Polda Sumut Selidiki Dugaan Vaksinasi Suntikan Kosong Anak SD di Medan
Polda Sumut menyelidiki dugaan vaksinasi Covid-19 dengan suntikan kosong kepada anak di sebuah SD di Medan. Dokter dan perawat yang melakukan vaksinasi diperiksa polisi. Penyelidikan dilakukan setelah video viral.
Oleh
NIKSON SINAGA
·3 menit baca
MEDAN, KOMPAS - Kepolisian Daerah Sumatera Utara menyelidiki dugaan vaksinasi Covid-19 dengan suntikan kosong kepada anak 6-11 tahun di salah satu sekolah dasar di Medan, Sumatera Utara. Dokter dan perawat yang melakukan vaksinasi diperiksa polisi. Penyelidikan dilakukan setelah beredarnya video vaksinator diduga memberikan suntikan kosong kepada siswa.
”Pengakuan dari dokter dan perawat, mereka menyuntikkan vaksin Covid-19 sesuai prosedur dengan dosis 0,5 mililiter. Meski demikian, kami tetap melakukan penyelidikan dengan melibatkan ahli,” ujar Direktur Kriminal Umum Kepolisian Daerah Sumatera Utara Komisaris Besar Tatan Dirsan Atmaja di Medan, Jumat (21/1/2022).
Dari hasil penyelidikan polisi, kata Tatan, video itu direkam di salah satu SD swasta di Kecamatan Medan Marelan, Senin (17/1/2022). Video itu menunjukkan dokter berinisial TGA mengeluarkan spuit suntik dari kemasannya dan diduga langsung menyuntik seorang anak perempuan tanpa mengisi dengan vaksin Covid-19. Video direkam orangtua yang mendampinginya.
Tatan mengatakan, orangtuanya curiga karena anaknya tidak mengalami gejala sama sekali setelah vaksinasi. Padahal, anaknya yang lain yang sudah menjalani vaksinasi mengalami gejala setelah divaksin.
Ia pun menonton kembali video yang ia rekam sebelumnya. Berdasarkan video itu, ia curiga anaknya hanya mendapat suntikan kosong. Video itu selanjutnya dibagikan ke keluarga, lalu beredar di media sosial dan menjadi viral.
Petugas berkostum boneka Boboiboy menghibur anak-anak yang menjalani vaksinasi Covid-19 di SDIT Al-Falah, Kota Cirebon, Jawa Barat, Rabu (19/1/2022). Kehadiran kostum tersebut untuk menghilangkan rasa takut anak disuntik vaksin.
Terlalu pendek
Tatan menyebutkan, dalam vaksinasi itu, dokter TGA bertugas menyuntikkan vaksin. Sementara perawat berinisial W bertugas mengisi vaksin ke alat suntik. Dari video yang beredar, lanjut Tatan, tarikan alat suntik tersebut tampak terlalu pendek dibandingkan tarikan suntik yang seharusnya berisi vaksin.
Meski demikian, polisi belum bisa menyimpulkan kasus tersebut. Polisi pun masih memeriksa sejumlah saksi dari vaksinator, pihak sekolah, dan saksi ahli dari Ikatan Dokter Indonesia. Petugas juga menyita bukti seperti bekas alat suntik dan limbah vaksin lain di SD swasta tersebut. Pemeriksaan darah juga akan dilakukan untuk melihat apakah anak tersebut mendapat vaksinasi atau tidak.
Pengakuan dari dokter dan perawat, mereka menyuntikkan vaksin Covid-19 sesuai prosedur dengan dosis 0,5 mililiter. Meski demikian, kami tetap melakukan penyelidikan dengan melibatkan ahli. (Tatan Dirsan Atmaja)
Kepala Dinas Kesehatan Kota Medan Taufik Ririansyah mengatakan, pihaknya juga melakukan koordinasi dengan kepolisian dalam menyelidiki dugaan vaksinasi suntikan kosong tersebut. Pada hari vaksinasi itu, SD swasta itu seharusnya melakukan vaksinasi terhadap 500 anak. Dengan satu vial berisi 10 dosis, vaksinasi di sekolah itu menyiapkan 50 vial.
”Namun, ada sisa vaksin lima vial atau 50 dosis lagi. Namun, belum diketahui kejelasannya apakah vaksin itu berlebih karena masih ada anak yang belum divaksin atau karena hal lain,” ucap Taufik.
Ia menambahakan, pihaknya juga akan memastikan apakah ada dugaan vaksinasi suntikan kosong terhadap siswa lain.
Ketua Ikatan Dokter Indonesia Kota Medan Wijaya mengatakan, pihaknya akan melakukan pembinaan terhadap dokter yang melakukan vaksinasi itu jika memang terbukti melakukan vaksinasi suntikan kosong. ”Sebagai organisasi profesi kedokteran, kami akan melakukan pembinaan secara internal,” ujarnya.
Wijaya mengatakan, suntikan kosong itu tidak berbahaya atau tidak memberikan efek samping terhadap anak. Namun, kekebalan yang seharusnya didapat dari vaksinasi Covid-19 menjadi tidak didapatkan karena suntikannya kosong.