Bulan Super, Keindahan Berbalut Ancaman
Bulan purnama super atau ”supermoon” akan terjadi pada Selasa (14/6/2022) malam. Bulan akan terlihat sedikit lebih besar dan terang daripada biasanya. Namun, Bulan super bisa memicu pasang naik air laut maksimal.
Bulan akan kembali memasuki fase purnama pada Selasa (14/6/2022) malam. Purnama kali ini cukup istimewa karena Bulan sedang berada dalam jarak terdekatnya dengan Bumi sehingga disebut sebagai fenomena supermoon. Selain membuat Bulan terlihat sedikit lebih besar, Bulan super juga akan meningkatkan pasang air laut yang bisa memicu rob di daerah pesisir.
Puncak Bulan (moon) purnama pada Selasa (14/6/2022) akan terjadi pukul 18.51 WIB. Selain itu, pada Selasa petang, Bulan baru akan terbit di horizon timur pukul 17.38. Itu berarti, saat puncak purnama berlangsung, posisi Bulan masih berada sedikit di atas horizon sehingga ilusi optik mata kita akan membuat Bulan terlihat dengan ukuran yang lebih besar dari purnama biasanya.
Sementara itu, sesuai data Time and Date, Bulan akan mencapai titik terdekatnya dengan Bumi atau perige pada 15 Juni 2022 pukul 06.23. Saat itu, Bulan akan berjarak 357.432 kilometer dari Bumi. Padahal, jarak rata-rata Bulan-Bumi adalah 384.400 km.
Bulan purnama yang terjadi di sekitar perige itu disebut Bulan super atau supermoon. Selain itu, Time and Date mendefinisikan Bulan super sebagai Bulan purnama yang terjadi ketika jarak Bulan-Bumi diukur dari pusat atau inti kedua obyek tersebut kurang dari 360.000 km.
Perubahan jarak Bumi dan Bulan itu terjadi karena Bulan mengitari Bumi dalam orbit berbentuk elips. Itu berarti, pada satu saat tertentu, Bulan akan berada di titik terdekat atau titik terjauhnya dari Bumi.
”Pengaruh gravitasi Matahari membuat jarak terdekat Bulan ke Bumi itu akan selalu terjadi saat Bulan purnama atau Bulan baru. Jarak terdekat Bulan ke Bumi itu tidak pernah terjadi saat seperempat Bulan pertama setelah Bulan baru atau seperempat Bulan akhir sebelum Bulan baru,” kata astrofisikawan Time and Date, Graham Jones, Jumat (10/6/2022).
Selama berlangsungnya Bulan super, Bulan akan terlihat 7 persen lebih besar dibandingkan ukuran rata-rata Bulan purnama. Namun, jika dibandingkan dengan Bulan purnama saat berada di titik terjauhnya dari Bumi yang disebut Bulan mikro atau micromoon, Bulan purnama super akan terlihat 14 persen lebih besar dan 30 persen lebih terang.
Ukuran yang lebih besar dan kecerlangan cahaya Bulan yang lebih terang itu akan bisa dinikmati dari sehari sebelum hingga sehari sesudah terjadinya Bulan super. Artinya, sejak Senin (13/6/2022) malam hingga Rabu (15/6/2022) malam. Karena itu, jika di daerah Anda mendung atau hujan sepanjang Selasa malam, masih ada kesempatan untuk menikmati Bulan super pada esok Rabu malam.
”Memandang Bulan purnama selalu menjadi pengalaman yang menakjubkan,” kata Jones.
Tampilan ukuran Bulan yang membesar biasanya dilaporkan masyarakat yang mengamati Bulan saat Bulan berada di dekat horizon. Kondisi ini bukan hanya terjadi saat supermoon, melainkan juga pada purnama biasanya. Bulan yang terlihat berukuran besar saat di dekat horizon itu sejatinya adalah ilusi optik.
Dikutip dari Kompas, 2 Januari 2018, ilusi optik terjadi karena otak manusia secara tidak sadar membandingkan ukuran Bulan di dekat horizon dengan bangunan atau lanskap yang ada di depan yang lebih kecil. Akibatnya, Bulan seolah-olah terlihat menjadi jauh lebih besar meski sejatinya pembesaran Bulan saat supermoon tidak sebesar yang dibayangkan.
