Evaluasi Pascamudik Menentukan Skema Endemi Covid-19
Transisi dari pandemi Covid-19 menuju endemi ditunggu-tunggu. Namun, pemerintah tak terburu-buru mengubah status dan masih akan mengevaluasi laju penularan kasus seusai mudik Lebaran 2022.
JAKARTA, KOMPAS — Setelah dua tahun lebih pandemi Covid-19 melanda Indonesia dan seluruh dunia, semua menantikan peralihan pandemi ke endemi. Pemerintah Indonesia pun menjadikan mudik hari raya Idul Fitri sebagai salah satu faktor menentukan transisi itu.
Tenaga Ahli Utama Kantor Staf Presiden RI Abraham Wirotomo, di Jakarta, Kamis (5/5/2022), mengatakan, penentuan skema menuju endemi Covid-19 masih menunggu hasil evaluasi pascamudik Lebaran. Sejauh ini, beredar informasi bahwa pemerintah telah mempersiapkan transisi perubahan status pandemi menjadi endemi Covid-19.
”Kita berharap tidak akan terjadi lonjakan lagi seperti di negara lain. Pemerintah akan bersiap mengantisipasi apabila terjadi lonjakan,” katanya.
Selama tujuh pekan terakhir atau sejak 24 Maret hingga 4 Mei 2022, Covid-19 di Indonesia sudah terkendali. Data Reproduction Rate (Rt) konsisten di angka 1. Selain itu, tambah Abraham, jumlah kasus Covid-19 per hari juga terus melandai. ”Per 3 Mei 2022, 107 kasus per hari, angka kematian 18 per hari, dan angka kasus aktif tinggal 6.951,” katanya.
Baca juga: Memahami Endemi, Epidemi, dan Pandemi Covid-19
Kendati demikian, jumlah tes harian saat ini sangat rendah. Pada 3 Mei, hanya 37.971 orang yang diperiksa, baik RT-PCR, TCM, maupun antigen. Pada 4 Mei ketika kasus positif bertambah 176 kasus pun, hanya 49.650 orang yang diperiksa. Angka ini jauh berbeda ketika puncak kasus pemeriksaan bisa mencapai 200.000 orang.
Kendati bersyukur dan mengapresiasi para tenaga kesehatan, TNI/Polri, dan Satuan Tugas Penanggulangan Covid-19, menurut Abraham, pemerintah tidak terburu-buru menurunkan status pandemi menjadi endemi.
Presiden Joko Widodo pun beberapa kali menegaskan pemerintah tidak mau tergesa-gesa menurunkan status pandemi menjadi endemi. Kewaspadaan tetap harus diutamakan sebab masih banyak hal yang belum diketahui dari virus SARS-CoV-2 ini.
Salah satunya saat Presiden memberikan keterangan pers seusai meninjau Sirkuit Formula E, Jakarta, Senin (25/4/2022). Presiden Jokowi menyebut bahwa transisi dari pandemi Covid-19 menuju endemi harus dilakukan secara hati-hati melalui berbagai tahapan.
”Yang pertama memang mudik kita perbolehkan karena melihat angka-angka kasus harian sudah sangat rendah dan kasus aktifnya kan sudah di bawah 20.000 memang rendah. Tetapi, apa pun ada masa transisi yang masih kita harus hati-hati,” ujar Presiden Jokowi.
Ditambahkan pula bahwa pemerintah tidak ingin seperti negara-negara lain yang langsung melakukan kebijakan melepas masker. Pemerintah akan melihat situasi pada masa transisi selama enam bulan ke depan.
”Saya tidak ingin kayak negara-negara lain langsung buka masker, ndak. Ini masih masa transisi, kira-kira enam bulan kita lihat seperti apa, baru nanti silakan kalau di luar ruangan buka masker, kalau di dalam ruangan masih pakai masker,” kata Presiden Jokowi.
Presiden menambahkan ada sejumlah tahapan yang harus dilewati dan pemerintah tidak akan tergesa-gesa dalam memutuskan kebijakan. Menurut dia, pemerintah juga memiliki sejumlah pengalaman saat menghadapi lonjakan kasus Covid-19 varian Delta ataupun Omicron. ”Ada tahapan-tahapan yang kita tidak perlu tergesa-gesa. Apa pun, kita punya pengalaman saat Delta seperti apa, saat Omicron seperti apa, sehingga kehati-hatian, kewaspadaan itu tetap harus,” katanya.
