Meriahnya Pekan Special Olympics Nasional di Purwokerto
Ratusan anak bertalenta khusus memeriahkan Pekan Special Olympics Nasional atau Pesonas Kabupaten Banyumas di Purwokerto. Mereka bergembira setelah dua tahun aktivitas terkendala pandemi Covid-19.
Oleh
WILIBRORDUS MEGANDIKA WICAKSONO
·4 menit baca
Tabuhan kentongan, alat musik tradisional dari bambu, menyemarakkan ajang pentas seni dan lomba Pekan Special Olympics Nasional atau Pesonas tingkat Kabupaten Banyumas yang digelar di Taman Andhang Pangrenan, Purwokerto, Banyumas, Jawa Tengah, Rabu (18/5/2022). Puluhan anak berkebutuhan khusus jingkrak-jingkrak, mengangkat dan memukul kentongan sambil menyanyikan lagu ”Kasih Ibu” dan dilanjutkan dengan ”Suwe Ora Jamu”.
Di barisan bangku penonton, Muhammad Firdaus (14) asyik merekam aksi teman-temannya di atas panggung menggunakan gawai. Anak yang menderita down syndrome ini berulang kali memutar posisi gawai untuk mendapatkan gambar yang dia inginkan. Kadaryanto (65), sang ayah, menemani berdiri di belakang sambil memberi petujuk adegan-adegan menarik yang bisa direkam Firdaus.
”Kegiatan ini buat refreshing. Anak saya juga senang bisa bermain bersama di sini,” ujar Kadaryanto.
Menurut Kadaryanto, Firadus adalah anak bungsunya, dari lima bersaudara. Dia mengalami lambat bicara dan kini duduk di bangku kelas VIII tingkat SMP di Sekolah Luar Biasa (SLB) Yakut. ”Semua anak punya hak yang sama. Saya akan berjuang demi anak saya semampu saya,” kata Kadaryanto yang sehari-hari bekerja sebagai tukang las.
Dianugerahi anak berkebutuhan khusus memang bukan permintaan Kadaryanto dan istrinya, tetapi kehadiran Firdaus tetaplah diyakini sebagai titipan dari Yang Mahakuasa. ”Anak saya ini sabar dan tidak pernah marah kalau diejek orang,” katanya.
Meskipun demikian, ia tetap berusaha melindungi anaknya. Pernah suatu ketika Firdaus diberi rokok oleh tetangga. ”Saya tidak tahu persis siapa yang memberi, lalu di pertemuan RT saya sampaikan kepada orang-orang, tolong jangan rusak anak saya. Kalau mau memberi edukasi yang baik silakan. Kalau memberi rokok itu namanya merusak,” tutur Kadaryanto.
Untuk memberikan edukasi yang baik, ia pun mengikutkan Firdaus dalam banyak kegiatan seperti hari itu. Selain untuk rekreasi, ajang yang digelar di taman kota itu juga digelar untuk melatih sisi kompetisi para siswa dari sekolah luar biasa di Banyumas.
”Dalam ajang ini ada nilai seni, nilai rekreasi, dan ada nilai kompetisi,” kata Wakil Ketua Pesonas Kabupaten Banyumas Rubimanto, di Purwokerto. Sajian selain kentongan, ada pula pertunjukan rebana, baca puisi, hingga peragaan busana dari para siswa-siswi berkebutuhan khusus.
Pada penampilan peragaan busana, sejumlah anak yang mengalami down syndrome dan tunagrahita tampak ceria melenggang-lenggok di atas panggung sambil diarahkan oleh guru pendamping mereka.
Di lapangan terbuka, lomba bocce juga digelar bagi siswa-siswi ini. Bocce merupakan permainan menggunakan bola besi. Setiap anak mendapat tiga kesempatan untuk melemparkan bola besi ini mendekati bola putih yang dipasang pada jarak 5 meter, 10 meter, dan 15 meter. Jarak lemparan bola terdekat dengan bola putih inilah yang akan mendapatkan poin tertinggi.
Para guru dan pendamping tampak sabar dan penuh perhatian mengarahkan peserta lomba yang jumlahnya mencapai 200 anak dari seluruh SLB di Kabupaten Banyumas itu. Para guru dan siswa antusias karena ini merupakan kegiatan bersama yang pertama digelar setelah ada pembatasan kegiatan akibat pandemi Covid-19.
Menurut Rubimanto, pada ajang ini juga akan diseleksi siswa berpotensi yang nantinya diharapkan bisa mewakili Banyumas untuk maju ke tingkat provinsi, nasional, serta internasional. ”Ada beberapa anak yang berpotensi bisa (dikirim) ke olimpiade internasional,” ujarnya.
Masyarakat yang normal itu, ya masyarakat yang berbeda. (Rubimanto)
Tak ada yang sama
Rubimanto menambahkan, pada dasarnya setiap manusia itu tidak ada yang sama. Setiap manusia mempunyai kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Oleh karena itu, diharapkan masyarakat umum bisa menerima dan menghargai mereka yang berkebutuhan serta bertalenta khsusus ini.
”Masyarakat yang normal itu, ya masyarakat yang berbeda.Yang namanya inklusif itu di masyarakat, ada yang lebih dan ada yang kurang. Yang lebih itu justru harus menghargai. Kita harus saling membantu dan jangan mem-bully mereka yang kurang,” paparnya.
Di mata Rubimanto yang juga menjabat sebagai Kepala SLB Yakut, anak-anak bertalenta spesial ini adalah orang-orang yang ikhlas serta sabar. ”Kelebihan mereka adalah ikhlas dan sabar. Ini yang banyak orang tidak tahu. Mereka selalu menerima apa pun,” ujarnya.
Di tengah kebersamaan dan kemeriahan Pekan Special Olympic Indonesia (Soina) ini, tersirat keceriaan juga semangat para siswa. Semangat mereka bagaikan api obor Soina yang berasal dari api abadi Mrapen di Grobogan.
Dijaga oleh ketulusan para guru serta ketabahan orangtua, api semangat dalam diri anak-anak bertalenta khusus ini diharapkan bisa terus berkembang, menjadikan mereka pribadi yang lebih mandiri serta dapat membanggakan keluarga bahkan Indonesia Raya.