Kepatuhan masyarakat untuk mematuhi protokol kesehatan harus kembali diperkuat, terutama dalam menggunakan masker dalam beraktivitas. Kasus baru penularan Covid-19 telah dilaporkan meningkat secara signifikan.
Oleh
DEONISIA ARLINTA
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS – Kenaikan kasus positif Covid-19 yang mulai terjadi secara signifikan perlu menjadi perhatian seluruh pihak untuk kembali meningkatkan kewaspadaan dalam pengendalian pandemi Covid-19. Protokol kesehatan, terutama dalam penggunaan masker, perlu kembali diperketat. Selain itu, upaya pemeriksaan dan pelacakan juga perlu lebih masif.
Satuan Tugas Penanganan Covid-19 melaporkan kenaikan kasus Covid-19 di Indonesia telah terjadi dalam beberapa minggu terakhir. Pada akhir Mei 2022, kasus baru Covid-19 yang dilaporkan sebanyak 1.800 kasus per minggu. Angka tersebut meningkat signifikan pada awal Juni 2022 menjadi 3.600 kasus per minggu. Per 14 Juni 2022, kasus baru yang dilaporkan mencapai 930 kasus dalam sehari.
Juru Bicara Satgas Penanganan Covid-19 Wiku Adisasmito, di Jakarta, Selasa (14/6/2022), menyampaikan, kenaikan kasus yang terjadi perlu menjadi perhatian bersama. Jika tidak diantisipasi, kasus dapat terus meningkat sehingga sulit untuk dikendalikan.
”Kenaikan kasus yang saat ini terjadi perlu untuk kita upayakan bersama untuk menekan semaksimal mungkin. Kita sebelumnya sudah berhasil mempertahankan penurunan kasus,” tuturnya.
Menurut Wiku, belum ada kesimpulan pasti atas penyebab kenaikan kasus positif Covid-19 di Indonesia. Meski begitu, mobilitas masyarakat yang mulai meningkat dinilai menjadi salah satu pemicu terjadinya kenaikan kasus. Interaksi masyarakat antarwilayah kini semakin tinggi. Selain itu, kegiatan berskala besar yang dihadiri banyak orang juga dapat berpotensi meningkatkan risiko penularan di masyarakat.
Hal lain yang juga dinilai menjadi penyebab kenaikan kasus ialah melonggarnya kedisiplinan pada protokol kesehatan. Sebagian masyarakat sudah abai menjalankan protokol kesehatan, terutama dalam penggunaan masker ketika berada di tempat umum dan lingkungan permukiman.
Selain itu, kenaikan kasus juga dapat terjadi akibat masuknya subvarian Omicron BA.4 dan BA.5 yang sudah menular atau bertransmisi secara lokal. Subvarian ini dilaporkan memiliki tingkat transmisi yang tinggi meski tidak menimbulkan keparahan. Setidaknya sudah ditemukan delapan kasus subvarian BA.4 dan BA.5 di Tanah Air.
Kenaikan kasus yang saat ini terjadi perlu untuk kita upayakan bersama untuk menekan semaksimal mungkin.
Wiku menyampaikan, evaluasi akan terus dilakukan untuk melihat perkembangan penularan Covid-19 di Indonesia. ”Setidaknya dua sampai empat minggu ke depan akan kita evaluasi mengingat perlu waktu untuk melihat dampak dari suatu kejadian atau faktor penyebab kenaikan kasus,” katanya.
Ia menambahkan, surveilans epidemiologi molekuler dengan metode yang benar dan sistematis akan diperkuat untuk mengidentifikasi penyebab pasti dari kenaikan kasus serta asal kasus yang beredar di masyarakat. Masyarakat pun diajak untuk kembali disiplin menerapkan protokol kesehatan.
”Pada dasarnya mobilitas yang tinggi dan kembali normal tidak akan menyebabkan kenaikan kasus, apabila setiap orang bertanggung jawab untuk menerapkan protokol kesehatan dengan baik dan benar, termasuk wajib menggunakan masker dan rajin mencuci tangan,” tutur Wiku.
Secara terpisah, Dewan Pakar Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia (IAKMI) Hermawan Saputra menuturkan, pemerintah diharapkan jangan terlalu percaya diri dengan keberhasilan penurunan kasus beberapa waktu yang lalu. Pelonggaran yang telah dilakukan justru dapat membuat masyarakat kembali abai pada protokol kesehatan.
Meskipun data masih menunjukkan situasi terkendali, kasus bisa kembali meningkat secara eksponensial jika tidak ada upaya untuk menekan laju penularan. Perlindungan pada sejumlah kelompok masyarakat melalui vaksinasi juga sudah mulai menurun. Ini terutama pada tenaga kesehatan yang sudah cukup lama mendapatkan vaksinasi dosis penguat.
”Komunikasi risiko yang harus kembali dibangun saat ini ialah perkuat protokol kesehatan dan perkuat testing dan tracing. Di lain sisi, kita juga harus lebih menggencarkan vaksinasi karena capaian vaksinasi kita saat ini cenderung stagnan,” ucapnya.