Sementara saat Bulan berada di atas kepala, tidak ada obyek yang bisa dijadikan pembanding sehingga ukuran Bulan terlihat seperti biasanya. Ilusi optik ini tidak ada hubungannya dengan atmosfer Bumi. Atmosfer Bulan hanya memengaruhi warna Bulan, tetapi tidak berdampak pada membesar atau mengecilnya ukuran Bulan.
Dari pengamatan pada Selasa dini hari di Tangerang Selatan, Banten, Bulan hampir bulat sepenuhnya. Uap air yang memenuhi udara sebagai hasil dari hujan deras yang mengguyur wilayah tersebut sejak Selasa sore dan awan yang menggelayut tipis membuat Bulan terlihat berwarna kuning agak tua, bukan kuning cerah seperti purnama biasanya. Namun, situasi itu tidak berlangsung lama karena pada pukul 01.30, Bulan sepenuhnya tertutup awan.
Pertambahan ukuran Bulan tentu sulit diamati dengan mata telanjang. Terlebih, Bulan sudah di atas kepala. Namun seperti kata Jones, menatap purnama selalu mendamaikan dan menentramkan.
Sepanjang sejarah peradaban manusia, bagian Bulan yang bisa diamati manusia tidak pernah berubah. Kuncian gravitasi Bumi membuat bagian sisi Bulan yang menghadap Bumi tidak pernah berubah. Bahkan, kawah-kawah Bulan yang terlihat pun tidak pernah berganti.
Sebaliknya, sisi Bulan yang menjauhi Bumi juga tidak pernah dilihat manusia sampai wahana antariksa Uni Soviet Luna 3 berhasil memotretnya pada 7 Oktober 1959. Sementara wahana pendarat China, Chang'e 4, yang membawa wahana penjejak Yutu 2 menjadi teknologi pertama manusia yang berhasil mendarat di sisi jauh permukaan Bulan pada 3 Januari 2019.
Stroberi
Selain itu, Bulan super yang terjadi pada Selasa malam juga dijuluki sebagai Bulan super stroberi. Sebutan stroberi ini sebenarnya merujuk pada sebutan petani dan masyarakat adat Amerika Utara di masa lalu untuk menyebut Bulan purnama yang terjadi pada bulan (month) Juni, bukan istilah yang berbasis sains astronomi.
Sebutan purnama stroberi pada purnama Juni mulai diadopsi dalam Almanak Petani Maine sejak 1930-an. Penyebutan stroberi itu dilakukan berbarengan dengan sebutan purnama pada bulan-bulan lainnya, seperti Bulan serigala untuk menyebut Bulan purnama pada Januari atau Bulan merah muda untuk Bulan purnama pada April.
Istilah purnama stroberi digunakan oleh suku Algonquin yang menempati wilayah timur laut Amerika Serikat sekarang. Bulan Juni terjadi seiring datangnya musim panas di belahan Bumi utara. Saat itu, petani umumnya memanen stroberi sehingga purnama Juni disebut Bulan purnama stroberi. Sebutan ini juga menegaskan bahwa purnama stroberi bukan berarti Bulan akan berwarna merah bak stroberi.
Selain Bulan stroberi, seperti dikutip dari Livescience, Kamis (9/6/2022), purnama Juni juga disebut sebagai Bulan madu alias mead moon atau honey moon. Sebutan ini karena pada bulan Juni sedang berlangsung panen madu di Eropa.
Dikutip dari situs Badan Penerbangan dan Antariksa Nasional AS (NASA), istilah bulan madu yang merujuk pada liburan setelah pernikahan diduga berasal dari kebiasaan lama masyarakat Barat di belahan Bumi utara yang menikah pada bulan Juni, saat Bulan purnama yang manis terlihat bersinar di atas kepala.
Karena itu, mau menyebut supermoon kali ini dengan sebutan Bulan super stroberi, Bulan super madu, atau Bulan super saja, pilihan kembali kepada Anda.
Bulan super berikutnya akan terjadi pada Juli 2022. Bulan purnama di bulan mendatang akan terjadi pada 14 Juli 2022 dan puncaknya terjadi pada pukul 01.43. Jika purnama Juni disebut Bulan stroberi, purnama Juli dalam Almanak Petani Maine disebut Bulan rusa jantan atau buck moon.
