Virus Polio dari Vaksin Terdeteksi dalam Sampel Limbah di London
Jaringan Laboratorium Polio Global (GPLN) telah mengonfirmasi isolasi virus polio yang diturunkan dari vaksin tipe 2 (VDPV2) dari sampel lingkungan di London, Inggris Raya.
Oleh
AHMAD ARIF
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Jenis virus polio yang berasal dari vaksin telah terdeteksi dalam sampel limbah di London, Inggris. Meskipun lebih lemah dari virus polio liar, varian ini dapat menyebabkan penyakit serius dan kelumpuhan pada orang yang tidak divaksinasi terhadap penyakit tersebut.
Temuan ini diumumkan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), dalam keterangan tertulis pada Rabu (22/6/2022). ”Jaringan Laboratorium Polio Global (GPLN) telah mengonfirmasi isolasi virus polio yang diturunkan dari vaksin tipe 2 (VDPV2) dari sampel lingkungan di London, Inggris Raya, yang terdeteksi sebagai bagian dari pengawasan penyakit yang sedang berlangsung,” sebut WHO.
Dalam keterangannya, WHO juga menyebutkan, penting untuk dicatat bahwa virus telah diisolasi dari sampel lingkungan saja dan sejauh ini tidak ada kasus kelumpuhan yang terdeteksi. ”Cakupan terakhir untuk vaksinasi DTaP/IPV/Hib/HepB, yang melindungi terhadap beberapa penyakit termasuk polio, di London menunjukkan cakupan imunisasi 86,6 persen,” tulis WHO.
Meski demikian, WHO memperingatkan, ”Segala bentuk virus polio di mana saja adalah ancaman bagi anak-anak di mana-mana.”
Sejumlah kecil polio yang dilemahkan, tetapi hidup, masih menyebabkan wabah sesekali di tempat lain.
Badan Keamanan Kesehatan Inggris (UKHSA) dalam rilisnya menyebutkan, isolat virus telah ditemukan di beberapa sampel limbah yang dikumpulkan dari Pekerjaan Pengolahan Limbah London Beckton antara Februari dan Juni 2022.
Pabrik tersebut mencakup sebagian besar wilayah utara dan timur London yang merupakan rumah bagi sekitar 4 juta orang. Beberapa isolat virus polio terdeteksi rata-rata setiap tahun dalam sampel limbah Inggris, tetapi mereka cenderung tidak terkait, sebut UKHSA yang juga memperingatkan bahwa dalam kasus ini isolat itu ”berhubungan secara genetik”.
”Ini telah mendorong perlunya menyelidiki tingkat penularan virus ini di timur laut London,” dalam siaran pers UKHSA.
Vanessa Saliba, konsultan epidemiologi di UKHSA, mengatakan, virus polio yang diturunkan dari vaksin jarang terjadi dan risiko terhadap masyarakat secara keseluruhan sangat rendah. ”Virus polio yang diturunkan dari vaksin memiliki potensi untuk menyebar, terutama di komunitas di mana penyerapan vaksin lebih rendah,” kata dia.
Saliba menambahkan, virus ini terkadang dapat menyebabkan kelumpuhan pada orang yang tidak divaksinasi lengkap. ”Jadi, jika Anda atau anak Anda tidak mengetahui informasi terbaru tentang vaksinasi polio Anda, penting bagi Anda untuk menghubungi dokter umum Anda untuk keluar dari ketertinggalan atau jika tidak yakin, periksa Buku Merah Anda. Sebagian besar penduduk Inggris akan dilindungi dari vaksinasi di masa kanak-kanak, tetapi di beberapa komunitas dengan cakupan vaksin yang rendah, individu mungkin tetap berisiko,” katanya.
Menurut dia, Layanan Kesehatan Nasional (NHS) Inggris segera menyelidiki untuk lebih memahami sejauh mana penularan ini. Organisasi itu pun telah diminta untuk segera melaporkan kasus yang dicurigai ke UKHSA meskipun sejauh ini tidak ada kasus yang dilaporkan atau dikonfirmasi.
Kepala Perawat NHS di London, Jane Clegg, mengatakan, mayoritas warga London sepenuhnya terlindungi dari polio dan tidak perlu mengambil tindakan lebih lanjut. Namun, NHS akan mulai menjangkau orangtua dari anak-anak berusia di bawah lima tahun di London yang belum mengetahui vaksinasi polio agar mendapatkan perlindungan.
Riwayat vaksinasi
Menurut WHO, upaya global besar-besaran dalam beberapa dekade terakhir hampir memusnahkan polio, penyakit virus yang melumpuhkan dan berpotensi fatal yang terutama menyerang anak-anak di bawah usia lima tahun. Kasus telah menurun 99 persen sejak 1988 ketika polio mewabah di 125 negara dan 350.000 kasus tercatat di seluruh dunia.
Versi liar dari virus sekarang hanya ada di Afghanistan dan Pakistan, tetapi jenis vaksin yang mengandung sejumlah kecil polio yang dilemahkan, tetapi hidup, masih menyebabkan wabah sesekali di tempat lain. Vaksin polio oral (OPV) bereplikasi di usus dan dapat ditularkan ke orang lain melalui air yang terkontaminasi tinja, artinya tidak akan melukai anak yang telah divaksinasi, tetapi dapat menginfeksi tetangga mereka di tempat yang tingkat kebersihan dan imunisasinya rendah.
Meskipun lebih lemah dari virus polio liar, varian ini dapat menyebabkan penyakit serius dan kelumpuhan pada orang yang tidak divaksinasi terhadap penyakit tersebut. Secara global, menurut WHO, ada 959 kasus yang dikonfirmasi dari VDPV2 pada tahun 2020.
Sebelumnya, WHO menyerukan agar OPV dihapus secara bertahap di seluruh dunia dan diganti dengan vaksin polio yang tidak aktif (IPV). Inggris berhenti menggunakan OPV pada tahun 2004, dan otoritas kesehatan Inggris mengatakan kemungkinan virus yang ditemukan dalam sampel limbah telah diimpor oleh seseorang yang baru saja divaksinasi dengannya di luar negeri.