Kapasitas laboratorium pemeriksaan dengan fasilitas pengurutan genom di Indonesia terus diperkuat. Hal ini diperlukan agar Indonesia siap menghadapi risiko penyakit infeksi baru dan penanganan penyakit lainnya.
Oleh
DEONISIA ARLINTA
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Indonesia mendapatkan dukungan dari Global Fund untuk pengembangan 17 laboratorium pengurutan genom pada 2022. Dukungan ini diharapkan dapat memperkuat kapasitas surveilans dan diagnostik berbagai penyakit sekaligus meningkatkan pengetahuan ilmiah secara lebih luas.
Sekretaris Jenderal Kementerian Kesehatan Kunta Wibawa Dasa Nugraha di Jakarta, Kamis (23/6/2022), mengatakan, dukungan yang telah diberikan oleh Global Fund memperkuat kapasitas laboratorium di Indonesia, khususnya laboratorium pengurutan genom (genome sequencing) dengan generasi terbaru. Saat ini ada 29 fasilitas laboratorium tersebar di 19 provinsi di Indonesia.
”Dukungan yang diberikan oleh Global Fund dapat mendorong Indonesia untuk meningkatkan kapasitas laboratorium rujukan nasional serta memberdayakan lebih banyak laboratorium dalam melakukan sequencing,” katanya.
Kunta menambahkan, dukungan yang diberikan oleh Global Fund tidak hanya terkait dengan laboratorium, tetapi juga pengadaan reagen, bahan habis pakai, peralatan pendukung, serta pelatihan dan bantuan teknis lainnya. Melalui kolaborasi ini pula, kapasitas pemeriksaan spesimen di tingkat nasional dapat meningkat hampir tiga kali lipat. Khusus untuk pemeriksaan pengurutan genom dari SARS-CoV-2, virus penyebab Covid-19, Indonesia memasukkan 25.100 data sekuensing ke GISAID.
Pemeriksaan pengurutan genom yang dilakukan untuk mengidentifikasi virus penyebab Covid-19 ataupun penyakit dan patogen lain yang menyebabkan kedaruratan kesehatan masyarakat. Teknologi ini akan digunakan untuk mengidentifikasi penyakit lain, seperti tuberkulosis, malaria, HIV, dan influenza.
”Kapasitas pengurutan genom ini akan membantu Indonesia untuk meningkatkan kesiapan dalam menghadapi tantangan kesehatan di masa depan. Untuk saat ini, teknologi ini akan dimanfaatkan untuk menganalisis metagenomik dari suspek kasus hepatitis akut yang belum diketahui penyebabnya,” ujar Kunta.
Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin menambahkan, dukungan laboratorium dari Global Fund juga akan dioptimalkan untuk pemerataan jejaring laboratorium rujukan di Indonesia. Laboratorium ini tak hanya difokuskan di Pulau Jawa, tetapi akan disebar di beberapa provinsi lain di luar Jawa, seperti Sumatera Utara, Kalimantan Timur, Sulawesi Utara, Papua, dan Papua Barat.
”Dukungan ini akan dimanfaatkan pula untuk peningkatan kemampuan diagnostik kita. Nantinya juga akan digunakan untuk pengembangan alat uji diagnostik serta terapi baru yang lebih efektif untuk penyakit infeksi,” katanya.
Direktur Eksekutif Global Fund untuk penanggulangan AIDS, Tuberkulosis, dan Malaria Peter Sands menyampaikan, pengembangan yang bisa dilakukan dari adanya laboratorium pengurutan genom ini tidak hanya dalam penanggulangan Covid-19. Upaya surveilans yang dilakukan dari pemanfaatan laboratorium ini juga merupakan titik awal yang bisa dilakukan.
Menurut dia, dengan memiliki kapasitas laboratorium yang lebih baik, itu bisa dimanfaatkan secara lebih luas, mulai dari meningkatkan perawatan klinis serta meningkatkan pengetahuan ilmiah terkait dengan berbagai isu kesehatan masyarakat.
Dukungan ini akan dimanfaatkan pula untuk peningkatan kemampuan diagnostik kita. Nantinya juga akan digunakan untuk pengembangan alat uji diagnostik serta terapi baru yang lebih efektif untuk penyakit infeksi.
”Begitu banyak peluang yang bisa dilakukan dari adanya kemampuan (pengurutan genom) ini. Salah satu yang bisa dilakukan ialah dengan melakukan pengawasan air limbah untuk mengetahui penyebaran Covid-19. Upaya ini sudah dilakukan di Amerika Serikat, Inggris, dan Singapura,” ucap Peter.
Peningkatan kapasitas laboratorium untuk pengurutan genom ini diharapkan dapat dimanfaatkan dalam pengendalian penyakit yang masih jadi beban di Indonesia, seperti tuberkulosis (TBC).
Indonesia merupakan negara ketiga dengan kasus TBC terbesar di dunia setelah India dan China. Melalui peningkatan kapasitas pemeriksaan ini seharusnya semakin banyak kasus baru yang teridentifikasi serta makin banyak kasus yang bisa segera ditangani. Dengan begitu, risiko penularan bisa dicegah.
Pendanaan
Peter menyampaikan, pandemi Covid-19 telah memengaruhi sistem pelayanan kesehatan esensial lain, seperti pelayanan pada TBC, HIV, dan malaria. Dikhawatirkan, banyak kasus baru tidak teridentifikasi dan banyak kasus yang terhambat untuk mendapatkan pengobatan.
Berbagai penguatan diperlukan untuk memastikan pelayanan pada penyakit menular tersebut bisa kembali optimal. Dalam hal penganggaran pun banyak negara yang kemudian mengalihkan anggaran kesehatan esensial untuk penanganan pandemi.
Karena itu, Global Fund berkomitmen tidak mengalihkan anggaran yang sudah dialokasikan untuk penanganan penyakit, seperti tuberkulosis, HIV, dan malaria.
Ketua Coordinating Mechanism Indonesia (CCM) untuk program Global Fund Kirana Pritasari menyampaikan, pada 2021-2023 Indonesia telah menerima dana 418 juta dollar AS untuk penanganan TB, HIV/AIDS, dan malaria dari Global Fund. Sebanyak 88 juta dollar AS diberikan khusus untuk penanganan Covid-19. Pendanaan ini merupakan yang terbesar dari tahun sebelumnya.
”Untuk siklus berikutnya (2024-2026), Global Fund tetap berkomitmen mendukung Indonesia. Namun, sebagai negara dengan pendapatan menengah, Indonesia harus siap untuk masuk dalam masa transisi. Indonesia pun diajak untuk bisa menjadi negara donor sekalipun itu sifatnya sukarela,” katanya.
Kirana menyampaikan, semua pihak diajak untuk bisa bersama-sama turut berperan menanggulangi persoalan kesehatan di tengah masyarakat, termasuk TB, HIV/AIDS, dan malaria. Tiga isu kesehatan tersebut masih menjadi beban yang cukup berat yang dihadapi oleh Indonesia.
”Di masa transisi ini, kita mengajak agar semua pihak, seperti pemerintah daerah dan filantropi, untuk turut berkomitmen mendukung pengendalian penyakit tersebut. Setidaknya kita harapkan pemerintah daerah mulai memasukkan anggaran penanganan penyakit TB, HIV, dan malaria ke dalam perencanaan anggaran mereka,” ucapnya.