Gempa Dangkal Berpusat di Laut Guncang Muna, Tidak Berpotensi Tsunami
Gempa bermagnitudo 4,2 yang terjadi di laut dengan kedalaman 8 kilometer mengguncang wilayah Muna, Sultra. Meski berpusat di laut, gempa ini tidak berpotensi tsunami. Belum ada laporan korban jiwa ataupun kerusakan.
Oleh
SAIFUL RIJAL YUNUS
·3 menit baca
KENDARI, KOMPAS — Gempa bermagnitudo 4,2 yang terjadi di laut dengan kedalaman 8 kilometer mengguncang wilayah Muna, Sulawesi Tenggara. Meski berpusat di laut, gempa ini tidak berpotensi tsunami. Belum ada laporan korban jiwa ataupun kerusakan akibat kejadian ini.
Gempa yang berpusat di barat laut Maligano, Muna, ini terjadi pada Kamis (12/5/2022) pukul 13.07 Wita. Kekuatan gempa dirasakan di sejumlah wilayah, mulai dari Muna hingga di Konawe Selatan.
Kepala Stasiun Geofisika BMKG Kendari Rudin menyampaikan, gempa ini berpusat di laut, sekitar 6 kilometer Maligano, Muna. Lokasi gempa juga tercatat cukup dangkal, yaitu terjadi di kedalaman 8 kilometer. Meski begitu, gempa ini tidak berpotensi memunculkan tsunami.
Guncangan gempa paling kuat tercatat terjadi di Muna dengan kekuatan hingga skala IV (MMI). Pada skala ini, getaran dirasa cukup kuat dan bisa menjatuhkan barang.
”Namun, sampai saat ini belum ada laporan kerusakan. Hanya getaran cukup kuat yang terasa di sejumlah wilayah, termasuk di sebagian wilayah Konawe Selatan,” katanya.
Menurut Rudin, gempa ini tidak tercatat diikuti gempa susulan. Meski begitu, masyarakat tetap diharapkan waspada dan menghindari bangunan rusak terlebih dahulu.
”Gempa ini terjadi di dekat Sesar Buton segmen B, jadi kami tetap memasukkan gempa ini akibat pergerakan Sesar Buton,” katanya.
Sesar Buton merupakan salah satu sesar aktif di wilayah Sulawesi Tenggara. Sesar ini memiliki pergerakan 0,1 milimeter per tahun. Sesar ini memiliki dua segmen, yaitu segmen A sepanjang 60 kilometer di Pulau Muna dan segmen B sepanjang 29 km di Pulau Buton.
Hal ini harus menjadi perhatian karena di sekitar kita ada sesar yang aktif dan terus bergerak. Pemerintah khususnya harus memperhitungkan dampak dan upaya mitigasi sedini mungkin. (Jamhir Safani)
Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Muna Dahlan Kalega menuturkan, pihaknya belum mendapatkan laporan adanya kerusakan akibat gempa. Meski demikian, gempa dirasakan cukup kuat selama beberapa detik di hampir semua wilayah Muna.
”Kami masih mengumpulkan laporan terutama terkait adanya kerusakan atau korban dari kejadian ini. Sejauh ini masih terpantau aman, tetapi kami tetap siaga,” katanya.
Terus bergerak
Sesar Buton tercatat terus bergerak dengan gempa yang terjadi setiap tahun. Sejumlah gempa dengan magnitudo di atas 4 terjadi selama beberapa tahun terakhir. Pada 2020, gempa bermagnitudo 5,4 mengguncang Buton Selatan dan membuat panik warga. Sejumlah bangunan juga rusak akibat gempa ini.
Pada 2013, gempa dengan kekuatan M 4,6 mengguncang Buton sehingga membuat sekitar 300 rumah rusak dan ribuan warga mengungsi. Dampak gempa di Kabupaten Buton paling terasa di Kecamatan Batauga yang menjadi titik pusat gempa.
Dihubungi secara terpisah, Ketua Forum Pengurangan Risiko Bencana Sultra Jamhir Safani menyampaikan, gempa yang terjadi beberapa kali di wilayah Buton menunjukkan adanya aktivitas sesar yang terus terjadi beberapa waktu terakhir. Hal ini sebaiknya menjadi pengingat bagi pemerintah dan masyarakat akan rentannya bencana.
”Hal ini harus menjadi perhatian karena di sekitar kita ada sesar yang aktif dan terus bergerak. Pemerintah khususnya harus memperhitungkan dampak dan upaya mitigasi sedini mungkin,” ucapnya.
Mitigasi, tambah Jamhir, bisa dimulai dengan membuat sistem zonasi di setiap wilayah. Zonasi menunjukkan lokasi dengan risiko rendah, sedang, hingga tinggi. Selain itu, juga membuat hitungan bangunan yang berada di lokasi risiko tinggi. Hal itu dimaksudkan agar mengurangi korban ketika bencana, khususnya gempa bumi terjadi. Rencana mitigasi ini harus dikaitkan dengan perencanaan pembangunan.