Antisipasi Penularan, Surabaya Masih Terapkan Persekolahan Dua Sif
Persekolahan di Surabaya, Jawa Timur, masih berlangsung dengan dua sesi untuk menekan potensi penularan Covid-19. Persekolahan normal belum memungkinkan karena keterbatasan prasarana untuk penerapan protokol.
Oleh
AMBROSIUS HARTO MANUMOYOSO
·3 menit baca
”Kalau satu sif atau seperti saat normal, protokol menjadi tidak bisa dilaksanakan sehingga berisiko,” ujar Kepala Dinas Pendidikan Surabaya Yusuf Masruh, Selasa (18/1/2022). Persekolahan dua sesi memungkinkan sekolah dan seluruh sivitas menerapkan jaga jarak untuk menekan potensi penularan Covid-19. Di sisi lain, waktu belajar mengajar di sekolah memang berkurang separuhnya, tetapi bisa dilanjutkan secara dalam jaringan (online) dari rumah.
Yusuf mengatakan, pembelajaran tatap muka (PTM) dua sesi lebih menjamin keamanan kesehatan siswa usia dini, dasar, dan menengah pertama serta sederajat. Prasarana dan sarana yang dimiliki oleh kebanyakan sekolah tidak memadai untuk PTM sekaligus seperti saat normal. Jumlah pelajar dalam satu kelas rata-rata 36 orang sehingga tidak bisa diterapkan jaga jarak minimal 1-2 meter antarpelajar selama persekolahan.
”Pilihannya tetap dengan dua sif, penerapan protokol, dan mengadakan tes usap secara acak, tetapi rutin bersama dinas kesehatan untuk mendeteksi kasus-kasus potensial Covid-19, kata Yusuf.
Di Surabaya, persekolahan penuh diikuti 661 sekolah dasar yang terbagi menjadi 285 SD negeri dan 376 SD swasta. Selain itu, ada 331 SMP yang terdiri atas 62 SMP negeri dan 268 SMP swasta.
Secara terpisah, Wakil Sekretaris Satuan Tugas Penanganan Covid-19 Surabaya Ridwan Mubarun mengatakan, pengawasan penerapan protokol dalam PTM penuh amat penting untuk menekan risiko penularan. Sepekan persekolahan, ada sejumlah catatan yang perlu diperbaiki oleh sekolah dan pelaksana PTM penuh.
Pilihannya tetap dengan dua sif, penerapan protokol, dan mengadakan tes usap secara acak, tetapi rutin bersama dinas kesehatan untuk mendeteksi kasus-kasus potensial Covid-19. (Yusuf Masruh)
Di sejumlah sekolah sempat terjadi kerumunan orang karena durasi antarsesi terlalu pendek. Waktu pulang pelajar sif pertama berdekatan dengan kedatangan pelajar sif kedua. Situasi itu berangsur-angsur diatasi oleh sekolah dengan memperpanjang jeda antarsif dari 30 menit menjadi 60 menit.
Kurang patuh
”Kami juga melihat serta mendapat laporan masih ada pelajar yang kurang patuh protokol, terutama dalam penggunaan masker selama persekolahan,” kata Ridwan. Mungkin karena tidak nyaman bermasker, sebagian murid memakai di bawah dagu sehingga sama sekali tidak bermanfaat untuk pencegahan penularan Covid-19. Peran guru, pengawas, dan satgas sekolah tangguh amat penting agar protokol bisa diterapkan dengan disiplin.
Satgas juga mendapati ada sejumlah sekolah, terutama swasta, yang belum memiliki gugus tugas internal. Padahal, gugus tugas berperan penting dalam mengatur aktivitas sivitas selama di sekolah dengan penerapan protokol yang baik. Gugus tugas berisi gabungan guru, tenaga pendidikan, dan pelajar terpilih.
Sementara itu, Kepala Dinas Pendidikan Jatim Wahid Wahyudi mengatakan, ada temuan satu siswa SMA Negeri 22 Surabaya yang terjangkit Covid-19. Akibatnya, persekolahan di sana sempat berpindah secara online,tetapi cuma sehari. Rabu (19/1/2022), persekolahan kembali secara penuh, tetapi satu kelas yang salah satu siswanya terjangkit Covid-19 harus melaksanakan pembelajasan secara dalam jaringan.
”Hari ini persekolahan di SMA Negeri 22 Surabaya dilaksanakan secara daring karena temuan kasus itu,” kata Wahid. Setelah temuan kasus Covid-19 di sekolah itu, semua siswa yang satu kelas dengan pasien serta seluruh guru dan tenaga pendidikan menjalani tes usap dengan hasil negatif. Siswa yang terjangkit menjalani isolasi dengan pengawasan satgas.