Kabupaten Malang Menjadi Proyek Percontohan Eliminasi Sampah Plastik
Kabupaten Malang menjadi proyek percontohan pengelolaan sampah plastik melalui Program Bersih Indonesia.
Oleh
DEFRI WERDIONO
·4 menit baca
MALANG, KOMPAS — Kabupaten Malang, Jawa Timur, menjadi proyek percontohan pengelolaan sampah holistik Program Bersih Indonesia: Eliminasi Sampah Plastik. Proyek ini merupakan kerja sama The Alliance to End Plastik Waste, Pemerintah Kabupaten Malang, dan Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi.
Menteri Koordinator Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan, yang hadir sebagai pembicara kunci dalam peluncuran Program Bersih Indonesia yang berlangsung di Pendopo Kabupaten Malang, Jawa Timur, Rabu (18/5/2022) sore, meminta Bupati Malang bahu-membahu menjalankan program ini.
”Saya juga mengimbau kepada seluruh masyarakat peran aktif atas pengelolaan sampah mulai dari diri sendiri, lingkungan sekitar, sampai sampah di tempat pembuangan akhir. Saya minta tolong semua disiplin dan aparatur pemerintah maupun TNI-Polri agar dilibatkan juga dalam kebersihan,” ujarnya.
Hadir secara langsung dalam kesempatan ini, antara lain, Deputi Bidang Koordinasi Pengelolaan Lingkungan dan Kehutanan Kemenko Martim dan Investasi Nani Hendiarti, Presiden dan CEO The Alliance to End Plastik Waste (The Alliance) Jacob Duer, serta Bupati Malang M Sanusi.
Dalam program ini, tim Bersih Indonesia akan bekerja sama dengan pemerintah daerah guna membangun layanan pengumpulan sampah di tingkat rumah tangga, serta fasilitas pemilahan, pemrosesan, dan daur ulang bagi warga Kabupaten Malang.
Pemerintah telah mengalokasikan lahan untuk pembangunan lima tempat pengolahan sampah (TPS) terpadu dan empat Stasiun Peralihan Antara (SPA). Proses pembangunannya direncanakan mulai paruh kedua 2022.
Sebagai persiapan guna menyambut sistem baru ini akan dilakukan program pelibatan masyarakat dan pendidikan di sekolah lebih dulu dalam rangka memperkuat literasi pengelolaan sampah dan daur ulang. Program pelibatan masyarakat dan pendidikan ini akan dimulai tahun depan.
Daur ulang
Ketika program Eliminasi Sampah Plastik ini sudah berjalan sepenuhnya, sistem ini ditargetkan bisa mengalihkan lebih dari 50.000 ton sampah plastik dalam setahun. Dengan tingkat daur ulang lebih dari 60 persen.
Menurut Luhut, timbunan sampah di Indonesia mencapai 68,5 juta ton setiap tahun. Khusus untuk kabupaten Malang, produksi sampah sekitar 1.300 ton per hari atau volume Timbunan 474.000 ton per tahun. Sampah itu dihasilkan oleh 2,6 juta penduduk yang tinggal di kabupaten terluas kedua di Jawa Timur itu.
Dari jumlah sampah yang dihasilkan di Malang, sebanyak 15,19 persen merupakan sampah plastik. ”Data ini memperlihatkan bahwa banyak sekali sampah plastik yang bisa menjadi bahan baku untuk daur ulang. Dan saya kira harus dilakukan karena ini akan menciptakan banyak lapangan kerja,” katanya.
Fokus kami mengumpulkan, memilah, memproses, mendaur ulang limbah plastik melalui implementasi proyek, dan investasi sistem untuk meningkatkan sistem pengelolaan sampah. (Jacob Duer)
Luhut menambahkan, pemerintah telah melakukan kolaborasi dengan berbagai pihak melalui pembentukan platform national plastic action partnership yang mempertemukan pembuat kebijakan, ahli, sektor bisnis, pengusaha, organisasi masyarakat, dan sipil untuk bersama-sama mencapai target nasional di bidang persampahan.
Menyelesaikan permasalahan sampah harus dengan inovasi, dilakukan dengan cara kolaborasi berbagai pihak. Paradigma pengelolaan sampah juga sudah harus diubah, dari linear menjadi ekonomi sirkular, pengelolaannya terintegrasi.
Sampah, menurut Luhut, harus dipandang sebagai sumber daya dan bukan lagi residu.
”Pemerintah sudah mendorong penerapan ekonomi sirkular dengan menerapkan teknologi pengolahan sampah yang berwawasan lingkungan di sektor hulu, seperti pengelolaan sampah berbasis masyarakat, seperti bank sampah, TPS 3R, dan TPST. Di sektor hilir melalui penerapan reduce derived fuel (RDF) dan pengelolaan sampah menjadi energi listrik,” ucapnya.
Jacob Duer mengatakan, sebagai organisasi nirlaba global yang berkantor pusat di Singapura, pihaknya mempunyai semangat bekerja sama dengan mitra mengembangkan solusi guna memajukan ekonomi sirkuler limbah plastik. Ini penting dilakukan mengingat ada tiga miliar orang di dunia yang masih belum memiliki akses terhadap pengelolaan limbah secara memadai.
”Fokus kami mengumpulkan, memilah memproses, mendaur ulang limbah plastik, melalui implementasi proyek, dan investasi sistem untuk meningkatkan sistem pengelolaan sampah,” katanya.
Melalui sistem pengelolaan sampah terpadu di Malang, Jacob berhadap hal itu akan bisa melayani lebih dari 2,6 juta orang dan menciptakan 3.000 lapangan kerja baru. Tahap satu Program Bersih Indonesia dikembangkan dengan biaya 29 juta dollar AS. Semua pembiayaan berasal dari The Alliance.
Sementara itu, M Sanusi berharap pengelolaan sampah di wilayahnya bisa lebih komprehensif, baik untuk masyarakat di Kabupaten Malang sendiri maupun wilayah di sekitarnya. ”Bagaimana upaya daur ulang bisa dimaksimalkan sekaligus meminimimalkan penumpukan sampah di TPA,” katanya.
Kabupaten Malang, lanjut Sanusi, memiliki program unggulan untuk terus dikembangkan guna menjaga kelestarian lingkungan, salah satunya pengelolaan TPA Talangagung di Kecamatan Kepanjen. Melalui pengelolaan secara modern, TPA Talangagung yang dulunya ditolak masyarakat kini berubah menjadi tempat wisata edukasi yang memberikan sumbangsih signifikan masyarakat di sekitarnya.
Gas metana dari TPA Talangagung telah dimanfaatkan oleh 300 rumah warga di sekitarnya. ”Mereka tidak perlu membeli elpiji. Cukup dari gas metana yang dikeluarkan dari timbunan sampah yang ditutup lalu dipasang pipa,” ujarnya.