Sektor Swasta Berperan dalam Pengurangan Risiko dan Dampak Bencana
Pebisnis dan sektor swasta berperan dalam pengurangan risiko bencana dan dampak bencana. Kemitraan dan kolaborasi multipihak, termasuk sektor swasta, menjadi kunci dalam manajemen risiko bencana.
Oleh
COKORDA YUDISTIRA M PUTRA
·5 menit baca
BADUNG, KOMPAS — Kalangan pebisnis dan swasta turut berperan dan menjadi aktor utama dalam upaya mengurangi risiko dan dampak bencana. Kemitraan dan kolaborasi menjadi kunci kerja sama multipihak dalam memanajemen risiko bencana dan mengubah risiko menjadi ketahanan.
Terkait hal itu, The Asia Pacific Alliance for Disaster Management (A-PAD) Indonesia bersama Indonesia Global Compact Network (ICGN) mendorong kalangan pebisnis dan sektor swasta menguatkan kemitraan dan kolaborasi dengan para pemangku kepentingan, baik di Indonesia maupun lintas negara. Kemitraan dan kolaborasi multipihak, termasuk sektor swasta, diyakini menjadi jalan terbaik dalam pemecahan masalah yang kompleks dan dalam upaya mencapai tujuan bersama.
Hal itu terangkum dalam acara Private Sector Leaders Forum 2022 yang diselenggarakan A-PAD Indonesia bersama IGCN dengan dukungan Pemerintah Indonesia, Kementerian Urusan Luar Negeri Jepang (MoFA Japan), dan United Nations Global Compact (UN Global Compact) di Nusa Dua, Badung, Bali, Selasa (24/5/2022).
Forum pemimpin sektor swasta tersebut dilangsungkan secara hibrida, yakni secara daring dan juga secara langsung di Nusa Dua.
Forum Pemimpin Sektor Swasta (Private Sector Leaders Forum), yang digelar dalam rangkaian pertemuan ke-7 Forum Kebijakan Global Pengurangan Risiko Bencana atau Global Platform for Disaster Risk Reduction (GPDRR) 2022, mengangkat tema ”Aksi dan Kolaborasi DRR (Disaster Risk Reduction/Pengurangan Risiko Bencana) untuk Ketangguhan Sosial dan Ekonomi”.
Direktur A-PAD Indonesia Sinta Kaniawati mengatakan, kalangan pebisnis dan sektor swasta dapat menjadi aktor utama penggerak upaya pengurangan risiko bencana dalam upaya membangun ketahanan serta ketangguhan sosial dan ekonomi. Kerja sama dan kolaborasi multipihak disebutkan menjadi kunci penting dalam inisiatif pengurangan risiko bencana.
Indonesia menyimpan potensi bencana alam yang besar, bahkan Indonesia disebut-sebut sebagai laboratorium bencana alam. Selain potensi bencana alam yang tinggi, Indonesia juga mengalami peningkatan bencana hidrometeorologi akibat dampak perubahan iklim dan dampak pandemi Covid-19.
Deputi Bidang Koordinasi Pengembangan Wilayah dan Tata Ruang Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Wahyu Utomo menyatakan, manajemen dan perencanaan menjadi bentuk kesiapan dunia usaha menghadapi risiko, termasuk menghadapi bencana.
Wahyu menyebutkan, upaya mitigasi dan perencanaan pengurangan risiko bencana merupakan investasi jangka panjang, yang perlu disadari dan disiapkan sektor swasta dan kalangan dunia usaha demi menjaga keberlanjutan usaha.
”Seperti diketahui, pandemi Covid-19 juga menghantam sektor bisnis. Laporan dari Kementerian Keuangan 2021 menyebutkan kerugian ekonomi yang disebabkan pandemi Covid-19 mencapai Rp 1.356 triliun pada 2020,” kata Wahyu dalam sesi pembukaan Private Sector Leaders Forum 2022.
Melalui telekonferensi, Senior Manager Global Operations Asia and Oceania UN Global Compact Neha Das mengatakan, sektor swasta berperan dalam membangun ketangguhan bencana dan mengubah faktor risiko menjadi ketahanan bencana seperti tema pertemuan ke-7 GPDRR 2022 di Bali.