Nama itu diberikan karena pada Juli karena pada bulan ini tanduk rusa jantan sedang dalam masa pertumbuhan penuh. Setiap tahun, rusa jantan akan kehilangan tanduknya dan menumbuhkannya lagi hingga menghasilkan tanduk yang makin membesar seiring berjalannya waktu.
Sementara suku Tlingit yang mendiami pesisir barat laut Amerika Utara atau di sekitar Alaska menyebutnya sebagai Bulan salmon. Sebutan ini diberikan karena pada bulan Juli ikan salmon akan kembali ke wilayah suku Tlingit dan siap untuk dipanen.
Sementara itu, di antara Bulan super Juni dan Bulan super Juli, akan berlangsung Bulan mikro atau micromoon, yaitu fase Bulan baru yang terjadi ketika Bulan berada di titik terjauhnya dari Bumi. Fase Bulan baru itu akan terjadi pada 29 Juni 2022 pukul 09.52, sedangkan Bulan berada di titik terjauhnya dari Bumi sejauh 406.580 km akan terjadi pada 29 Juni 2022 pukul 13.08.
Terjadinya dua kali Bulan super secara berurutan plus diselingi terjadinya Bulan mikro di antara dua Bulan super tersebut relatif jarang terjadi. Kondisi itulah yang membuat terjadinya Bulan purnama super Juni, Bulan baru mikro Juni, dan Bulan purnama super Juli yang akan berlangsung hingga sebulan ke depan menjadi cukup istimewa.
Baca juga: ”Super Pink Moon” Menghiasi Langit di Sejumlah Negara
Pasang naik
Meski terjadinya Bulan purnama super akan membuat Bulan, khususnya saat berada di dekat horizon, terlihat lebih indah, keindahan itu ternyata menyimpan potensi bahaya. Saat terjadinya Bulan super itu akan meningkatkan gaya tarik Bulan terhadap Bumi. Bagian Bumi yang paling mudah tertarik adalah cairan atau fluida. Akibatnya, air laut akan naik hingga memicu pasang naik maksimal.
Namun, tak perlu khawatir. Bulan berada di perige atau di titik terdekatnya dengan Bumi adalah peristiwa rutin tahunan. Meski pasang naik maksimal, seperti dikutip dari Kompas, 14 November 2016, air laut akan naik 10 sentimeter sampai 20 cm dari kondisi rata-rata.
Namun, saat ini sedang terjadi La Nina yang membuat curah hujan masih cukup tinggi meski sudah bulan Juni. Hujan lebat juga akan meningkatkan tinggi air laut juga berkisar 10-20 cm dari kondisi rata-rata. Akibatnya, Bulan purnama perige yang terjadi bersamaan dengan hujan lebat hanya akan menaikkan tinggi air laut berkisar 20-40 cm.
Karena itu, masyarakat yang berada di pesisir tidak perlu khawatir. Terlebih, ketinggian pasang di setiap daerah tidak sama. Pasang lebih tinggi akan terjadi di wilayah perairan dalam atau selat sempit karena akan lebih banyak volume air laut yang tertarik Bulan. Tak hanya itu, waktu terjadinya pasang naik juga akan berbeda antarwilayah.
Pusat Meteorologi Maritim Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) juga mengingatkan potensi itu kenaikan air laut akibat Bulan super. Pasang naik air laut diprediksi terjadi pada 11-23 Juni 2022. Selain itu, ada embusan angin dengan kecepatan cukup tinggi hingga 46 km per jam di sejumlah perairan hingga meningkatkan potensi gelombang tinggi.
Hal yang mengkhawatirkan adalah jika Bulan purnama perige itu juga diikuti hujan lebat di daratan atau di hulu sungai. Akibatnya, air dari daratan akan sulit mengalir ke laut hingga memicu terjadinya banjir di pesisir.
Baca juga: Gerhana di Malam Purnama Waisak
Namun, itu adalah potensi pasang naik dalam kondisi terburuk. Kewaspadaan diperlukan, tetapi tidak perlu panik. Jika tidak terjadi hujan lebat, berbagai risiko bencana meteorologi tersebut akan berkurang besar dan masyarakat bisa menyaksikan Bulan purnama yang indah pada Selasa petang nanti.