Hadapi Risiko Bencana, Presiden Jokowi Tawarkan Konsep Resiliensi Berkelanjutan
Dunia tengah menghadapi perubahan iklim. Pemerintah Indonesia pun menawarkan kepada dunia konsep resiliensi berkelanjutan sebagai solusi menjawab tantangan risiko sistemik hadapi semua bentuk bencana. termasuk pandemi.
Oleh
CYPRIANUS ANTO SAPTOWALYONO
·5 menit baca
NUSA DUA, KOMPAS — Masyarakat dan Pemerintah Indonesia harus siaga dan sigap menghadapi bencana dengan adanya tantangan kebencanaan yang berat dan dapat terjadi setiap saat. Selain itu, juga membangun sistem peringatan dini multibencana serta mewujudkan masyarakat yang sadar dan tangguh terhadap bencana.
Pemerintah Indonesia pun menawarkan kepada dunia konsep resiliensi berkelanjutan sebagai solusi untuk menjawab tantangan risiko sistemik menghadapi semua bentuk bencana, termasuk menghadapi pandemi. “Dan, sekaligus mendukung implementasi pembangunan berkelanjutan,” kata Presiden Joko Widodo saat memberi sambutan pada pembukaan The 7th Global Platform for Disaster Risk Reduction 2022 yang digelar di Bali Nusa Dua Convention Center, Kabupaten Badung, Provinsi Bali, Rabu (25/5/2022).
Pertama, menurut Presiden Jokowi, setiap negara harus memperkuat budaya dan kelembagaan yang antisipatif, responsif, dan adaptif menghadapi bencana. Pendidikan aman bencana serta kelembagaan pemerintah dan sosial yang sinergis serta tanggap bencana pun mesti menjadi prioritas bersama.
“(Poin) Yang kedua, setiap negara harus berinvestasi dalam sains, teknologi, dan inovasi, termasuk dalam menjamin akses pendanaan dan transfer teknologi. Akses pendanaan merupakan isu yang penting yang harus kita tangani secara serius,” kata mantan Gubernur DKI Jakarta tersebut.
Pada kesempatan itu Kepala Negara mengatakan bahwa Indonesia menyusun strategi pendanaan dan asuransi bencana dengan membentuk dana bersama. Dana pembangunan di tingkat desa, melalui dana desa, pun digunakan untuk mendukung upaya mitigasi dan kesiapsiagaan.
Ketiga, membangun infrastruktur yang tangguh bencana dan tangguh terhadap perubahan iklim. “Selain mitigasi infrastruktur fisik seperti dam, pemecah ombak, waduk, dan tanggul. Infrastruktur hijau seperti hutan mangrove, cemara udang di pantai, dan vetifer untuk antilongsor serta pembangunan ruang terbuka hijau harus menjadi bagian dari prioritas pembangunan infrastruktur,” kata Presiden Jokowi.
Perlindungan kepada masyarakat kelompok rentan yang bertempat tinggal di wilayah berisiko tinggi harus mendapatkan perhatian serius. “Keempat, kita harus berkomitmen untuk mengimplentasikan kesepakatan global di tingkat nasional sampai tingkat lokal. Kerangka Kerja Sendai, Kesepakatan Paris, dan SDGs merupakan persetujuan internasional yang penting dalam upaya pengurangan risiko bencana dan perubahan iklim,” ujarnya.
Kita harus berkomitmen untuk mengimplentasikan kesepakatan global di tingkat nasional sampai tingkat lokal. Presiden Jokowi
Presiden Jokowi pun mengajak seluruh negara untuk berkomitmen dan bersungguh-sungguh mengimplementasikannya. Pengurangan risiko bencana adalah investasi efektif untuk mencegah kerugian di masa depan. “(Oleh) Karena itu kami menegaskan, komitmen Indonesia untuk melaksanakan Kerangka Kerja Sendai serta komitmen internasional lainnya,” katanya.
Berbagi pengalaman
Indonesia juga siap berbagi pengalaman dan pengetahuan dalam mitigasi bencana. Sebagai negara rawan bencana, Indonesia mempunyai akumulasi pengetahuan dan pengalaman yang dapat menjadi pelajaran penting bagi dunia. “Tetapi, Indonesia juga sangat ingin belajar dari pengalaman internasional. Let’s work together to mitigate the risk of disaster for a better life, today and tomorrow,” kata Presiden Jokowi.
