Minyak atsiri sereh wangi menjadi inovasi baru yang digunakan untuk membersihkan lumut dan jamur pada Candi Borobudur.
Oleh
REGINA RUKMORINI
·5 menit baca
Sekian lama dikenal kegunaannya untuk dunia farmasi dan kesehatan manusia, minyak atsiri ternyata juga bermanfaat untuk kebutuhan konservasi benda cagar budaya. Dalam penelitian yang dilakukan Balai Konservasi Borobudur (BKB), minyak ini ter bukti cukup efektif untuk “mengobati” Candi Borobudur di Kabupaten Magelang, Jawa Tengah.
“Pengobatan” yang dimaksudkan adalah minyak atsiri mampu membersihkan lumut dan jamur yang kerap tumbuh di permukaan batuan candi. Hal ini akan langsung terlihat 1-2 minggu setelah minyak ini disemprotkan pada batuan. Minyak atsiri yang dipakai dan diterapkan oleh BKB adalah minyak yang bersumber dari sereh wangi.
Ibarat penyakit, jamur, kerak ataupun lumut, harus segera dibersihkan, disingkirkan dari batuan. Upaya pembersihan wajib dilakukan batuan candi tak berisiko cepat lapuk.
Nahar Cahyandaru, pamong budaya ahli madya BKB, mengatakan, inisiatif menggunakan minyak atsiri ini bermula dari komitmen BKB untuk mulai menghentikan penggunaan bahan-bahan kimia untuk kebutuhan konservasi candi, di tahun 2009.
Selain dampak residu yang mengalir dan membahayakan lingkungan sekitar candi, dampak penggunaan herbisida juga dikhawatirkan akan membahayakan pengunjung dan siapa pun lewat, berada di sekitar candi.
Tahun 2014, barulah mulai tercetus ide untuk menggunakan minyak atsiri sebagai bahan pengganti. Di tahap awal, BKB berpikiran untuk mencari obat pembasmi jamur.
Minyak atsiri kemudian menjadi opsi pertama yang langsung dipilih karena sejak lama, para ahli sudah merumuskan dan menggunakan minyak ini sebagai bahan anti bakteri dan anti virus. Adapun, bakteri dan virus merupakan mikroorganisme yang memiliki kemiripan dengan jamur.
Belum mengetahui jenis daun tanaman apa yang paling cocok dan efektif, maka eksperimen pun dilakukan menggunakan minyak atsiri dari tujuh jenis daun dan akar, yaitu sereh wangi, cengkeh, pala, lada, kunyit, nilam, dan akar wangi. Pengujian dilakukan dengan mencampurkan tiap jenis minyak tersebut dengan bahan pengelmulsi atau surfaktan dan air.
Campuran itu kemudian diujikan dengan cara disemprotkan pada jamur yang sengaja ditumbuhkan di cawan petri, dan disemprotkan pada jamur yang tumbuh pada sampel batu-batu bukan benda cagar budaya di kantor BKB. Uji coba ini dilakukan dengan menggunakan persentase penggunaan minyak atsiri yang berbeda-beda, mulai dari 1 persen hingga 20 persen.
Dengan tingkat efektifvitas yang berbeda-beda, semua minyak atsiri dari tujuh daun tersebut sebenarnya bisa membersihkan jamur. Namun, minyak atsiri dari tiga jenis daun yaitu sereh wangi, pala, dan cengkeh, dianggap sebagai pilihan yang paling bisa diandalkan untuk kebutuhan pembersihan jamur di candi.
Minyak atsiri sereh wangi juga terbukti efektif untuk membasmi jamur, kerak, dan lumut di beragam jenis batuan candi, mulai dari batu andesit, bata merah, serta batu putih.
"Selain mempertimbangkan tingkat efektivitas dan kondisi ketersediaan di lapangan, minyak atsiri dari sereh wangi, pala, dan cengkeh, dianggap tepat untuk dipakai karena bisa didapatkan dengan harga relatif murah dibandingkan minyak atsiri dari jenis daun yang lain,” ujarnya.
Minyak atsiri sereh wangi, bisa didapatkan dengan harga Rp 200.000-Rp 300.000 per kilogram (kg). Minyak atsiri dari akar wangi inisebenarnya menebarkan aroma yang harum. Namun, karena nilai rendemennya yang relatif rendah, kurang dari 0,5 persen, maka minyak atsiri akar wangi dijual dengan harga relatif mahal, mencapai Rp 1 juta hingga Rp 3 juta per kg.
