Pengaruhi Kesehatan Anak, Butuh Pendekatan Multisektor Atasi Permasalahan Air di Dunia
Sebagai tempat tinggal 60 persen populasi dunia, Asia Pasifik hanya memiliki 36 persen sumber daya air dunia. Masalah tersebut diperburuk oleh pencemaran air. Kondisi ini bisa perburuk kesehatan anak, seperti tengkes.
MANGGARAI BARAT, KOMPAS — Pengelolaan sumber daya air menentukan pembangunan ekonomi, sosial, dan kesehatan yang berkelanjutan. Namun, kesenjangan antara kebutuhan dan ketersediaan air perlu diatasi. Untuk itu, diperlukan pendekatan multisektor serta merangkul semua pemangku kepentingan.
Wakil Presiden Ma’ruf Amin mengingatkan perlunya pendekatan dan kebijakan multisektoral serta pengambilan keputusan kolektif dalam mengatasi permasalahan air di pidatonya sebelum membuka secara resmi The 2nd Asia International Water Week (AIWW) di Labuan Bajo, Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur, Senin (14/3/2022).
Kesenjangan antara kebutuhan dan ketersediaan air terjadi akibat pertumbuhan penduduk dan ekspansi ekonomi yang sangat cepat beberapa dekade terakhir. Penggunaan air di abad ke-21 meningkat lebih dari dua kali lipat dibandingkan dengan pertumbuhan penduduk. Karena itu, krisis air menjadi masalah serius di banyak wilayah di dunia.
”Sekitar dua pertiga dari jumlah populasi dunia mengalami kelangkaan air, paling tidak dalam satu bulan setiap tahun. Selain itu, lebih dari dua miliar orang hidup di negara yang persediaan airnya tidak mencukupi. Diperkirakan, pada 2025 setengah dari populasi dunia akan mengalami kelangkaan air dan tahun 2030 sekitar 700 juta orang dapat mengungsi karena kelangkaan air,” tutur Wapres.
Pembukaan acara AIWW yang kedua ini ditandai dengan pemutaran keran air oleh Wapres Amin. Acara ini akan berlangsung 14-16 Maret 2022 dengan tema ”Air yang Cukup dan Berkelanjutan untuk Semua”. Asia International Water Week adalah pertemuan tiga tahunan untuk berbagi solusi praktis dan terbaik terkait masalah air di Asia. AIWW yang pertama diselenggarakan pada 2017 di Korea Selatan. AIWW kedua ini diselenggarakan oleh Asia Water Council (AWC) bekerja sama dengan Pemerintah Indonesia.
Kesempatan ini dihadiri pula oleh Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto, Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita, Menteri Dalam Negeri Tito Karnavian, Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Tjahjo Kumolo, Wakil Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Wempi Wetipo, serta Wakil Gubernur Nusa Tenggara Timur Josef Nae Soi.
Lebih lanjut disampaikan Wapres Amin, sebagai tempat tinggal 60 persen populasi dunia, kawasan Asia Pasifik hanya memiliki 36 persen sumber daya air dunia. Karena itu, ketersediaan air perkapitanya terendah di dunia. Masalah tersebut diperburuk dengan tingkat pencemaran air yang tinggi, dengan lebih dari 80 persen air limbah yang dihasilkan di negara-negara berkembang di kawasan tidak diolah.
Masalah krusial lain, menurut Wapres, adalah pengambilan air tawar yang tidak berkelanjutan, melebihi setengah dari total ketersediaan air. Penelitian menunjukkan bahwa penggunaan air tanah akan meningkat 30 persen pada 2050.
Air bersih dan sanitasi juga menjadi perhatian Pemerintah Indonesia. Sebab, rendahnya akses terhadap infrastruktur dasar, seperti air bersih, sanitasi, dan listrik, sangat berkorelasi pada kesuksesan tiga program Pemerintah Indonesia, yaitu penghapusan kemiskinan ekstrem, pembangunan SDM unggul, dan, ketiga, penurunan angka tengkes atau stunting (kekerdilan akibat kekurangan gizi kronis).
Kenyataannya, lanjut Wapres, ketiadaan air bersih di suatu wilayah menandai kemiskinan dan ketimpangan. Di wilayah-wilayah miskin ekstrem, umumnya akses terhadap air bersih sangat rendah. Dari 35 kabupaten di Indonesia dengan kemiskinan ekstrem pada 2021, penduduk tidak memiliki akses air minum layak. Populasi yang tidak memiliki akses terhadap air bersih di wilayah-wilayah seperti ini 4,48-97,21 persen.
Baca Juga: Revitalisasi Rawa Pening Berpacu dengan Pertumbuhan Eceng Gondok
Terkait dengan tengkes
Akses terhadap air bersih serta sanitasi yang layak juga menjadi faktor kunci penentu kualitas kesehatan seseorang. Padahal, kesehatan prima dan pendidikan berkualitas adalah prasyarat utama menuju SDM unggul.
