Data Genetika Mengungkap Konsumsi Kopi Tidak Membahayakan Kehamilan
Kajian terbaru menggunakan data genomik menunjukkan, kopi aman dikonsumsi perempuan hamil asal dalam batas wajar.
Oleh
AHMAD ARIF
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Konsumsi kopi kerap dianggap bisa membahayakan kehamilan meskipun data ilmiah dari uji coba terkontrol secara acak masih kurang. Kajian terbaru menggunakan data genomik menunjukkan, kopi aman dikonsumsi oleh perempuan hamil asal dalam batas wajar.
Kajian ini dilakukan para peneliti dari University of Queensland dan dipublikasikan di jurnal International Journal of Epidemiology pada edisi Juni 2022. Dalam kajian ini, para peneliti berupaya mencari hubungan kausal antara konsumsi kopi dan keguguran, lahir mati, berat lahir, usia kehamilan, serta kelahiran prematur.
Tiga peneliti dari Institute for Molecular Bioscience University of Queensland, yaitu Gunn-Helen Moen, Daniel Hwang, dan Caroline Brito Nunes, menggunakan data genetika untuk menganalisis perilaku minum kopi dan temuan mereka menunjukkan konsumsi kopi yang normal selama kehamilan tidak meningkatkan risiko kehamilan.
”Analisis MR dua sampel dan satu sampel GRS menunjukkan tidak ada perubahan risiko keguguran sporadis, lahir mati, kelahiran prematur, atau efek pada usia kehamilan yang terkait dengan konsumsi kopi. Meskipun kedua analisis menunjukkan hubungan antara peningkatan konsumsi kopi dan berat badan lahir yang lebih tinggi, besarnya efek tidak konsisten,” tulis para peneliti.
Batasan aman
Hwang mengatakan, perilaku minum kopi sebagian disebabkan oleh genetika, dengan serangkaian varian genetik tertentu yang memengaruhi seberapa banyak kopi yang kita minum. ”Kami menunjukkan bahwa varian genetika ini tidak hanya memengaruhi konsumsi kopi pada populasi umum, tetapi juga pada perempuan hamil,” katanya.
Para peneliti menggunakan metode yang disebut Pengacakan Mendelian. Metode itu menggunakan delapan varian genetik yang memprediksi perilaku minum kopi ibu hamil dan memeriksa apakah varian ini juga terkait dengan hasil kelahiran.
”Karena kami tidak dapat meminta wanita untuk minum kopi dalam jumlah yang ditentukan selama kehamilan mereka, kami menggunakan analisis genetik untuk meniru uji coba kontrol secara acak,” kata Hwang.
Analisis MR dua sampel dan satu sampel GRS menunjukkan tidak ada perubahan risiko keguguran sporadis, lahir mati, kelahiran prematur, atau efek pada usia kehamilan yang terkait dengan konsumsi kopi.
Analisis genetik menemukan tidak ada risiko keguguran, lahir mati, atau kelahiran prematur yang lebih besar bagi wanita yang minum kopi. ”Dalam hal diet selama kehamilan, wanita sering disarankan untuk menghindarinya, tetapi penelitian ini menunjukkan bahwa mereka masih dapat menikmati kopi tanpa khawatir meningkatkan risiko hasil kehamilan ini,” kata Hwang.
Sekalipun dinilai aman, para peneliti menekankan, penelitian ini hanya melihat hasil kehamilan tertentu yang merugikan dan ada kemungkinan konsumsi kafein dapat memengaruhi aspek penting lainnya dari perkembangan janin. ”Untuk itu, kami tidak menganjurkan asupan kopi yang tinggi selama kehamilan, tetapi konsumsi kopi yang rendah atau sedang,” kata Moen.
Para peneliti tidak menyebutkan berapa batasan aman konsumsi kopi sedang ini. Namun, pedoman WHO (Organisasi Kesehatan Dunia) saat ini mengatakan perempuan hamil disarankan untuk membatasi konsumsi kafein kurang dari 300 mg atau dua hingga tiga cangkir per hari.
Sementara American College of Obstetricians and Gynecologists merekomendasikan asupan kafein maksimum 200 mg per hari, dengan satu cangkir kopi biasanya mengandung antara 70 mg dan 140 mg kafein tergantung dari jenis biji kopi, tingkat pemanggangan, dan ukuran penyajian. Sementara itu, asupan harian kafein di Eropa rata-rata lebih dari 400 mg, setara dengan kira-kira empat cangkir kopi.
Dalam paper-nya, para peneliti juga mengingatkan, meskipun kopi adalah sumber utama kafein di sebagian besar populasi, minuman lain seperti teh dan minuman ringan atau makanan seperti cokelat dapat berkontribusi terhadap total asupan kafein individu.