih rentan dari penyakit infeksi karena respons imun mereka belum sebagus orang dewasa. Apalagi, anak berusia di bawah lima tahun yang belum bisa menjalani vaksinasi Covid-19.
Sering kali orang berasumsi, kalau anak terkena Covid-19, gejalanya ringan. Namun, kenyataannya ada peningkatan kondisi MIS-C (multisystem inflamantory syndrom in chilndren), yaitu sindrom peradangan hebat pada berbagai sistem organ pasca-Covid-19.
Jika anak-anak yang biasanya menjadi kritis jika terinfeksi Covid-19 adalah yang punya komorbid atau penyakit penyerta, mereka yang mengalami MIS-C justru yang sebelumnya dalam kondisi sehat. ”Beberapa bulan setelah Covid-19 pada anak-anak ini teratasi, terjadi peradangan hebat. Jadi, bahaya Covid-19 pada anak tidak hanya saat infeksi, tetapi juga setelahnya,” ujarnya.
Menurut Yogi, infeksi Covid-19 bersifat sistemik, tidak hanya menyerang di sistem pernapasan. ”Ada anak yang dominan di sistem pencernaan, muntah, diare, dan sakit perut. Tidak mengalami pilek atau demam sama sekali. Secara umum juga, sekitar 70 persen anak mengalami gejala ringan, bahkan tanpa gejala,” katanya.
Dengan adanya temuan kasus MIS-C, anak-anak yang pernah terinfeksi Covid-19 harus dipantau setidaknya dua hingga delapan minggu setelah dinyatakan sembuh. ”Gejalanya demam tinggi, gangguan saluran cerna, kemerahan di kulit dan mata, lidah kemerahan, hingga anak lemas,” kata Yogi.
Selain risiko MIS-C, anak-anak bisa mengalami long covid, yang gejalanya bisa menetap selama 12 minggu setelah infeksi. ”Ada penelitian yang menyatakan sekitar 10 persen anak yang terinfeksi bisa terkena long covid. Gejalanya tidak jelas. Misalnya, sebelumnya atlet dan aktif, kemudian gampang capek, asma semakin parah, kesulitan konsentrasi (brain fog),” ujarnya.
Yogi menambahkan, selain Covid-19, hepatitis misterius masih menjadi ancaman bagi anak-anak. ”Untuk hepatitis akut ini, sampai sekarang masih ada ketidaksepakatan penyebabnya. Berdasarkan laporan di Inggris, ternyata 70 persen mengalami infeksi adenovirus walaupun sebagian ada yang lain. Adenovirus musiman. Di Amerika Serikat sangat bervariasi virus yang ditemukan,” katanya.
Pencegahan
Dengan banyaknya risiko pada anak-anak yang terpapar Covid-19 dan penyakit infeksi lain, Yogi menegaskan, mencegah anak-anak dari tertular Covid-19 harus tetap menjadi prioritas. ”Subvarian Omicron lebih menular walaupun keparahannya tidak bertambah. Tetapi, protokol kesehatan di masyarakat menurun. Kita banyak yang sudah lelah. Padahal, anak-anak peniru ulung,” katanya.
Menurut dia, untuk mencegah penularan pada anak, perlu ada lapisan perlindungan. ”Anak di bawah 5 tahun tidak bisa divaksinasi, harus dilindungi sekitarnya. Kalaupun melakukan perjalanan, pilih aktivitas outdoor. Kalau terpaksa di kerumunan, tetap pakai masker,” katanya.
Dampak Covid-19 terhadap Anak Infografik
Selama dua tahun pandemi, protokol kesehatan terbukti bisa mencegah penyakit infeksi. Menurut Yogi, Indonesia merupakan pasar swalayan penyakit infeksi karena memiliki berbagai macam penyakit yang sebagian bisa dicegah dengan protokol kesehatan. Jadi, protokol kesehatan ini tak hanya untuk Covid-19, tetapi penyakit lainnya. Selama Covid-19, angka infeksi penyakit lain pun menurun.
Retno mengatakan, selama perjalanan dengan anak, sebaiknya orangtua juga memilih lingkungan, tempat liburan, dan penginapan yang mengikuti protokol Covid-19. ”Usahakan membawa botol minuman dan bekal makanan sendiri. Kalau terpaksa makan di luar, pilih yang sudah dimasak dengan baik. Sendok-garpu dicelupkan ke air panas sebelum makan,” katanya.