Mitigasi Risiko Gempa dari Sesar Baribis di Selatan Jakarta
Sesar Baribis di selatan Jakarta terbukti aktif dan bagian barat jalur gempa ini dalam kondisi terkunci. Hal ini menyebabkan Jakarta bagian selatan dinilai rentan dilanda gempa bumi di masa depan.
Oleh
AHMAD ARIF
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Sesar Baribis di selatan Jakarta terbukti aktif dan bagian barat jalur gempa ini dalam kondisi terkunci. Hal ini menyebabkan Jakarta bagian selatan dinilai rentan dilanda gempa bumi di masa depan ketika energi regangan yang terakumulasi ini akhirnya dilepaskan.
Temuan ini dilaporkan dalam Scientific Reports di jurnal Nature pada Kamis (16/6/2022). Guru Besar Fakultas Teknik Pertambangan dan Perminyakan, Institut Teknologi Bandung (ITB), Sri Widiyantoro menjadi penulis pertama laporan ilmiah ini dan P Supendi dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menjadi penulis kedua. Penelitian juga melibatkan sejumlah peneliti ITB lain, selain peneliti dari Department of Earth Sciences di University of Cambridge dan PT Reasuransi Maipark.
Kota-kota besar di barat laut Jawa, seperti Jakarta, Tangerang, Bekasi, Karawang, dan Purwakarta, diketahui ditopang oleh medan geologis kompleks yang dipengaruhi pertemuan Lempeng Australia dan Lempeng Eurasia di sepanjang Palung Jawa. Selain ancaman gempa bumi dari zona subduksi ini, kota-kota itu juga rentan terhadap gempa bumi yang disebabkan oleh patahan kerak aktif yang melintasi wilayah dengan kepadatan penduduk yang tinggi. Sesar tersebut antara lain Sesar Cimandiri, Sesar Baribis, Sesar Lembang, Sesar Garut, dan Sesar Cipamingkis.
Keberadaan Sesar Baribis sebelumnya telah diverifikasi oleh sejumlah penelitian lain, termasuk penelitian Simandjuntak dan Barber (1996), tetapi keaktifannya saat itu diperdebatkan. Pemetaan geologis menggunakan data refleksi seismik oleh Koulali dan tim (2017) menemukan, Sesar Baribis, yang berjarak sekitar 25 kilometer selatan Jakarta ini, memang aktif dengan laju geser sekitar 5 milimeter per tahun.
Harus disampaikan apa adanya bahwa dari sisi sains, zona tektonik di selatan Jakarta memang aktif.
Dalam kajian terbaru ini, Widiyantoro dan tim memasang tujuh buah seismometer lubang bor (borehole seismometers) di sekitar Sesar Baribis untuk merekam pergerakan seismik selama dua tahun terakhir. Data ini kemudian digabungkan dengan pantauan yang dikumpulkan oleh stasiun BMKG selama periode perekaman yang sama.
Berdasarkan pantauan ini, ditemukan bahwa segmen timur patahan Baribis secara signifikan lebih aktif daripada segmen barat. Ditemukan sekitar 10 peristiwa yang dikaitkan dengan gerakan di sepanjang segmen timur patahan yang memperkuat argumen bahwa Sesar Baribis memang aktif.
Widiyantoro dan tim menafsirkan bahwa tingkat kompresi yang tinggi di wilayah selatan Jakarta mungkin terkait dengan area terkunci di bagian barat Sesar Baribis, yang menunjukkan lebih sedikit aktivitas. Hal ini menyebabkan Jakarta bagian selatan dinilai sangat rentan terhadap gempa bumi cukup besar di masa depan ketika energi regangan yang terakumulasi ini akhirnya dilepaskan.
”Studi saat ini memfokuskan potensi gempa bumi besar yang terjadi di dekat Jakarta di masa depan jika zona patahan yang terkunci memang ada dan bisa lepas setelah mengumpulkan sejumlah besar energi regangan. Kami merekomendasikan untuk memasukkan Sesar Baribis yang aktif dalam setiap pembaruan peta bahaya gempa bumi Indonesia sehingga bisa dimasukkan ke dalam perencanaan penanggulangan bencana dan desain bangunan,” tulis Widiyantoro dan tim.
Mitigasi risiko
Endra Gunawan, pengajar di Fakultas Teknik Pertambangan dan Perminyakan, ITB, mengatakan, penelitian di wilayah hulu ini untuk mengidentifikasi sumber ancaman di sekitar Jakarta. ”Ini memang agak sensitif karena berkaitan dengan daerah yang padat penduduk. Namun, harus disampaikan apa adanya bahwa dari sisi sains, zona tektonik di selatan Jakarta memang aktif,” katanya yang turut menulis paper ini, Jumat (17/6/2022).
Menurut Endra, penelitian terbaru ini menguatkan serangkaian penelitian sebelumnya mengenai keaktifan Sesar Baribis. ”Penelitian saya sebelumnya bersama Pak Widiyantoro pada 2018 juga menunjukkan Sesar Baribis memang aktif walaupun pergerakannya tidak sebesar 5 mm sebagaimana ditulis Koulali (2017),” katanya.
Endra menambahkan, untuk saat ini, yang perlu dikomunikasikan kepada masyarakat ialah zona tektonik di selatan Jakarta memang aktif sehingga harus mulai dipersiapkan mitigasinya di hilir. Ia menyebutkan, kesiapan itu meliputi tata ruang dan tata bangunan, serta edukasi dan pelatihan menghadapi gempa yang perlu disiapkan secara rutin.
Selain itu, menurut Endra, masih dibutuhkan penelitian lebih lanjut guna memetakan jalur Sesar Baribis lebih rinci. ”Jalur Sesar Baribis belum terpetakan sebaik Sesar Lembang. Ini membutuhkan survei geologi yang intens, dan saat ini sedang dilakukan oleh tim lain,” ujarnya.
Data historis menunjukkan, Jakarta dan sekitarnya pernah dilanda gempa kuat dan merusak di masa lalu. Penelitian Nguyen dan tim (2015) menemukan bahwa gempa bumi yang merusak Jakarta pada 22 Januari 1780 bersumber dari Sesar Baribis dengan kekuatan Mw 7–8, yang kemudian diikuti gempa kedua antara Mw 7 dan Mw 7,7 pada 10 Oktober 1834.