Perkuat Kekebalan Masyarakat dan Deteksi Dini untuk Hadapi Subvarian Omicron
Jawa Timur terus berupaya mengantisipasi masuknya subvarian Omicron BA.4 dan BA.5 di tengah meningkatnya kasus Covid-19. Caranya, memperkuat kekebalan masyarakat dan menggencarkan deteksi dini.
Oleh
RUNIK SRI ASTUTI, AGNES SWETTA PANDIA
·5 menit baca
SURABAYA, KOMPAS — Pemerintah Provinsi Jawa Timur terus berupaya mengantisipasi masuknya subvarian Omicron BA.4 dan BA.5 di tengah meningkatnya kasus Covid-19 yang terjadi sejak sebulan setelah Lebaran. Caranya, memperkuat kekebalan masyarakat dan menggencarkan kembali deteksi dini terhadap munculnya kluster baru.
Berdasarkan data Satgas Penanganan Covid-19 Jatim, penambahan kasus baru secara harian masih terus terjadi. Angkanya fluktuatif di level yang rendah, yakni di bawah 50 kasus per hari. Namun, yang perlu diwaspadai, ada penambahan kasus kematian setiap harinya.
Pada 12 Juni 2022, misalnya, terdapat penambahan 28 kasus baru. Penambahan tersebut lebih kecil dibandingkan sehari sebelumnya yang sebanyak 41 kasus dan pada 10 Juni 2022 sebanyak 43 kasus dalam sehari. Adanya penambahan 28 kasus baru menyebabkan angka kumulatif Covid-19 di Jatim mencapai 576.687 kasus.
Selain itu, penambahan kasus baru harian juga menyebabkan kasus aktif menjadi 161 atau 0,03 persen dari total kumulatif Covid-19. Indikator yang juga menggembirakan adalah tingkat kesembuhan yang mencapai 40 kasus dalam sehari atau melebihi penambahan kasus baru. Angka kesembuhan secara kumulatif 544.879 kasus. Adapun tingkat kematiannya 5,49 persen.
Makhyan Jibril Alfarabi dari Satgas Penanganan Covid-19 Jatim mengatakan, penambahan kasus baru yang terjadi saat ini berasal dari varian Omicron dan Delta. Menurut dia, belum ada laporan mengenai masuknya subvarian baru meski kasusnya sudah ditemukan di Bali yang berdekatan dengan Jatim.
”Subvarian Omicron BA.4 dan BA. 5 ini memang diduga menjadi pemicu meningkatnya kasus Covid-19 di Indonesia. Namun, sejauh ini belum kami temukan varian tersebut di Jatim,” ujar Jibril, Senin (13/6/2022).
Belum terdeteksinya subvarian Omicron di Jatim tidak lantas membuat pemerintah provinsi yang berada paling timur di Pulau Jawa ini lengah. Satgas Penanganan Covid-19 Jatim telah meningkatkan kewaspadaan dengan cara meningkatkan kekebalan masyarakat dan menggencarkan deteksi dini terhadap munculnya kluster baru.
Meningkatkan kekebalan
Jibril mengatakan, upaya meningkatkan kekebalan masyarakat ditempuh dengan menggenjot cakupan vaksinasi primer dan dosis penguat. Pengalaman selama dua tahun menghadapi pandemi menunjukkan vaksinasi terbukti ampuh dan efektif mencegah Covid-19 dengan gejala berat yang berisiko pada kematian pasien.
Berdasarkan data Satgas Covid-19 Jatim, total sasaran vaksinasi adalah 31.826.206 orang. Dari sasaran tersebut, sampai dengan 12 Juni 2022, yang tervaksin dosis pertama 93,72 persen dan dosis lengkap sebanyak 79,98 persen. Adapun jumlah sasaran yang tervaksin dosis penguat masih minim, yakni 19 persen atau 6.068.670 orang.
Capaian tersebut bisa ditingkatkan dengan mendorong pemerintah kabupaten dan kota memasifkan vaksinasi Covid-19 kepada warganya. Vaksin dosis lengkap perlu ditingkatkan untuk memperkuat kekebalan masyarakat sehingga mereka tidak mudah terserang virus SARS-CoV-2 penyebab Covid-19.
Jibril menambahkan, masih dalam upaya meningkatkan perlindungan terhadap masyarakat dari serangan Covid-19, pihaknya mendorong ditegakkannya kembali protokol kesehatan. Penegakan prokes ini terutama pada tempat tertutup, seperti perkantoran, fasilitas umum, dan sekolah.