Sekalipun ada tiga pilihan minyak atsiri yang cocok untuk kebutuhan candi, dengan mempertimbangkan ketersediaan di lapangan, BKB lebih memfokuskan pada pengunaan minyak atsiri sereh wangi, dengan kadar persentase pemakaian 5-10 persen per liter air.
Setelah itu, di tahun 2019, khusus minyak atsiri sereh wangi, pengujian dilakukan dengan menyemprotkannya pada benda cagar budaya (BCB) berupa batu-batu lepas candi yang disimpan di kantor BKB. Jika sebelumnya hanya diujikan untuk membersihkan jamur, saat itu, pengujian dilakukan juga pada lumut kerak (Lichen), yang kebetulan juga tumbuh di batu lepas. Adapun, lumut kerak adalah merupakan bentuk simbiosis antara alga hijau atau sianobakteri dengan jamur.
Hasilnya justru mengejutkan. Minyak atsiri itu juga efektif untuk membersihkan lumut kerak.
“Dari hasil pengujian tersebut, maka akhirnya, kami pun berkesimpulan bahwa minyak atsiri sereh wangi ini bisa digunakan untuk membersihkan jamur, kerak, dan lumut,” ujarnya.
Setelah melanjutkan pengujian dengan kegiatan penyemprotan di bagian kaki Candi Borobudur di akhir tahun lalu, pada akhir Juni 2022, minyak atsiri sereh wangi mulai digunakan untuk pembersihan lumut rutin di seluruh bangunan candi.
Sosialisasi
Tahun 2021, BKB menyosialisasikan dan mempraktikkan penyemprotan minyak atsiri sereh wangi ke berbagai candi seperti Candi Muara Takus di Riau, serta lima candi, dan situs makam di Jawa Timur. Dari kegiatan ini, minyak atsiri sereh wangi juga terbukti efektif untuk membasmi jamur, kerak, dan lumut di beragam jenis batuan candi, mulai dari batu andesit, bata merah, serta batu putih. Sosialisasi dan praktik juga dilakukan di tiga Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) yaitu BPCB Makasar, Ternate, dan Bali.
Sekitar 0,17 liter minyak atsiri sereh wangi bisa digunakan untuk membersihkan satu meter persegi bidang batuan yang penuh jamur. Jika semula minyak atsiri yang digunakan dibeli dari Yogyakarta, mulai tahun ini, minyak atsiri yang digunakan sudah diproduksi oleh warga di Desa Karanganyar, Kecamatan Borobudur.
Demi menghindari risiko agar inovasi ini tidak mudah ditiru, Nahar mengatakan, pihaknya saat ini berupaya untuk terus mengembangkan produk minyak atsiri sereh wangi. "Tidak melulu murni menggunakan sereh wangi, kami akan berupaya membuat campuran yang lebih kompleks," kata dia.
Selain agar emulsi yang dihasilkan beraroma lebih wangi, diharapkan campuran tersebut nantinya tidak gampang ditiru oleh orang lain. Dengan menggunakan lebih banyak komponen campuran, maka diharapkan biaya produksi emulsi juga akan lebih murah dibandingkan hanya dengan menggunakan minyak atsiri sereh wangi.
Kepala BKB Wiwit Kasiyati, mengatakan, minyak atsiri sereh wangi ini akan menjadi emulsi yang akan terus dipakai untuk pembersihan jamur dan lumut di Candi Borobudur.
Saat ini, inovasi ini juga sudah didaftarkan untuk mendapatkan hak paten dari Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia (HAM). Hak paten, menurut dia, sangat dibutuhkan karena temuan ini sudah menarik minat dari sejumlah pihak termasuk dari luar negeri. Kalangan media dari Jepang misalnya, sudah sempat melakukan wawancara terkait temuan ini, dan bahkan juga bertanya tentang komposisi bahan-bahan yang digunakan.
Seperti komitmen semula untuk tidak menggunakan bahan kimia, Wiwit mengatakan, BKB juga akan terus mengembangkan bahan-bahan untuk kebutuhan konservasi candi, dengan terus memanfaatkan apa yang tersedia di alam. Selain lebih ramah lingkungan, hal ini nantinya akan sekaligus bermanfaat, memberdayakan warga sekitar candi.