Kenaikan kasus Covid-19 yang kian tajam memaksa Pemerintah Kota Surabaya, Jawa Timur, menerapkan blokade area dan tes usap PCR secara massal di setiap RT dengan dua warga terjangkit untuk menekan penularan meluas.
Oleh
AMBROSIUS HARTO MANUMOYOSO
·3 menit baca
SURABAYA, KOMPAS — Satuan Tugas Penanganan Covid-19 Surabaya, Jawa Timur, segera memberlakukan blokade area untuk rukun tetangga atau RT dengan dua warga terjangkit Covid-19 (Coronavirus disease 2019). Penutupan bertujuan menekan penularan meluas sehingga berpotensi memperburuk situasi pandemi Covid-19.
Demikian ditegaskan oleh Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi selaku Ketua Satgas Covid-19 Surabaya, Selasa (1/2/2022). ”Telah diinstruksikan kepada aparatur kelurahan dan kecamatan agar blocking area jika ditemukan dua kasus positif Covid-19 di suatu RT dan seluruh warga tes usap PCR,” katanya.
Eri mengatakan, blokade area terpaksa ditempuh karena kenaikan kasus sepekan terakhir yang luar biasa. Kenaikan kasus yang tidak terkendali berpotensi mengganggu layanan kesehatan, seperti situasi pandemi pada Juni-Juli 2021 akibat serangan varian Delta. Ketika itu, dalam sehari, di Surabaya terjadi penambahan kasus tembus 1.000 orang dengan kematian bisa melebihi 100 orang. Layanan kesehatan penuh sehingga ada kalangan warga yang tidak terjangkau penanganan.
Telah diinstruksikan kepada aparatur kelurahan dan kecamatan agar blocking area jika ditemukan dua kasus positif Covid-19 di suatu RT dan seluruh warga tes usap PCR.
Kecemasan terhadap kasus yang melejit cukup beralasan jika dikaitkan dengan statistik pada laman resmi https://infocovid19.jatimprov.go.id/. Sepekan terakhir, berturut-turut ada penambahan 74 kasus (56 kasus sembuh), 99 kasus (66 kasus sembuh), 99 kasus (69 kasus sembuh), 115 kasus (80 kasus sembuh), 171 kasus (100 kasus sembuh), 128 kasus (109 kasus sembuh), dan 330 kasus (166 kasus sembuh). Sampai dengan Selasa petang, tercatat 445 kasus aktif atau bertambah 164 kasus aktif dari kemarin. Kasus aktif menandakan jumlah warga ibu kota Jatim tersebut yang isolasi terpadu atau dirawat karena terjangkit Covid-19.
Penambahan 330 kasus baru dalam sehari amat luar biasa. Dua pekan pertama di awal 2022, kasus harian bertambah di bawah 10 kasus. Peningkatan kasus amat tajam jika tidak dikendalikan dan diantisipasi berpeluang menimbulkan masalah seperti perburukan pada Juni-Juli 2021 itu. Di sisi lain, peningkatan harian yang amat tinggi berkolerasi dengan gencarnya aparatur terpadu menempuh penelusuran dan pengetesan terhadap kalangan warga yang dicurigai terjangkit, misalnya karena bepergian dari daerah berisiko atau terkena hukuman penegakan protokol kesehatan.
Eri mengingatkan, saat ini Surabaya masih dalam level 1 pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM). Level 1 berkonsekuensi Surabaya diperkenankan melonggarkan pengetatan mobilitas masyarakat dalam seluruh sektor. Namun, kenaikan kasus yang tinggi dan bertahan kurun waktu tertentu berpotensi membuat situasi pandemi di Surabaya dianggap memburuk. Jika anggapan itu ditegaskan dalam kebijakan berupa kenaikan ke level 2 atau level 3 sehingga pembatasan sosial akan lebih ketat.
Untuk itu, sebelum situasi pandemi memburuk, lanjut Eri, pola-pola pembatasan skala mikro terpaksa dilakukan. Blokade area dan tes usap massal menjadi pilihan dengan harapan memutus penularan Covid-19. ”Jika level PPKM naik bisa membuat roda ekonomi yang berangsur membaik kembali berhenti dan memburuk sehingga situasi ini harus dipahami oleh seluruh masyarakat agar tetap disiplin menjalankan protokol kesehatan,” katanya.
Pengurus RT/RW dan para kader terpadu yang terlibat dalam Kampung Tangguh Semeru Wani Jogo Suroboyo diharapkan kembali giat dalam pengawasan mobilitas, pengecekan situasi kesehatan warga, pembatasan aktivitas, penanganan kesehatan, dan antisipasi. Jika lebih dari 3.000 kampung tangguh tidak berjalan optimal, kata Eri, pengendalian Covid-19 akan kembali sulit sehingga berpeluang kembali diambil kebijakan pembatasan.
Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga, Surabaya, Santi Martini mengatakan, situasi Covid-19 melandai kurun Agustus-Desember 2021. Mulai pertengahan Januari 2022 ada peningkatan yang cenderung menanjak atau signifikan.
Situasi itu sesuai prediksi kalangan epidemiolog bahwa varian Omicron yang amat menular dapat membuat perburukan situasi pandemi dengan memicu kenaikan kasus yang tajam.
”Kewaspadaan harus lebih ditingkatkan demikian pula disiplin protokol kesehatan,” kata Santi. Masyarakat luas diingatkan bahwa Covid-19 adalah penyakit menular sehingga antisipasi atau pencegahan perlu lebih diutamakan. Berbagai kebijakan, antara lain, penguatan kampung tangguh, gencarnya penelusuran dan pengetesan, penegakan protokol kesehatan, pembatasan sosial, dan percepatan vaksinasi harus berjalan simultan.
Epidemiolog Unair, Windhu Purnomo, menambahkan, sejauh ini, kasus Omicron belum memicu fatalitas atau kematian yang tinggi, seperti Delta. Namun, penularannya lebih cepat daripada Delta yang disebut menular 7-10 kali daripada SARS-CoV-2 penyebab Covid-19. ”Dampak kesehatannya sejauh ini ringan, tetapi daya penularannya begitu cepat sehingga jangan sampai membuat kewaspadaan mengendur,” ujarnya.
Dampak kesehatan Omicron sebagai salah satu varian Covid-19 belum memicu fatalitas tinggi erat kaitannya dengan perluasan vaksinasi yang telah diterima warga Surabaya. Vaksinasi memang tidak menjamin seseorang kebal dari Covid-19, tetapi membantu meningkatkan peluang kesembuhan ketika terserang atau terinfeksi kembali. ”Untuk menekan penularan harus dengan penegakan protokol kesehatan di seluruh lini kehidupan dan dilaksanakan oleh segenap masyarakat,” kata Windhu.