Megawati Dianugerahi Profesor Kehormatan dari Institut Seni Seoul
Seoul Institute of The Arts memberikan gelar profesor kehormatan tertinggi kepada Presiden ke-5 RI Megawati Soekarnoputri. Megawati dinilai sebagai pemimpin berani, tetapi juga penuh semangat promosikan budaya.
Oleh
PRAYOGI DWI SULISTYO
·5 menit baca
SEOUL, KOMPAS — Institut Seni Seoul atau Seoul Institute of The Arts memberikan gelar profesor kehormatan tertinggi kepada Presiden kelima RI Megawati Soekarnoputri. Gelar tersebut diberikan atas jasa Megawati yang penuh semangat mempromosikan seni, budaya, dan ekonomi kreatif untuk pengembangan perdamaian dan demokrasi serta peningkatan kualitas hidup.
Penganugerahan itu diberikan di Kampus Seoul Institute of The Arts (SIA) di Seoul, Korea Selatan, Rabu (11/5/2022). Megawati hadir langsung ke lokasi untuk menerima penghargaan tersebut. Ketua Umum DPP Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) tersebut didampingi Ketua DPP PDI-P Rokhmin Dahuri dan Bendahara Umum DPP PDI-P Olly Dondokambey bersama istri Rita Dondokambey. Jajaran Kedutaan Besar RI di Korsel ikut hadir yang dipimpin Duta Besar Gandi Sulistyanto.
Saat membacakan pidatonya, beberapa kali Megawati menitikkan air matanya dan terbata-bata. Ia sangat terharu dengan gelar penghormatan yang diberikan kepadanya. Bukan hanya sebagai orang Indonesia pertama yang menerima gelar itu, melainkan juga sebagai orang asing pertama. Megawati mendedikasikan gelar tersebut untuk keluarga besar proklamator Soekarno dan jajaran PDI-P yang dipimpinnya.
”Tanggung jawab terhadap penghormatan ini sangatlah besar. Terlebih atas pertimbangan bahwa saya dinilai memiliki komitmen yang tinggi terhadap perdamaian dunia, juga di dalam membangun demokrasi serta komitmen terhadap lingkungan dan kebudayaan,” kata Megawati.
Ia menegaskan, kebudayaan merupakan hal mendasar dan membentuk karakter sebuah bangsa. Di Indonesia, sari pati kebudayaan itu tecermin dalam falsafah bangsa, yakni Pancasila. Di dalam Pancasila itulah terkandung prinsip ketuhanan, kemanusiaan, kebangsaan, demokrasi, dan keadilan sosial yang sungguh hidup di dalam masyarakat. Pancasila tidak hanya menyatukan Indonesia yang begitu beragam, tetapi juga menjadi sistem politik, sistem ekonomi, dan kebudayaan Indonesia.
Pancasila ini dijalankan melalui apa yang oleh Presiden pertama RI Soekarno disebut Trisakti, yakni berdaulat di bidang politik, berdiri di atas kaki sendiri di bidang ekonomi, dan berkepribadian dalam kebudayaan.
Dengan menerima gelar profesor kehormatan ini, kata Megawati, maka pengembangan kebudayaan Indonesia dan upaya membangun kerja sama kebudayaan bangsa Indonesia dan Korea Selatan menjadi bagian tanggung jawabnya. Kerja sama kebudayaan tersebut tidak hanya mencakup pendidikan, ekonomi kreatif, dan diplomasi kebudayaan, tetapi juga dialog kebudayaan.
Menurut Megawati, kuatnya identitas kebudayaan bangsa Korea Selatan akan menjadi modal penting di dalam mendorong perdamaian dunia, termasuk di Semenanjung Korea. Ia memberikan perhatian khusus pada persoalan tersebut sehingga berkomitmen untuk menggunakan pikiran dan energi terbaik yang dimilikinya bagi terwujudnya perdamaian di Korea.
Dengan menerima gelar profesor kehormatan ini, kata Megawati, maka pengembangan kebudayaan Indonesia dan upaya membangun kerja sama kebudayaan bangsa Indonesia dan Korea Selatan menjadi bagian tanggung jawabnya.
”Dengan identitas, jati diri, dan karakter kebudayaan yang sama antara Korea Utara dan Korea Selatan, saya meyakini spirit berkebudayaan inilah yang akan menjadi kunci perdamaian dengan apa yang disebut reunifikasi Korea,” kata Megawati.