Disisi lain, Satgas Covid-19 Jatim juga menggalakkan kembali upaya deteksi dini sebaran penyakit dan mewaspadai munculnya kluster baru. Setiap ada laporan kasus yang bergejala mirip dengan subvarian Omicron BA.4 dan BA.5 akan dianjurkan untuk skrining dan menjalani PCR (tes polimerase).
”Apabila hasilnya dinyatakan positif Covid-19, dilanjutkan dengan pemeriksaan dengan metode sequencing untuk mengetahui tipe virus yang menyerang,” ucap Jibril.
Dengan mendeteksi dini varian virus Omicron yang menyerang pasien, penanganan termasuk pengobatan bisa dilakukan secara cepat dan tepat. Hal itu penting untuk mencegah gejala berat yang berisiko pada kemarian. Deteksi dini juga menjadi dasar untuk mengendalikan sebaran virus.
Dalam kesempatan berbeda, Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa mengatakan, semua kabupaten dan kota di wilayahnya telah masuk status PPKM Level 1 untuk penanganan Covid-19. Hal ini sesuai dengan Inmendagri Nomor 29 Tahun 2022 yang berlaku pada 7 Juni-4 Juli 2022.
Dia pun mengapresiasi kinerja sumber daya manusia (SDM) di bidang kesehatan Jatim atas kontribusi luar biasa selama masa pandemi Covid-19. Mereka merupakan garda terdepan dalam menangani kondisi darurat. Meski demikian, SDM kesehatan ini diminta terus menguatkan esensi profesi masing-masing karena pandemi belum berakhir.
Mengacu pada Inmendagri No 29/2022 yang berlaku pada 7 Juni-4 Juli 2022, daerah dengan status PPKM Level 1 diperbolehkan melakukan kegiatannya secara penuh atau 100 persen.
Artinya, Unair siap melaksanakan uji klinis fase 3 kapan saja sesuai izin dari BPOM.
Namun, ada beberapa peraturan yang memang harus dipatuhi demi menyesuaikan terhadap kondisi normal baru pascapandemi. Contohnya, sekolah dengan metode belajar pertemuan tatap muka (PTM) dan penonton pada pertandingan olahraga hanya boleh 100 persen jika pesertanya sudah divaksin secara penuh.
Selain itu, masyarakat sudah bisa makan di tempat makan secara langsung dengan catatan restoran, pusat perbelanjaan, dan tempat sejenis buka hingga pukul 22.00. Sementara tempat-tempat yang hanya buka pada malam hari diizinkan buka dari pukul 18.00 hingga 02.00.
Baca juga:
Subvarian Baru Omicron Teridentifikasi Perketat Kembali Protokol Pengendalian Covid-19
Vaksin Merah Putih
Sementara pada kesempatan lain, Rektor Universitas Airlangga Prof Mohammad Nasih mengatakan, setelah 9 Februari 2022, vaksin Merah Putih memasuki tahapuji klinis fase 1 dan dilanjutkan dengan fase 2, tak lama lagi akan masuk pada uji klinis fase 3. Terkait uji klinis fase 3, Unair sangat berkomitmen tinggi mematuhi semua mekanisme dan prosedur yang ditetapkan oleh pihak berwewenang.
Dikatakan, penerbitan Persetujuan Pelaksanaan Uji Klinik (PPUK) sepenuhnya menjadi Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) dan kampus menyerahkan sepenuhnya urusan PPUK kepada BPOM. ”Artinya, Unair siap melaksanakanuji klinis fase 3 kapan saja sesuai izin dari BPOM,” kata Nasih.
Seperti halnya pada fase-fase sebelumnya, vaksin Merah Putih Unair yang telah ditunggu oleh jutaan masyarakat Indonesia ini membutuhkan banyak dukungan dari pelbagai pihak, termasuk masyarakat Indonesia. Kebutuhan akan sukarelawan untuk menjadi subyek pada fase 3 ini berkisar 3.500-4.000 sukarelawan.
Untuk itu, peran serta masyarakat, terutama yang belum pernah divaksin, untuk menjadi bagian dalam sejarah bangsa Indonesia juga sangat ditunggu sehingga vaksin Merah Putih Unair dapat segera dirasakan manfaatnya bagi bangsa Indonesia.
Nasih menyampaikan bahwa proses riset dan pengembangan vaksin Merah Putih Unair ini bekerja sama dengan sejumlah pihak, termasuk terkait pembiayaan untuk fase 3 juga sudah disetujui oleh Kementerian Kesehatan.
”Vaksin Merah Putih A-Z-nya dikelola dan kemudian di-manage dikembangkan oleh putra- putri Indonesia dan di dalam laboratorium yang ada di Indonesia. Tentu ini menjadi awal baik, dan Unair menunggu arahan BPOM,” ujarnya.