Pemerintah Indonesia juga berupaya menurunkan prevalensi tengkes. Ketiadaan sanitasi dan air bersih mengakibatkan bayi rentan terhadap berbagai penyakit, padahal 1.000 hari pertama kehidupan sangat menentukan kualitas fase-fase kehidupan berikutnya. Penyediaan air bersih menjadi salah satu intervensi yang dapat berkontribusi sebesar 70 persen terhadap pencegahan tengkes.
Selain terkait tiga permasalahan tersebut, meningkatnya kebutuhan air bersih juga berkaitan dengan pandemi Covid-19. Menurut studi terbaru Indonesia Water Institute, pada akhir 2020 konsumsi air bersih selama pandemi Covid-19 meningkat tiga kali lipat dibandingkan dengan sebelum pandemi. Total konsumsi air rumah tangga mencapai 900 hingga 1.400 liter per hari. Penelitian di beberapa negara juga menunjukkan tren serupa.
”Kebutuhan ketersediaan air bersih sebagai sarana untuk mendukung perilaku higienis menjadi tantangan tersendiri di tengah pandemi,” kata Wapres.
Untuk penyediaan air bersih yang cukup dan berkelanjutan bagi semua, Wapres Amin mengatakan, Pemerintah Indonesia berupaya mengelola pemanfaatan air secara berkelanjutan. Berbagai program antara lain membangun 61 bendungan selama periode 2015 hingga 2025 untuk mengoptimalkan pemanfaatan air, mengembangkan potensi air sebagai pembangkit listrik dan floating solar, serta membangun 1.000 bendungan kecil atau embung, serta fasilitas lainnya untuk mendukung irigasi yang akan menyokong ketahanan pangan.
Pengelolaan air secara berkelanjutan melalui manajemen sumber daya air terintegrasi juga didorong sembari meningkatkan akses terhadap air bersih bagi rumah tangga.
Tak hanya itu, Pemerintah Indonesia juga meminta semua yang hadir untuk mendukung Indonesia sebagai tuan rumah World Water Forum kesepuluh pada 2024.
Ketiadaan sanitasi dan air bersih mengakibatkan bayi rentan terhadap berbagai penyakit, padahal 1.000 hari pertama kehidupan sangat menentukan kualitas fase-fase kehidupan berikutnya.
Dalam keterangan kepada wartawan seusai pembukaan, Wapres Amin mengatakan Indonesia memiliki komitmen besar untuk mengatasi masalah air. Karena itu, Indonesia berharap bisa menjadi negara yang terus mendorong penyelesaian krisis air berkelanjutan untuk semua negara. Indonesia saat ini dalam tahap seleksi untuk menjadi tuan rumah World Water Forum 2024.
Dalam pidatonya, Sekretaris Jenderal ke-8 PBB Ban Ki-Moon mengajak semua pihak untuk bekerja sama, berbagi pengalaman, serta mencari solusi dalam mengatasi masalah air serta perubahan iklim dalam transformasi digital. ”Ini adalah momen penting bagi Indonesia untuk menunjukkan kepemimpinan di isu perubahan iklim dan air,” tuturnya.
Ban Ki-Moon mengingatkan, upaya yang biasa saja tak akan membuat tujuan pembangunan berkelanjutan (SDGs) tercapai dan air adalah titik tolak untuk mengatasi banyak masalah, seperti perubahan iklim, mitigasi bencana, dan menguatkan iklim masa depan. Maka, Ban Ki-Moon juga mengingatkan semua pihak untuk berbagi sumber daya dan teknologi supaya air bisa terus membawa manfaat.
President of Asia Water Council Park Jae-Hyeon mendorong semua pihak dari berbagai negara ikut ambil bagian mencari solusi masalah air. Menteri Lingkungan Korea Selatan Han Jeoung-ae dalam sambutannya menyampaikan komitmen pemerintahnya untuk berbagi pengalaman dan praktik-praktik terbaik.
Baca Juga: Maksimalkan Sumber Daya Air untuk Meningkatkan Daya Saing Bangsa
Menteri PUPR Basuki Hadimuljono dalam keterangannya menyampaikan, acara internasional ini sengaja diselenggarakan di Labuan Bajo sebagai bagian dari promosi pariwisata. ”Ini memang kita pilih tuan rumahnya di Labuan Bajo karena penataan yang dilakukan Kementerian PUPR sudah selesai semua, sekaligus kita ikut mempromosikan Labuan Bajo,” kata Basuki di Labuan Bajo, Minggu (13/3/2022).
Labuan Bajo telah ditetapkan sebagai bagian dari lima destinasi pariwisata superprioritas (DPSP) di Indonesia. Penataan yang dilakukan Kementerian PUPR diharapkan dapat meningkatkan produktivitas sektor pariwisata sehingga dapat mendatangkan devisa, membuka lapangan kerja, dan meningkatkan pertumbuhan ekonomi lokal.
Menteri Basuki juga berpesan agar infrastruktur yang telah dibangun dijaga dengan baik kebersihannya. ”Jaga kebersihan, itu yang utama. Harapan saya apa yang sudah kita bangun dirawat, masyarakat juga harus bisa merawat kebersihannya. Ini kota kecil, kalau bersih menjadi small is beautiful,” tutur Menteri Basuki.