Harapan Penambahan Populasi Bekantan di Luar Habitatnya Mulai Terbuka
Kelahiran bayi bekantan di luar habitatnya membuka harapan untuk penambahan populasi bekantan di Kalimantan Selatan secara ex-situ. Sinergi kerja pentahelix jadi strategis dalam upaya konservasi bekantan agar tak punah.
Oleh
JUMARTO YULIANUS
·3 menit baca
BANJARMASIN, KOMPAS — Seekor bekantan betina melahirkan saat berada di tempat rehabilitasi dan transit satwa Bekantan Rescue Center di Kota Banjarmasin, Kalimantan Selatan. Kelahiran bayi bekantan di luar habitatnya (ex-situ) itu membuka harapan untuk penambahan populasi satwa langka bernama latin Nasalis larvatus tersebut.
Ketua Yayasan Sahabat Bekantan Indonesia (SBI) Amalia Rezeki menyampaikan, seekor bayi bekantan betina lahir di Bekantan Rescue Center pada 10 Maret 2021. Bekantan Rescue Center merupakan tempat rehabilitasi dan transit satwa yang dikelola oleh Yayasan SBI di bawah binaan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan melalui Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Kalimantan Selatan.
Bayi bekantan itu lahir dari induk bernama Mimin yang merupakan pasangan dari pejantan bernama Pedro. Kelahiran bayi bekantan tersebut menjadi ”kado manis” peringatan Hari Bekantan 2022 pada 28 Maret.
”Kelahiran bayi bekantan ini menjadi istimewa karena yang memberi nama adalah Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan. Sertifikat pemberian nama ditandatangani langsung oleh Ibu Siti Nurbaya Bakar,” kata Amalia, di Banjarmasin, Rabu (30/3/2022).
Siti Nurbaya Bakar memberi nama Hanny kepada bayi bekantan itu. Ia berharap Hanny bisa tumbuh sehat dan besar serta lestari. ”Saya mengapresiasi kinerja Amalia dan Yayasan Sahabat Bekantan Indonesia dalam upaya pelestarian bekantan,” katanya saat berkunjung ke Banjarmasin pada 25 Maret lalu.
Pada 2017, Siti Nurbaya juga melepasliarkan bekantan betina bernama Lola Amalia di Pulau Bakut, Kabupaten Barito Kuala. Nama Lola Amalia diberikan Siti Nurbaya sebagai bentuk apresiasi atas dedikasi Amalia selaku Ketua Sahabat Bekantan Indonesia dalam upaya penyelamatan bekantan di Kalimantan Selatan.
Bekantan oleh Badan Konservasi Internasional (IUCN) masuk dalam daftar merah sejak tahun 2000 dengan status konservasi terancam kepunahan. Bekantan juga terdaftar pada CITES sebagai Apendix I (tidak boleh diperdagangkan secara internasional). Satwa ini juga dijadikan maskot atau fauna identitas Provinsi Kalimantan Selatan berdasarkan SK Gubernur Kalsel Nomor 29 Tahun 1990.
Amalia menjelaskan, Hanny lahir dari pasangan bekantan serahan dari warga. Mimin dan Pedro dipelihara warga sejak bayi dan setelah dewasa diserahkan ke SBI untuk direhabilitasi karena perilaku alaminya telah hilang. ”Selama dalam perawatan, kedua bekantan tersebut menunjukkan gejala birahi. Ternyata benar, setelah digabungkan mereka kawin,” ujarnya.
Menurut Amalia, proses kelahiran bayi bekantan ini berjalan normal dan diasuh induknya dengan baik. Mimin hamil selama sekitar 6 bulan. Selama kehamilan, Mimin dipantau secara rutin oleh dokter hewan Adinda Anina dan penjaga satwa. Pola makan dan pakannya pun dipantau terus agar kesehatannya terjamin.
”Bekantan betina mempunyai masa kehamilan sekitar 166 hari atau 5-6 bulan dan hanya melahirkan 1 ekor anak dalam sekali masa kehamilan. Anak bekantan ini akan bersama induknya hingga menginjak dewasa usia sekitar 4 tahun,” tuturnya.
Ancaman-ancaman terhadap bekantan perlu direduksi.
Amalia mengatakan, kelahiran bayi bekantan di tempat perawatan bekantan sementara ini adalah kejadian langka. Ini juga merupakan prestasi tersendiri bagi dunia konservasi, terutama bagi SBI dan BKSDA Kalsel.
”Di tengah maraknya berita tentang keterancaman populasi bekantan akibat alih fungsi lahan, kebakaran hutan, dan perburuan liar, ternyata masih ada harapan penambahan populasi bekantan secara ex-situ,” ujarnya.
Wakil Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Alue Dohong, dalam Seminar Internasional Hari Bekantan 2022, menyebutkan, ancaman-ancaman terhadap bekantan perlu direduksi. Caranya dengan melakukan konservasi, proteksi, dan keberlanjutan lanskap bagi kehidupan bekantan sehingga populasinya tidak terancam punah.
Beberapa strategi yang harus dijalankan dalam upaya konservasi bekantan, antara lain, pendataan dan pemetaan sebaran habitat, pengelolaan habitat dan populasi, konservasi ex-situ, peningkatan kemampuan teknis pengelolaan, serta pengembangan kelembagaan dan pendanaan.
”Itu semua penting dilakukan lewat sistem kolaborasi. Sinergi kerja pentahelix sangat strategis dalam upaya konservasi bekantan,” katanya.