Pesan Resiliensi Hadapi Bencana lewat Tri Hita Karana dari Bali untuk Dunia
Forum GPDRR 2022 di Nusa Dua, Badung, Bali, ditutup pada Jumat (27/5/2022). GPDRR 2022 di Bali menghasilkan rumusan Agenda Bali untuk Resiliensi.
Oleh
COKORDA YUDISTIRA M PUTRA
·4 menit baca
BADUNG, KOMPAS — Pertemuan Ke-7 Forum Kebijakan Global Pengurangan Risiko Bencana (Global Platform for Disaster Risk Reduction/GPDRR) 2022 di Nusa Dua, Bali, menyerukan pentingnya resiliensi dalam pengurangan risiko bencana. Perlindungan terhadap kalangan rentan, terutama anak-anak, juga harus menjadi prioritas.
Dalam kesempatan itu, Presiden ke-5 RI Megawati Soekarnoputri melalui telekonferensi juga menyerukan kepada warga dunia untuk menjaga keseimbangan alam demi bumi yang menjadi tempat hidup bersama.
”Masyarakat Bali memiliki tradisi Nyepi yang bisa menjadi contoh harmoni ritual keagamaan dan filosofi kehidupan lewat Tri Hita Karana. Karena itu, alam dirawat dengan sangat baik, dengan penuh cinta, sebagai kesadaran akan kesatuan kosmologi kehidupan,” kata Megawati.
Megawati juga menyebutkan, isi pidato Presiden Joko Widodo saat membuka GPDRR 2022 tidak lepas dari ancaman bencana. Indonesia berada di kawasan cincin api (ring of fire) dan merupakan negara kepulauan terbesar.
Megawati menyatakan, selain berdampak bencana, perubahan iklim juga mempengaruhi ancaman bencana global, seperti krisis pangan. Oleh karena itu, dia menyerukan agar negara di dunia bersatu dan bekerja sama menanggulangi krisis pangan dan menggalang kerja sama internasional.
”Tujuannya, menguatkan mitigasi bencana dan meningkatkan kapasitas manajemen penanggulangan bencana,” ujarnya.
Poin rekomendasi
Dalam Agenda Bali untuk Resiliensi, terdapat tujuh rekomendasi. Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana yang juga Ketua Bersama (Co-chair) GPDRR 2022, Letnan Jenderal Suharyanto, menyebut pertemuan GPDRR di Bali merekomendasikan pentingnya integrasi pengurangan risiko bencana dalam kebijakan pembangunan.
Selain itu, forum juga merekomendasikan perubahan sistemik memperhitungkan kerugian akibat bencana dan penguatan komitmen politik dalam anggaran dan mekanisme pengurangan risiko bencana.
Suharyanto juga meminta pemerintah menghormati komitmen dan perjanjian global, termasuk Pakta Iklim Glasgow, dalam upaya meningkatkan secara drastis pembiayaan dan dukungan untuk adaptasi dan resiliensi.
Hasil Pertemuan Ke-7 GPDRR juga menyerukan pendekatan partisipatif dan berbasis hak asasi manusia dalam menangani bencana karena dampak bencana berbeda-beda terhadap setiap orang. Selain itu, perlunya investasi kepada generasi muda dan kalangan profesional muda serta penguatan komitmen pelibatan masyarakat.
Rekomendasi lain dari forum GPDRR 2022 di Bali adalah dukungan terhadap seruan Sekretaris Jenderal PBB agar dalam jangka waktu lima tahun ke depan sistem peringatan dini dapat mencakup dan melindungi semua orang. Pengembangan sistem peringatan dini multibahaya tersebut juga melibatkan masyarakat paling berisiko.
Tidak hanya itu, Suharyanto menyatakan, forum GPDRR di Bali juga berharap semua pihak memahami tantangan dan hambatan dalam implementasi Kerangka Kerja Sendai demi mempercepat upaya pencapaian komitmen tersebut.
”Ada juga rekomendasi pemanfaatan pengalaman dan pembelajaran transformatif dari bencana akibat pandemi Covid-19,” katanya.
Utusan Khusus Sekjen PBB untuk Pengurangan Risiko Bencana (UNDRR) yang juga Ketua Bersama GPDRR 2022, Mami Mizutori, mengapresiasi GPDRR 2022 yang digelar di tengah pandemi Covid-19. Kehadiran ribuan orang, baik secara langsung maupun virtual, dalam forum GPDRR 2022 di Bali menunjukkan kompleksitas dan komitmen membangun ketahanan dan mengurangi risiko bencana.
”Forum GPDRR mendatang akan diselenggarakan di Geneva, Swiss, pada 2025, yang juga masih dalam tahap tengah waktu Kerangka Kerja Sendai,” kata Mizutori.
State Secretary and Deputy Director General Swiss Agency for Development and Cooperation of the Federal Department of Foreign Affairs Manuel Bessler menyatakan, GPDRR 2025 di Geneva, Swiss, akan mengikuti kesuksesan di Bali. Salah satu materi yang jadi ujung tombak adalah penggunaan teknologi untuk mengurangi jejak karbon.
Kepentingan anak
Direktur Regional Kantor Regional Unicef Asia Timur dan Pasifik Debora Comini menyatakan pentingnya memperhatikan dan memberikan prioritas perlindungan sosial kepada anak-anak. Mereka berisiko dan paling rentan saat ataupun setelah bencana.
”Kami masih melihat adanya kesenjangan dalam perlindungan sosial terhadap anak-anak,” kata Debora.
Senada Debora, Science Communication of U-Inspire Indonesia Tinitis Rinowati dalam konferensi pers dengan topik ”Organisasi Masyarakat Sipil Menyerukan Pembangunan Resiliensi Berkelanjutan dari dan untuk Masyarakat”, di Nusa Dua, Jumat, menyatakan, delegasi anak dan pemuda Indonesia dalam forum GPDRR 2022 menyerukan pentingnya partisipasi inklusif untuk resiliensi berkelanjutan.
”Pentingnya jaminan ruang partisipasi yang inklusif dan meningkatkan kolaborasi serta mengikutsertakan anak dan pemuda dalam pengambilan kebijakan,” katanya.