Ia mengingatkan, berkepribadian dalam kebudayaan adalah berdaulat di bidang politik. Prinsip berdaulat dalam politik ini sangatlah penting di dalam dialog untuk perdamaian. Penjabaran berdaulat di bidang politik tersebut membawa makna bahwa perdamaian abadi hanya bisa dilakukan oleh bangsa Korea sendiri tanpa adanya intervensi negara lain. Sebab, keduanya adalah satu keluarga, satu identitas kebudayaan.
Dengan identitas kebudayaan yang menyatukan bangsa Korea Selatan dan Korea Utara, dan dalam satu kesatuan geografis di Semenanjung Korea, berbagai harapan untuk membangun dialog kebudayaan sebagai jalan meretas perdamaian di ”Bumi Peninsula” sangatlah penting.
Presiden Seoul Institute of The Arts, Nam Sik Lee, memberikan gelar tersebut dengan penuh hormat. Ia selalu mendampingi Megawati ke mana pun pergi. Nam juga mengajak Megawati untuk berkeliling dan berfoto bersama di sekitar Kampus Seoul Institute of The Arts (SIA).
Dalam pidatonya, Nam mengatakan, gelar tersebut diberikan untuk disiplin ilmu Kebijakan Seni dan Ekonomi Kreatif. Megawati dinilai telah menjadi pemimpin negara yang berani. Namun, pada saat yang sama, Megawati juga dengan penuh semangat mempromosikan seni, budaya, dan ekonomi kreatif untuk pengembangan perdamaian, demokrasi, serta peningkatan kualitas hidup.
”Dia telah menjadi pelopor penelitian dan inovasi serta telah menjadi panutan bagi generasi masa depan,” kata Nam.
Lebih lanjut, Nam menyampaikan, SIA telah menjadi yang terdepan dalam eksperimen dan inovasi seni dan pendidikan di Korea Selatan. SIA telah menghasilkan banyak pemimpin industri di dalam negeri ataupun luar negeri. SIA merupakan tempat lahirnya Korean Wave yang disebut Hallyu yang banyak menghasilkan konten kreatif.
Dalam delapan tahun terakhir, SIA telah berkolaborasi dengan Indonesia melalui kelas gamelan, pertukaran desain tipografi, Pameran Ciptaan Alam, serta lokakarya dan beberapa proyek lainnya. SIA juga berencana untuk memulai World Music Center dan musik Indonesia akan menjadi bagian di dalamnya. SIA tertarik untuk merekrut banyak pelajar Indonesia yang ingin belajar untuk menjadi aktor, desainer, musisi, dan pembuat film yang akan menginspirasi dunia.
Dalam delapan tahun terakhir, SIA telah berkolaborasi dengan Indonesia melalui kelas gamelan, pertukaran desain tipografi, Pameran Ciptaan Alam, serta lokakarya dan beberapa proyek lainnya.
Gelar profesor kehormatan dari SIA ini menjadi yang kedua untuk Megawati. Sebelumnya, pada Juni 2021, Megawati menerima gelar profesor kehormatan dari Universitas Pertahanan RI di bidang kepemimpinan strategik.
Megawati juga telah menerima sembilan gelar doktor kehormatan. Gelar itu di antaranya di bidang politik dari Waseda University of Tokyo, Tokyo, Jepang; Moscow State Institute of International Relations, Moskwa, Rusia; Korea Maritime and Ocean University, Busan, Korea Selatan; dan untuk bidang politik dan pemerintahan dari Universitas Padjajaran, Bandung.
Selain itu, ada dari Universitas Negeri Padang untuk bidang pendidikan politik; Mokpo National University, Kota Mokpo, Korea Selatan, untuk bidang demokrasi ekonomi; Institut Pemerintahan Dalam Negeri, Bandung, untuk bidang politik dan pemerintahan; Fujian Normal University, Fuzhou, Fujian, China, untuk bidang diplomasi ekonomi; serta Soka University Japan, Tokyo, Jepang, untuk bidang kemanusiaan.
Dubes RI untuk Korsel Gandi Sulistyanto mengatakan, Megawati sangat dikenal di Korea Selatan, khususnya sebagai putri proklamator Soekarno. Sebab, Bung Karno sangat terkenal di seluruh pelosok Korea Selatan ataupun Korea Utara. Karena itu, KBRI di Korsel berjuang agar Megawati mendapatkan penghargaan dari SIA.
Keinginan KBRI pun dikehendaki oleh SIA. Hal tersebut didasari atas peran Megawati dalam menciptakan perdamaian. Sebagai Ketua Dewan Pengarah Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP), Megawati telah banyak meningkatkan ekonomi kreatif. Hal tersebut sejalan dengan SIA yang bergerak di bidang seni. Setelah mendapatkan surat dari Presiden SIA, KBRI menyiapkan kegiatan penganugerahan ini dalam waktu kurang dari tujuh hari.