Gempa Bermagnitudo 4,6 di Lombok Dirasakan hingga Bali
Gempa bermagnitudo 4,6 yang mengguncang Lombok turut dirasakan hingga Bali. Tidak ada kerusakan atau korban jiwa akibat kejadian tersebut.
Oleh
ISMAIL ZAKARIA
·2 menit baca
MATARAM, KOMPAS — Gempa tektonik bermagnitudo 4,6 mengguncang Pulau Lombok, Nusa Tenggara Barat, dan Bali, Selasa (25/1/2022). Guncangan gempa sempat membuat panik warga. Meski demikian, hingga saat ini belum ada laporan dampak kerusakan maupun korban jiwa.
Pelaksana Harian Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Stasiun Geofisika Mataram Eka Sri Sulistianingsih, Selasa pagi, mengatakan, gempa terjadi sekitar pukul 05.14 Wita.
Hasil analisis BMKG menunjukkan bahwa episentrum terletak pada koordinat 8,78 derajat Lintang Selatan dan 116,14 derajat Bujur Timur. Tepatnya di darat pada jarak 10 kilometer tenggara Lombok Barat pada kedalaman 10 kilometer.
Eka menambahkan, jika melihat lokasi episentrum (titik pusat gempa bumi di atas permukaan bumi) episentrum dan kedalaman hiposentrumnya (titik gempa di bawah permukaan bumi), gempa bumi tersebut adalah jenis gempa bumi dangkal akibat aktivitas sesar aktif di darat. Hasil analisis mekanisme sumber menunjukkan bahwa gempa bumi memiliki mekanisme geser.
Menurut Eka, dampak gempa bumi berdasarkan laporan masyarakat berupa guncangan yang dirasakan sejumlah wilayah seperti di Lombok hingga Bali. Di Mataram dan Lombok Barat, kekuatan gempa berada pada skala IV MMI atau Modified Mercalli Intensity (satuan untuk mengukur kekuatan gempa bumi).
Dalam skala itu, guncangan dirasakan oleh banyak orang yang berada di dalam rumah, di luar oleh beberapa orang, serta perabotan rumah seperti gerabah pecah, jendela atau pintu berderik, dan dinding berbunyi.
Sementara itu, guncangan dengan skala III MMI dirasakan di Lombok Tengah, Lombok Timur, dan Lombok Utara, serta sejumlah daerah di Bali, seperti Denpasar, Badung, Karangasem, Padangbai, dan Gianyar.
”Pada skala ini, getaran dirasakan nyata dalam rumah. Terasa seperti seakan-akan ada truk lewat,” kata Eka.
Memicu kepanikan
Hingga saat ini belum ada laporan dampak signifikan baik kerusakan maupun korban jiwa akibat gempa yang tidak berpotensi tsunami tersebut. Namun, guncangan gempa sempat memicu kepanikan warga.
”Saya baru selesai shalat Subuh ketika terasa guncangan yang besar sekali. Kaca rumah sampai bergetar. Rasanya lemas, tetapi tetap lari keluar sambil menggendong anak,” kata Dewi Ekawati (43), warga Mataram.
Meski tidak sekeras gempa 2018, guncangan gempa, menurut Oktamasna (30), warga Mataram lain, juga bikin kaget warga. ”Tidak hanya saya dan keluarga, tetangga juga sampai keluar kamar dan berkumpul di halaman rumah masing-masing,” kata Oktamasna.
Pantauan Kompas, hingga pukul 10.00 Wita aktivitas warga Kota Mataram berlangsung normal, baik perekonomian, pemerintahan, maupun pendidikan.
BMKG mengimbau warga untuk tetap tenang dan tidak terpengaruh oleh isu-isu yang tidak dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya. Masyarakat juga diimbau untuk mengecek kondisi bangunan tempat tinggalnya apakah cukup tahan gempa atau tidak.