Aktivasi Taman Ismail Marzuki Diharapkan Ungkit Kreativitas Seniman
Setelah direnovasi, Taman Ismail Marzuki (TIM) diharapkan tidak sekadar menonjolkan kemegahan bangunan dan fasilitas semata. Aktivasi TIM seharusnya dioptimalkan untuk meningkatkan kreativitas seniman dalam berkarya.
Oleh
TATANG MULYANA SINAGA
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Setelah direnovasi, Taman Ismail Marzuki atau TIM diharapkan tidak sekadar menonjolkan kemegahan bangunan dan fasilitas semata. Aktivasi TIM harus dioptimalkan untuk meningkatkan kreativitas seniman dalam berkarya.
Ketua Komite Sastra Dewan Kesenian Jakarta (DKJ) Hasan Aspahani mengatakan, renovasi TIM diharapkan memberikan semangat baru pada seniman. Selain itu, kegiatan yang digelar, seperti pameran, akan lebih bergengsi dengan dukungan fasilitas lebih baik.
”Hal ini mungkin juga akan meningkatkan tantangan kreativitas seniman dengan kehadiran ruang-ruang baru ini,” ujarnya di Lobi Teater Besar TIM di Jakarta, Jumat (17/6/2022) sore.
Hasan menuturkan, sejak dahulu, TIM telah menjadi kiblat bagi seniman di Tanah Air dalam memanggungkan karyanya. Menurut dia, status itu tidak akan berubah meskipun bangunannya sudah direnovasi dengan gedung-gedung modern.
”Dulu, saya baru sah menjadi seniman setelah tampil di TIM. Ibarat naik haji. Hal itu rasanya tidak akan terhapuskan,” ujarnya.
Wakil Ketua 2 Dewan Kesenian Jakarta Agni Ariatama berharap aktivasi TIM membuat seni budaya di Jakarta lebih terbuka. Tidak hanya dalam kuantitas, tetapi juga kualitas dengan meningkatkan mutu pameran atau pertunjukan.
”Seniman menjadi lebih terfasilitasi untuk berkarya. Selain itu, diharapkan menggelar kegiatan berkelas internasional, termasuk diikuti seniman dari luar negeri,” katanya.
Sejak dahulu, TIM telah menjadi kiblat bagi seniman di Tanah Air dalam memanggungkan karyanya. Menurut dia, status itu tidak akan berubah meskipun bangunannya sudah direnovasi dengan gedung-gedung modern
Akan tetapi, menurut Agni, TIM hanya salah satu kantong aktivitas kesenian di Ibu Kota. Oleh sebab itu, pusat kesenian lainnya juga tetap perlu diberdayakan agar menjadi ekosistem berkesenian yang lebih luas dan terintegrasi.
Panduan kurasi
DKJ telah membuat panduan kurasi kegiatan seni untuk Pusat Kegiatan Seni–Taman Ismail Marzuki yang ditetapkan dalam rapat pleno pada 17 Mei lalu. Panduan ini dapat diakses melalui situs www.dkj.or.id.
Panduan memuat sejumlah hal, di antaranya, kebijakan dasar kurasi untuk kegiatan seni, acuan pertimbangan kurasi, dan perangkat kurasi. Salah satu misi kurasi itu adalah menjadi tempat praktik kesenian terbaik di Indonesia.
Dalam panduan keberlanjutan penghidupan seni disebutkan pertimbangan aspek lingkungan hidup. Kegiatan di TIM sebaik-baiknya harus menggunakan materi ramah lingkungan, minim limbah dan sampah, bijak menggunakan energi, serta berkontribusi dan mendukung pelestarian alam.
Panduan itu juga menyebutkan TIM harus menjunjung keadilan dan inklusivitas. Oleh karena itu, kegiatan seni budaya wajib membuka akses pada ruang, pengetahuan, dan konsumsi kesenian bagi semua pihak, termasuk kelompok termarjinalisasi dalam agama, keyakinan, identitas, dan disabilitas.
”Panduan kurasi bukan hal yang khusus sehingga jangan sampai menjadi momok. Ini seperti filter yang sebenarnya terjadi di mana pun,” ujar Agni.
Dalam aktivasi TIM tersebut, DKJ akan menggelar pameran arsip dan koleksi seni bertajuk ”Cipta! Kapita Selekta Cikini Raya 73”. Pameran itu menyertakan sekitar 60 lukisan dan 70 karya poster dari sejumlah seniman.
Pameran dijadwalkan pada 18 Juni–16 Juli 2022. ”Pameran arsip dan koleksi ini untuk mengetahui bagaimana sejarah TIM dari awal. Semoga beberapa fase perjalanan TIM dapat dilihat dalam pameran nanti,” ujar Ketua Komite Seni Rupa DKJ Aidil Usman.