Di usia 81 tahun, Kebun Raya Purwodadi, Pasuruan, Jawa Timur, diharapkan mampu menjaga marwah sebagai lembaga konservasi, penelitian, pendidikan lingkungan, jasa lingkungan, dan wisata untuk pemuliaan keragaman tumbuhan.
Oleh
AMBROSIUS HARTO MANUMOYOSO,DEFRI WERDIONO
·4 menit baca
PASURUAN, KOMPAS — Menginjak usia 81 tahun, Kebun Raya Purwodadi, Kabupaten Pasuruan, Jawa Timur, berupaya terus memperkuat riset dan konservasi. Dalam kewenangan saat ini di bawah Badan Riset dan Inovasi Nasional, Kebun Raya Purwodadi tetap fokus pada pemuliaan, pelestarian, dan pemanfaatan tanaman dataran rendah kering.
”Seiring waktu, koleksi tanaman bertambah,” kata Pelaksana Tugas Kepala Kantor Kebun Raya Purwodadi (KRP) Sugeng Budiharta di sela-sela puncak Festival Ke-81 Kebun Raya Purwodadi, Minggu (30/1/2022). Salah satu acara dalam peringatan ulang tahun itu ialah peluncuran kembali menara pandang, rumah kaca, dan area bermain anak yang merupakan hasil revitalisasi atas kerja sama KRP dengan Bank Rakyat Indonesia dan Bank Mandiri.
Di kawasan seluas 85 hektar di tepi Jalan Raya Surabaya-Malang Kilometer 65, Purwodadi, Pasuruan, ada koleksi tumbuhan yang terdiri dari 191 suku, 933 marga, 5.981 nomor koleksi, dan 10.857 spesimen. Kekayaan ini, lanjut Sugeng, akan tetap dioptimalkan dalam hal konservasi tanaman dataran rendah kering dari seluruh penjuru Nusantara, pemuliaan jenis tumbuhan yang terancam punah, dan pemanfaatannya.
Menurut Sugeng, beberapa jenis tanaman koleksi berfungsi vital bagi kehidupan manusia. Misalnya, pelestarian sumber air, rehabilitasi lahan kritis, penyerap karbon, dan ragam fungsi lain, termasuk pangan dari buah dan ranting, daun, dan akar untuk obat. ”Salah satunya, kami mengoleksi jenis bopea sangal/jempina dari mata air di Purwosari (tidak jauh dari KRP) untuk pelestarian di masa depan. Sejumlah spesimen diselamatkan dari habitat asli untuk penggunaan di masa depan di mana usia tumbuhan bisa beratus-ratus tahun,” katanya.
Sugeng mencontohkan, warga dunia saat ini menghadapi ancaman nyata pemanasan global. Secara praktis, bumi memerlukan pemulihan di mana manusia harus mempertahankan hutan dan memulihkan kawasan yang rusak. Pemulihan suatu kawasan juga merupakan bagian amat penting dalam mitigasi atau pencegahan bencana, terutama hidrometeorologi berupa tanah longsor, banjir, banjir bandang, dan tanah gerak.
”Untuk penyerapan karbon, tumbuhan yang bagus itu beringin. Tanaman yang multifungsi, memberi buah dan bisa untuk konservasi, seperti pohon durian dan nangka,” kata Sugeng.
Pertumbuhan populasi manusia dan pembangunan akan selalu membutuhkan lahan sehingga kian meminggirkan pelestarian keragaman hayati, termasuk tumbuhan. Beberapa jenis tumbuhan kian langka dan sulit lagi dikenali oleh generasi sekarang, lanjut Sugeng, karena deforestasi, kerusakan habitat alami, dan eksploitasi berlebihan dari lokasi alam, seperti anggrek yang sulit diperbanyak.
Sugeng mengiyakan pernyataan wartawan tentang mulai mundurnya ingatan kolektif masyarakat terhadap tanaman tertentu. Misalnya, Kecamatan Trawas di Kabupaten Mojokerto diambil dari nama pohon trawas yang kini amat sulit ditemukan lagi di tempat tersebut.
Sugeng melanjutkan, fokus KRP berbeda dengan kawasan serupa, seperti Kebun Raya Cibodas untuk tanaman dataran tinggi basah, Kebun Raya Bali untuk tanaman dataran tinggi kering, dan Kebun Raya Bogor untuk tanaman dataran rendah basah. ”Ada lima fungsi kebun raya, yakni konservasi, penelitian, pendidikan lingkungan, wisata, dan jasa lingkungan. Untuk fungsi wisata, kami bekerja sama dengan pihak ketiga,” ujarnya.
Untuk kepentingan wisata konservasi tumbuhan dan pendidikan lingkungan, KRP bekerja sama dengan perbankan, yakni BRI dan Mandiri, serta PT Mitra Natura Raya. Tujuannya, masyarakat mendapatkan pengetahuan yang bermanfaat tentang pentingnya pemuliaan tumbuhan dataran rendah kering bagi kehidupan.
Pelaksana Tugas General Manager PT Mitra Natura Raya KRP Galendra Jaya mengatakan, kemitraan dengan perbankan dalam konservasi dan penelitian antara lain informasi tentang tumbuhan anggrek, agave, bambu, paku, polong-polongan, dan tanaman obat. Sebanyak 500 informasi plant tag tumbuhan diperbarui menggunakan sistem pemindaian kode batang QR barcode yang terkoneksi dengan situs KRP. Pengunjung bisa mendapatkan informasi nama tanaman, jenis, famili, hingga manfaatnya. ”Akan dikembangkan ke seluruh jenis tanaman koleksi,” ujarnya.
Galendra menjelaskan, revitalisasi rumah kaca, menara pandang, air mancur, dan taman bermain diharapkan dapat lebih menarik minat pengunjung. Di masa pandemi Covid-19 sejak Maret 2020, kunjungan ke KRP diakui anjlok sampai 75 persen. Sebelum pandemi, terutama pada Tahun Baru 1 Januari 2020, KRP dikunjungi sekitar 2.000 orang.
”Kawasan ini bisa menampung sampai 20.000 orang berdasarkan luas sekaligus bisa diterapkan protokol kesehatan, yakni jaga jarak minimal 1 meter,” katanya.
Sejak Mei 2021, pengunjung dikenai tarif masuk Rp 15.500 per orang pada hari kerja. Untuk akhir pekan, tarifnya menjadi Rp 25.500 per orang. Tarif itu di luar biaya parkir kendaraan bermotor yang dilarang masuk kawasan sebab pengelola menyediakan persewaan sepeda dan jasa bus keliling. Kendaraan diperkenankan masuk hanya untuk antar-jemput pengunjung disabilitas atau amat kesulitan berjalan.