Cegah Penyakit, Ibu Hamil Dianjurkan Kurangi Kontak dengan Kucing
Untuk menghindari infeksi toksoplasmosis pada bayi, ibu hamil dianjurkan mengurangi kontak dengan kucing. Selain itu, kebersihan kucing juga harus diperhatikan agar fesesnya tidak menjadi media penularan penyakit ini.
Oleh
TATANG MULYANA SINAGA
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS – Gejala toksoplasmosis pada kucing sebagai inang definitif dari penyakit ini tidak menimbulkan gejala khas sehingga sulit dikenali. Oleh sebab itu, ibu hamil dianjurkan mengurangi kontak dengan kucing untuk mengurangi risiko penularan pada bayi yang dikandungnya.
Guru Besar Fakultas Kedokteran Hewan (FKH) Universitas Gadjah Mada (UGM) Sri Hartati mengatakan, toksoplasmosis yang disebabkan oleh parasit Toksoplasma gondii dapat berdampak pada kesehatan kandungan. Penularannya melalui plasenta dari ibu hamil yang terpapar penyakit tersebut.
Infeksi toksoplasmosis dapat menyebabkan hidrosefalus dan mikrosefalus pada bayi. ”Sebaiknya ibu hamil mengurangi kontak dengan kucing untuk menghindari risiko penularan toksoplasmosis,” ujarnya dalam seminar daring ”Toksoplasmosis pada Hewan” yang digelar Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKH UGM, Sabtu (22/1/2022).
Kucing yang mengonsusmi daging mentah, seperti tikus dan burung, berisiko terinfeksi toksoplasmosis. Penyakit ini dapat menular ke hewan lain dan manusia, salah satunya melalui feses kucing.
”Kalau (Toksoplasma gondii) menempel pada sayuran, juga bisa menjadi sumber penularan ke manusia. Di samping itu, dari konsumsi daging ternak yang tidak dimasak dengan baik,” ucapnya.
Menurut Hartati, kucing yang tertular toksoplasmosis tak mempunyai ciri tertentu. Oleh sebab itu, diagnosis pada gejala klinis masih sulit dilakukan.
Masyarakat tidak perlu takut berlebihan terhadap penyakit itu. Sejumlah langkah pencegahan yang dapat dilakukan antara lain memberi pakan yang sudah dimasak kepada kucing, rutin membersihkan kotoran kucing, dan membatasi populasinya dengan sterilisasi.
”Akan tetapi, jika ingin membersihkan liter (kandang) kucing, harus menggunakan sarung tangan. Hal ini pun tidak harus dilakukan oleh ibu hamil,” ujarnya.
Hartati menuturkan, masyarakat perlu diedukasi untuk menghindari penularan toksoplasmosis. Salah satunya dapat dilakukan oleh dokter hewan dalam menginformasikan langkah pencegahannya.
”Kalau ragu-ragu, ibu hamil bisa ke dokter untuk melakukan tes. Jika sebelum hamil hasil tesnya negatif, perlu tetap dipantau. Jangan sampai selama masa kehamilan terkena toksoplasmosis,” ucapnya.
Seroprevalensi toksoplasmosis pada kucing dan manusia di seluruh dunia sangat bervariasi dengan rata-rata 30-40 persen. Namun, di beberapa negara, seperti Perancis, Italia, Austria, dan Kosta Rika, prevalensinya di atas 60 persen.
”Di Indonesia, data prevalensi toksoplasmosis secara nasional belum ada yang akurat. Penelitian biasanya hanya bersifat lokal. Jadi, belum bisa diambil kesimpulan menunjukkan data secara nasional,” tuturnya.
Ketua Umum Perhimpunan Dokter Hewan Indonesia (PDHI) Muhammad Munawaroh mengatakan, untuk mencegah infeksi pada manusia, daging yang akan dikonsumsi harus dimasak dengan matang agar sista toksoplasmadi dalam daging mati. Tempat makan, minum, dan alas tidur kucing pun perlu dibersihkan setiap hari agar tidak menjadi media penularan.
”Pasir di kotak dibuang ke kakus agar tidak menyebar. Kemudian, hindari kucing kontak dengan hewan mamalia liar, seperti tikus, bajing, dan musang,” ujarnya.
Munawaroh menyarankan perempuan yang mengandung tidak memelihara dan merawat kucing. Sementara saat memotong daging, masyarakat diminta menghindari menyentuh mata, mulut, dan hidung.