Terkait gambaran kebencanaan di Indonesia, saat mengawali sambutannya Presiden Jokowi menuturkan bahwa negeri ini rawan bencana. Di tahun 2022 saja, per 23 Mei 2022, telah terjadi 1.613 bencana. Dan, rata-rata dalam sebulan terjadi 500 kali gempa skala kecil maupun besar. “Gempa besar disertai tsunami terakhir yang terbesar terjadi di Palu (Sulawesi Tengah) tahun 2018. Sebanyak 2.113 orang meninggal,” ujarnya.
Kepala Negara menuturkan, dengan 139 gunung api aktif, letusan gunung api juga mengancam masyarakat Indonesia. Sepanjang 2015 hingga 2021 tercatat 121 letusan gunung berapi di Indonesia. Kebakaran hutan dan lahan juga merupakan ancaman. Di tahun 1997-1998 terjadi kebakaran hutan dan lahan terbesar yang pernah dialami Indonesia dengan menghanguskan 10 juta hektar lahan.
Indonesia dengan berbagai upaya dapat menekan kebakaran hutan dan lahan bisa seminimal mungkin. Di tahun 2021 Indonesia telah berhasil merestorasi lahan gambut seluas 3,4 juta hektar. Selain itu juga menjaga dan merevitalisasi hutan mangrove yang luasnya lebih dari 20 persen total area mangrove dunia, sekitar 3,3 juta hektar. Indonesia juga berhasil menurunkan kebakaran hutan dari 2,6 juta hektar menjadi 358.000 hektar di tahun 2021.
Pandemi Covid-19 dalam dua tahun ini merupakan bencana terbesar di dunia. Virus Covid-19 menginfeksi 527 juta orang, merenggut korban 6,3 juta orang, di mana 7,5 juta anak kehilangan orangtua. “Pemerintah Indonesia menerapkan kebijakan dinamis sesuai situasi terkini, (dengan) menjalankan kebijakan gas dan rem untuk menjaga keseimbangan sisi kesehatan dan ekonomi,” kata Presiden Jokowi.
Menurut Kepala Negara kebijakan tersebut terbukti telah memberikan dampak yang baik. Indonesia yang terdiri dari 17.000 pulau dengan populasi 270 juta orang telah menyuntikkan 411 juta dosis vaksin. Kasus harian juga turun tajam dari 64.000 kasus saat puncak pandemi menjadi 345 kasus harian per 24 Mei 2022.
Pertumbuhan ekonomi terjaga di 5,01 persen serta inflasi berada pada level aman, yakni 3,5 persen. “Daya tahan dan kesiapsiagaan terhadap bencana sangat menentukan angka kerugian yang harus ditanggung akibat bencana. Semakin tidak siap, semakin besar kerugiaannya. Apalagi, saat ini dunia sedang menghadapi climate change (perubahan iklim),” kata Presiden Jokowi.
Presiden Majelis Umum Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) Abdulla Shahid menuturkan pertemuan The 7th Global Platform for Disaster Risk Reduction 2022 kali ini digelar di tengah pemulihan global dari pandemi Covid-19. Pandemi yang berkonsekuensi katastropik tersebut telah melanda ke berbagai penjuru dunia.
“Pencegahan dan penurunan risiko (bencana) merupakan hal esensial untuk menyelamatkan kehidupan dan memastikan pembangunan berkelanjutan serta masa depan untuk kita semua,” kata Abdulla Shahid.
Pencegahan dan penurunan risiko (bencana) merupakan hal esensial untuk menyelamatkan kehidupan dan memastikan pembangunan berkelanjutan serta masa depan untuk kita semua.
Dia pun mengapresiasi penyelenggaraan kegiatan berskala besar di Bali tersebut. Sesuai informasi yang diterimanya, sekitar 7.000 peserta teregistrasi pada pertemuan kali ini. “Ini membuktikan upaya dan komitmen kuat pemerintah Indonesia, di bawah kepemimpinan Bapak Presiden Joko Widodo, untuk melawan Covid-19 dan membawa negara ini kembali ke jalur pemulihan,” kata Abdulla Shahid.
Ini membuktikan upaya dan komitmen kuat pemerintah Indonesia, di bawah kepemimpinan Bapak Presiden Joko Widodo, untuk melawan Covid-19 dan membawa negara ini kembali ke jalur pemulihan.
Deputi Sekretaris Jenderal PBB Amina Jane Mohammed pun menyebut Indonesia sebagai mitra penting yang dapat memberi banyak pelajaran bagi dunia tentang upaya penurunan risiko bencana. Niat Indonesia menjadi tuan rumah pertemuan kali ini menjadi bagian penting terkait upaya pembangunan berkelanjutan dan aksi iklim.