Rumah Kelahiran Bung Karno di Surabaya Dijadikan Museum
Pemerintah Kota Surabaya merenovasi rumah kelahiran Bung Karno di Jalan Peneleh, Gang Pandean IV Nomor 40, Surabaya, untuk dijadikan museum kebangsaan.
Oleh
AGNES BENEDIKTA SWETTA BR PANDIA
·3 menit baca
SURABAYA, KOMPAS — Pemerintah Kota Surabaya kembali menambah satu destinasi wisata di ”Kota Pahlawan”. Rumah kelahiran Bung Karno di Jalan Peneleh, Gang Pandean IV Nomor 40, Surabaya, Jawa Timur, itu direvitalisasi menjadi museum. Di dalamnya bakal dilengkapi sejumlah artefak hingga ornamen pendukung.
Di sela-sela peringatan Hari Kelahiran Bung Karno di lokasi tersebut, Senin (6/6/2022), Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi menyatakan, proses revitalisasi rumah yang telah menjadi aset milik Pemkot Surabaya itu ditargetkan rampung dalam waktu yang tidak lama. Sejumlah kisah perjuangan Bung Karno sejak lahir di Surabaya hingga sukses menjadi Proklamator Kemerdekaan Indonesia akan tersaji di museum itu. Beberapa artefak dan ornamen akan ditambahkan di sana sehingga layak menjadi salah satu obyek wisata sejarah.
Nantinya, rumah kelahiran Bung Karno akan dikoneksikan dengan destinasi wisata sejarah lain yang ada di kawasan ini, antara lain Tugu Pahlawan dan Jembatan Merah. Konsep yang disiapkan adalah Kampung Kebangsaan.
Lokasi rumah kelahiran Bung Karno juga dekat dengan rumah HOS Tjokroaminoto yang berada di Jalan Peneleh VII Nomor 29-31. Rumah ini sebagai tempat kos Bung Karno selama menempuh pendidikan sekolah. Ada pula Langgar Dhuwur dan masjid berusia dua abad di kawasan ini yang disebut sebagai tempat mengaji Bung Karno.
Sebelumnya, kediaman HOS Tjokroaminoto telah diresmikan menjadi museum oleh Pemkot Surabaya pada 27 November 2017. ”Di rumah HOS Tjokroaminoto, Bung Karno juga sempat kos saat bersekolah di HBS (Hoogere Burgerschool) Surabaya,” ujar Eri.
Dengan menjadi museum, Eri Cahyadi berharap pelajar sekolah hingga wisatawan umum bisa belajar tentang kehidupan Bung Karno. Dengan demikian bisa mengetahui sekaligus meneladani semangat Bung Karno.
”Semangat Bung Karno bisa masuk ke dalam jiwa anak muda. Apalagi, Surabaya terkenal sebagai Kota Pahlawan, dan selain Bung Karno, juga ada Bung Tomo dan pahlawan lain yang menggelorakan semangat melawan penjajahan,” ujarnya.
Pelestarian sejarah harus dilakukan dan harus dijaga sehingga anak muda senantiasa sadar bahwa Bung Karno dilahirkan dan digembleng di Peneleh.
Baginya, ideologi Bung Karno dalam memerdekakan Indonesia sudah seharusnya menjadi pelecut generasi milenial untuk berjuang. ”Semua harus berjuang agar merdeka dari kemiskinan dan pengangguran,” ujarnya.
Pada acara tersebut juga hadir Wakil Wali Kota Surabaya Armuji, mantan Wali Kota Surabaya Bambang DH dan Whisnu Sakti Buana, mantan Wali Kota Blitar Djarot Saiful Hidayat, dan sejarawan Universitas Negeri Surabaya (Unesa) Rojil Nugroho Bayuaji.
Menggandeng UMKM
Pengembangan Kampung Kebangsaan tersebut juga bakal melibatkan usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM). Nantinya, di sekitar kawasan tersebut dilengkapi sentra UMKM, baik usaha kuliner maupun perajin cendera mata seputar Bung Karno.
Ketua DPRD Surabaya Adi Sutarwijono mendukung langkah Pemkot Surabaya menjadikan rumah tersebut menjadi museum. Menurut dia, selayaknya kaum muda sekarang meneladani semangat Presiden pertama RI ini. Dengan demikian, semakin meneguhkan citra Surabaya sebagai dapur pergerakan nasional Indonesia.
”Pelestarian sejarah harus dilakukan dan harus dijaga sehingga anak muda senantiasa sadar bahwa Bung Karno dilahirkan dan digembleng di Peneleh,” katanya.
Pada kesempatan itu, Eri Cahyadi juga mengumumkan pelaksanaan sayembara desain patung Bung Karno dengan mengambil tema ”Warisi Apinya, Jangan Abunya”. Desain pemenang akan diaplikasikan dalam patung yang bakal dibangun oleh Pemkot Surabaya.
Sayembara tersebut berhadiah total Rp 190 juta. Pengumpulan karya akan berakhir pada Oktober, dan pemenang diumumkan pad 10 November 2022.