Integrasi Pendidikan Vokasi dan Dunia Kerja Dipererat
Pendidikan vokasi terus dipastikan untuk menjalin kolaborasi yang erat dengan dunia usaha dan industri. Kebutuhan sumber daya manusia dan inovasi yang dibutuhkan dunia kerja dapat disiapkan lewat pendidikan vokasi.
Oleh
ESTER LINCE NAPITUPULU
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Integrasi antara pendidikan vokasi dan dunia kerja diperlukan untuk dapat mengembangkan program-program yang dapat meningkatkan mutu lulusan pendidikan vokasi. Integrasi tersebut sekaligus untuk menghasilkan inovasi atau hal-hal yang baru.
”Pendidikan vokasi jangan menciptakan seorang tukang, tetapi ciptakan calon pemimpin, calon entrepreneur (wirausaha), dan calon inovator yang bisa melakukan pekerjaan teknis, memiliki inovasi, serta mempunyai soft skills (keterampilan nonteknis),” kata Direktur Jenderal Pendidikan Vokasi, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi, Wikan Sakarinto, di Jakarta, Jumat (28/1/2022).
Keeratan pendidikan vokasi dan dunia kerja salah satunya diwujudkan Politeknik Negeri Ujung Pandang (PNUP) yang bermitra dengan PT Pembangkit Jawa Bali (PJB) untuk mengembangkan energi terbarukan. Penandatanganan nota kesepahaman (memorandum of understanding/MOU) dilakukan di Kampus I PNUP pada Kamis (27/1/2022). Rombongan PT PJB kemudian melanjutkan kunjungan ke laboratorium konversi energi dan laboratorium listrik Kampus 2 PNUP, di Moncongloe Maros.
Pendidikan vokasi jangan menciptakan seorang tukang, tetapi ciptakan calon pemimpin, calon entrepreneur (wirausaha), dan calon inovator yang bisa melakukan pekerjaan teknis, memiliki inovasi, serta mempunyai soft skills (keterampilan nonteknis).
Kerja sama itu dinilai relevan dengan nawacita pemerintah bahwa pendidikan vokasi menjadi ujung tombak industri di Indonesia. “Sesuai visi penguatan pendidikan vokasi, kerja sama ini bertujuan agar integrasi pendidikan vokasi dan dunia kerja makin erat melalui sinkronisasi dalam mengembangkan program untuk meningkatkan mutu lulusan pendidikan vokasi serta menciptakan hal-hal baru,” ucap Wikan.
Direktur Sumber Daya Manusia dan Administrasi PT PJB Karyawan Aji mengatakan, kerja sama dengan PNUP selaku perguruan tinggi vokasi juga amat relevan dengan perkembangan energi terbarukan. ”Target PJB tahun 2025 adalah sekitar 25 persen menggunakan energi terbarukan. Jadi, untuk kawasan Sulawesi, kami membutuhkan spesifikasi tenaga desain, operator yang semuanya harus memiliki sertifikasi, tuturnya.
Untuk itu, kerja sama dengan PNUP sangat mendukung dalam memecahkan solusi tentang pengembangan sumber daya manusia (SDM) melalui inovasi yang dilakukan PT PJB. Salah satu indikator pencapaian PT PJB yang terbaik di badan usaha milik negara (BUMN) saat ini yakni pencapaian automatic vibration monitor calibrator (Avator) sebagai karya Indonesia paling prospektif.
Aji menjelaskan, Avator merupakan penguji getaran dengan biaya rendah di pembangkit listrik. Alat ini berfungsi menguji alat pemantauangetaran yang merupakan jantung peralatan pada proteksi mesin pembangkit, baik pembangkit listrik tenaga gas, pembangkit listrik tenaga uap, pembangkit listrik tenaga gas dan uap, ataupun pembangkit listrik tenaga air.
Kerja sama politeknik dan PT PJB di PNUP tersebut untuk memberikan motivasi pada level pendidikan vokasi agar lulusan dapat mengisi pekerjaan pada tahap operator, transmisi, dan tenaga desain. ”Ke depan, kami membutuhkan luaran vokasi untuk mengisi jabatan atau lowongan di perusahaan kami,” terang Aji.
Sementara itu, Direktur PNUP Muhammad Anshar mengatakan, kerja sama energi terbarukan dengan PT PJB sangat cocok dengan pencapaian pihaknya dalam mendukung program studi magister terapan energi terbarukan. ”Kami mengapresiasi PT PJB memilih bekerja sama dengan PNUP untuk dapat menghasilkan inovasi di energi terbarukan,” ujarnya.
Potensi daerah
Wikan menjelaskan, pendidikan vokasi politeknik dan SMK di daerah seharusnya dikembangkan untuk mendukung potensi daerah. Kehadiran Politeknik Negeri Tanah Laut (Politala) di Kabupaten Tanah Laut, Kalimantan Selatan, sejak 2009 tak lepas dari potensi Kabupaten Tanah Laut di bidang pariwisata dan pertanian. Politala juga berkolaborasi dengan SMK dan seluruh perguruan tinggi di Kalsel guna menciptakan SDM yang kompeten, yakni kemampuan nonteknis (soft skills), karakter, dan kemampuan teknis (hard skills).
Pengembangan Politala mendapat dukungan Kemendikbudristek dan pemerintah untuk pemenuhan infrastruktur. Pekan ini dua gedung baru Politala, yakni gedung kuliah teknik informatika yang diberi nama Nadiem Anwar Makarim dan gedung kuliah terpadu yang bernama Syekh Muhammad Arsyad al Banjari (tokoh ulama asal Kalsel), diresmikan.
Wikan menjelaskan, proses pembelajaran di Politala harus berdasarkan proyek, yakni mahasiswa belajar sambil mengerjakan proyek nyata, termasuk pola pikir para dosennya. Politala yang sudah banyak menjalin kerja sama dengan dunia usaha, industri, dan dunia kerja diminta untuk membuat kurikulum bersama dan mengajar bersama.
Direktur Politala Mufrida Zein menyampaikan, politeknik ini akan menyiapkan program studi baru D-4/sarjana terapan perpajakan dan D-4 alat berat yang bersinergi dengan jurusan mesin otomotif yang ada.
Sekretaris Daerah Kabupaten Tanah Laut Dahnial Kifli menambahkan, Politala memiliki lokasi sangat strategis, yakni berada di tengah-tengah Provinsi Kalsel. Para mahasiswa juga banyak yang berasal dari luar Tanah Laut.
Dahnial mengungkapkan, pemda turut mendukung kemajuan Politala dengan menghibahkan lahan pertama 10 hektar, lalu lahan kedua 8 hektar, yang sudah bersertifikat dalam rangka mendukung prasarana. ”Nantinya, juga diperuntukkan untuk membangun gedung lagi ataupun praktik para mahasiswa, khususnya mahasiswa jurusan pertanian sebagai lahan percontohan ataupun penelitian,” kata Dahnial.