Kerja sama dan kolaborasi sektor swasta bersama seluruh pemangku kepentingan menjadi penting dan kunci utama menuju ketahanan menghadapi risiko bencana sekaligus pencapaian target Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs).
Adapun Minister and Deputy Chief of Mission Kedutaan Besar Jepang untuk Indonesia Masami Tamura mengatakan, seperti halnya Indonesia, Jepang juga termasuk negara yang memiliki kerentanan bencana alam. Kerangka kerja Sendai untuk pengurangan risiko bencana mendorong kerja sama dan kemitraan antarnegara dalam pengurangan risiko bencana.
Melalui telekonferensi dalam pembukaan Private Sector Leaders Forum 2022, Masami juga menyebutkan sektor swasta perlu dan penting untuk terlibat dalam upaya-upaya pengurangan risiko bencana dan pengurangan dampak bencana.
Sektor swasta berperan dua sisi, yakni sebagai pemberdaya sekaligus penerima manfaat. Kolaborasi adalah kemitraan yang paling tepat dalam menyelesaikan permasalahan yang kompleks. (YW Junardy)
Komitmen sektor swasta mewujudkan ketangguhan sosial dan ekonomi dinyatakan sejalan dengan pencapaian SDGs. Targetnya antara lain penanggulangan kemiskinan, penumbuhan industri, dan inovasi serta pembangunan infrastruktur dan masyarakat yang berkelanjutan.
Dalam acara Private Sector Leaders Forum 2022 di Nusa Dua, Selasa (24/5/2022), juga digelar deklarasi Aksi dan Kolaborasi Pengurangan Risiko Bencana dari sektor swasta dan masyarakat sipil.
President of Indonesia Global Compact Network (IGCN) YW Junardy menyatakan sudah saatnya sektor swasta turut terlibat dan beraksi bersama dalam upaya mewujudkan ketahanan dan ketangguhan dalam mengurangi risiko dan potensi bencana.
Menurut Junardy, upaya pengurangan risiko bencana diperlukan untuk memastikan kehidupan sosial dan ekonomi yang berkelanjutan. ”Sektor swasta berperan dua sisi, yakni sebagai pemberdaya sekaligus penerima manfaat. Kolaborasi adalah kemitraan yang paling tepat dalam menyelesaikan permasalahan yang kompleks,” kata Junardy dalam forum tersebut.
Dalam sambutan yang dibacakan Kepala Dinas Pariwisata Provinsi Bali Tjokorda Bagus Pemayun, Wakil Gubernur Bali Tjokorda Oka Artha Ardana Sukawati mengatakan, pandemi Covid-19 memberikan dampak berupa tekanan yang kuat terhadap ekonomi Bali.
Tekanan paling dirasakan sektor industri pariwisata, yang menjadi lokomotif pertumbuhan ekonomi daerah, dan hal itu berimbas terhadap sektor-sektor lain, termasuk ketenagakerjaan, di Bali. Berbagai upaya dijalankan untuk mengendalikan kasus penyakit Covid-19.
Sementara itu, dalam jumpa pers di Nusa Dua, Deputi Bidang Sistem dan Strategi Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), yang juga Ketua Sekretariat Panitia Nasional Penyelenggara GPDRR 2022, Raditya Jati mengatakan, pelaksanaan GPDRR 2022 diawali tiga pertemuan pendahuluan, yakni Stakeholder Forum, World Reconstruction Conference 5, dan Multi-Hazard Early Warning Conference III.
Pembukaan pertemuan ke-7 GPDRR pada Rabu (25/5/2022) dijadwalkan dihadiri Presiden Joko Widodo bersama sejumlah menteri dan pejabat tinggi organisasi internasional.
Serangkaian pertemuan ke-5 World Reconstruction Conference dalam rangkaian GPDRR 2022 di Bali, Program Pembangunan Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNDP) bersama BNPB dan BPBD menyelenggarakan latihan kesiapsiagaan tsunami di Kelurahan Tanjung Benoa, Kuta Selatan, Badung, Selasa (24/5/2022).
Latihan bertujuan menyiapkan masyarakat, terutama para siswa, untuk menanggapi sistem peringatan dini kedaruratan bencana dan juga kesiapan tempat-tempat yang menjadi zona evakuasi bencana.