Antibodi
Kendati demikian, suka cita karena antibodi mulai tumbuh di masyarakat Indonesia tetap menjadi salah satu modal untuk melewati pandemi Covid-19. Pada hari raya Idul Fitri, Senin (2/5/2022), ketika bersilaturahmi dengan Menteri Pertahanan yang juga Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto, Presiden Jokowi sempat menyinggung dalam perbincangan dengan Prabowo tentang situasi pandemi Covid-19 di Indonesia. Dalam tayangan pertemuan yang diunggah di laman Youtube Sekretariat Presiden, Presiden Jokowi menyebut bahwa 99,2 persen masyarakat telah punya antibodi.
Sebelumnya, dalam rapat terbatas terkait pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) 18 April 2022, Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin juga melaporkan hasil sero survei yang dilakukan Kementerian Kesehatan bekerja sama dengan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia. Dalam sero survei Desember 2021, diketahui 88,6% dari masyarakat Indonesia sudah memiliki antibodi, baik dari vaksinasi maupun infeksi. Menjelang Lebaran ini, sero survei juga dilakukan dan kadar antibodi masyarakat mencapai 99,2 persen.
”Artinya, 99,2 persen populasi sudah mempunyai antibodi, bisa dari vaksinasi atau infeksi,” ujar Budi dalam keterangan pers secara daring.
Dari pengukuran kadar antibodi, diketahui pada sero survei Desember 2021, titer antibodi masyarakat berkisar 500-600. Adapun dalam sero survei Maret ini, titer antibodi masyarakat sudah berkisar 7000-8000.
”Jadi bukan sekadar punya antibodi, melainkan titernya tinggi. Harapannya kalau diserang virus bisa mengurangi kemungkinan harus masuk RS,” kata Budi.
Hal ini juga menjadi salah satu faktor yang membuat pemerintah berani membolehkan masyarakat Indonesia mudik di libur Idul Fitri tahun ini. Kendati demikian, imbauan untuk terus menjaga protokol kesehatan tetap disampaikan.
Keterangan tertulis di laman covid19.go.id menyebutkan bahwa perkembangan penanganan pandemi Covid-19 per Rabu (4/5/2022) secara nasional telah membaik. Angka kesembuhan harian bertambah 266 orang terdiri dari 220 transmisi lokal dan 46 pelaku perjalanan luar negeri (PPLN). Dengan demikian, angka kumulatifnya terus meningkat melebihi 5,8 juta orang sembuh atau tepatnya 5.884.325 orang (97,3 persen).
Kasus aktif atau pasien positif yang membutuhkan perawatan medis berkurang 106 kasus sehingga angka kumulatifnya 6.845 kasus (0,1 persen). Pasien terkonfirmasi positif per 4 Mei 2022 bertambah 176 kasus terdiri dari 173 kasus transmisi lokal dan 3 PPLN. Angka kumulatif atau jumlah pasien terkonfirmasi positif yang tercatat sejak kasus pertama hingga hari ini mencapai 6.047.491 kasus.
Pasien meninggal bertambah 16 kasus transmisi lokal dengan kumulatifnya mencapai 156.321 kasus (2,6 persen). Selain itu, dari hasil uji laboratorium per hari, spesimen selesai diperiksa per hari sebanyak 69.766 spesimen dengan jumlah suspek sebanyak 1.437 kasus.
Untuk perkembangan program vaksinasi, penerima vaksin ke-1 total melebihi 199 juta orang. Penerima vaksinasi ke-2 melebihi 165 juta serta vaksinasi ke-3 melebihi 40 juta orang dari target sasaran vaksinasi sebanyak 208.265.720 orang.
Angka tertinggi kasus harian terjadi di DKI Jakarta dengan 102 kasus disusul Bali, Jawa Timur, Jawa Tengah, dan Jawa Barat. Sementara positivity rate harian berada di angka 0,35 persen dan positivity rate orang mingguan (24-30 April 2022) di angka 0,53 persen. Sebaran wilayah terdampak masih berada di 34 provinsi dan 510 kabupaten/kota.
Baca juga: Transisi Menuju Endemi Dilakukan secara Bertahap
Endemi
Beberapa waktu lalu, Juru Bicara Pemerintah untuk Penanganan COVID-19 Wiku Adisasmito menuturkan, istilah endemi digunakan untuk menggambarkan keberadaan sebuah penyakit yang cenderung terkendali karena jumlah kasus yang rendah secara konsisten dengan luas daerah terdampak dan durasi beragam di tiap daerah. Penetapan status endemi merupakan otoritas Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) karena untuk mengubah pandemi yang berdampak pada banyak negara diperlukan perbaikan kondisi kasus secara global.
”Umumnya, kondisi terkendali ini dapat diindikasikan dari jumlah kasus dan kematian yang rendah, bahkan nol, dalam jangka waktu tertentu,” kata Wiku saat menjawab pertanyaan media pada agenda keterangan pers di Graha BNPB, Selasa (8/3/2022) yang disiarkan kanal YouTube Sekretariat Presiden, Selasa (8/3/2022) lalu.