Aktualisasikan Ajaran Sang Buddha untuk Capai Kebahagiaan Sejati
Sudah waktunya kita berhenti melihat apa yang diperbuat orang lain dan lebih terfokus pada tindakan yang dilakukan diri sendiri. Saat melalui masa sulit, setiap pribadi diminta berhenti menyalahkan orang lain.
Oleh
REGINA RUKMORINI
·3 menit baca
MAGELANG, KOMPAS - Keteladanan Sang Buddha mengandung nilai-nilai universal yang penting untuk ditiru, diaktualisasikan, dan diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Semua ajarannya juga perlu direalisasikan umat demi mencapai pencerahan sempurna tanpa batas.
”Dengan menerapkan semua ajaran Sang Buddha dengan penuh rasa cinta kasih, toleransi, pengertian, penerimaan, dan nilai-nilai moralitas yang baik, serta dengan menjaga semangat Bhinneka Tunggal Ika, mari kira bersama-sama mewujudkan kebahagiaan sejati dalam bingkai NKRI,” ujar Wakil Menteri Agama Zainut Tauhid Sa’adi dalam sambutannya menjelang detik-detik Waisak 2566 BE/2022 di pelataran Candi Borobudur, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, Senin (16/5/2022).
Momentum Waisak, menurut dia, semestinya juga dimaknai umat Buddha secara mendalam dan luas, dengan mengaktualisasikan semua ajaran Sang Buddha untuk mencapai kebahagiaan sejati. ”Penerapan ajaran Sang Buddha juga harus dilakukan agar berdampak luas baik bagi diri sendiri, orang lain, maupun semua makhluk,” ujarnya.
Zainut mengatakan, masa transisi dari pandemi Covid-19 menuju endemi saat ini sangat disyukuri karena pemerintah sudah mulai memberlakukan kelonggaran dan memberikan izin pelaksanaan perayaan Trisuci Waisak secara langsung. Ini berbeda dengan perayaan selama dua tahun, yakni pada 2020 dan 2021, yang dilaksanakan secara daring. Kendatipun demikian, dia tetap mengingatkan segenap umat mengikuti ritual perayaan dengan terus menjalankan protokol kesehatan.
Perayaan Trisuci Waisak 2566 BE/2022 kali ini mengangkat tema ”Jalan Kebijaksanaan Menuju Kebahagiaan Sejati”.
Ketua Umum Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Perwakilan Umat Buddha Indonesia (Walubi) Siti Hartati Murdaya mengatakan, kehidupan setiap manusia selalu dipenuhi dengan banyak tantangan dan pertentangan dengan berbagai pihak. Menghadapi situasi tersebut, setiap pribadi harus bergerak, menggunakan kekuatan kebijaksanaan dan sikap welas asihnya agar tetap bisa memperoleh pencerahan diri.
”Jalan kebijaksanaan masing-masing adalah jalan panjang menuju kebahagiaan sejati,” ujarnya.
Ketua Umum Persatuan Umat Buddha Indonesia (Permabudhi) Philip K Widjaja mengatakan, setelah melalui dua tahun masa panjang pandemi, pihaknya sangat bersyukur akhirnya bisa kembali menyelenggarakan Waisak secara langsung. Momentum Waisak kali ini, menurut dia, sebaiknya juga terus menjadi semangat bagi segenap umat Buddha untuk terus menjalankan sikap tulus, meneladani, dan menerapkan ajaran Sang Buddha dalam kehidupan sehari-hari.
”Dengan semangat Waisak, semoga kita pun bisa terus menjaga kebersamaan dan kerukunan,” ujarnya.
Sudah waktunya kita berhenti melihat apa yang diperbuat orang lain dan lebih terfokus untuk tindakan yang dilakukan diri sendiri. (YM Bikkhu Wongsin Labhiko Mahathera)
Detik Waisak
Perayaan Trisuci Waisak diikuti oleh 1.200 pemeluk agama Buddha. Dengan menerapkan protokol kesehatan, mereka menjalani semua rangkaian perayaan dengan tetap mengenakan masker dan duduk berjarak, menempati posisi yang telah ditandai dengan stiker berwarna merah.
Detik-detik Waisak 2566 BE/2022 jatuh pada pukul 11.13.46. Di tengah teriknya sinar matahari dan suhu udara yang mencapai lebih dari 30 derajat celsius, segenap umat yang hadir duduk dengan bernaung di bawah payung.
YM Bikkhu Wongsin Labhiko Mahathera, dalam tuntunan meditasi Waisak, mengatakan, sudah waktunya kita berhenti melihat apa yang diperbuat orang lain dan lebih terfokus pada tindakan yang dilakukan diri sendiri. Saat melalui masa sulit apa pun, setiap pribadi juga diminta untuk berhenti menyalahkan orang atau pihak lain.
”Berhenti menyalahkan orangtua, menyalahkan langit dan bumi, atau menyalahkan nasib atau takdir. Semua yang terjadi pada diri kita selalu setimpal dengan apa yang sudah kita perbuat,” ujarnya.
Dia juga meminta setiap umat selalu menjalankan tiga ajaran utama dari Sang Buddha, yaitu jangan berbuat jahat, terus menambah kebajikan, serta selalu mencerahkan hati dan pikiran.