Tinggalkan Kemasan, Biasakan Isi Ulang Produk Rumah Tangga
Berbelanja produk rumah tangga kini tidak perlu lagi menggunakan kemasannya. Produk-produk seperti sabun, minyak goreng, dan beras tanpa kemasan tersebut bisa didapatkan di toko curah yang keberadaannya kian diminati.
Oleh
FAJAR RAMADHAN
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Berbelanja produk rumah tangga kini tidak perlu lagi menggunakan kemasannya. Produk-produk seperti sabun, minyak goreng, dan beras tanpa kemasan tersebut bisa didapatkan di toko curah yang keberadaannya kian diminati.
Salah satu perintis toko curah tanpa kemasan di Indonesia adalah Saruga, yang didirikan pada akhir tahun 2018. Sang pemilik, Desiree Irawati, mendirikan Saruga untuk mengurangi timbunan sampah plastik yang kian meresahkan. Menurut dia, mengurangi sampah adalah pekerjaan rumah bersama, bukan hanya pemerintah.
Sambutan warga terhadap Saruga dinilai cukup positif mengingat saat itu belum banyak toko curah tanpa kemasan di Indonesia. Toko curah seperti Saruga ini menjual beberapa produk secara isi ulang. Konsumen hanya perlu datang ke toko sambil membawa wadah.
”Kalau kita lihat antusiasme warga, luar biasa. Bisa dilihat di Instagram, banyak yang menanyakan kapan Saruga buka di tempat mereka,” katanya dalam acara bincang-bincang ”Gaya Hidup Baru, Belanja Tanpa Kemasan” yang diselenggarakan oleh Tim Koordinasi Penanganan Sampah Laut di Jakarta, Kamis (22/4/2021).
Menurut Desiree, beberapa produk yang dijual di Saruga merupakan produk UMKM daerah. Beras Java Rice yang mereka pasarkan, misalnya, adalah hasil pengolahan dari Surakarta, Jawa Tengah.
Pada tahun 2019, bisnis yang dikembangkan Saruga dilirik oleh Unilever. Mereka tertarik untuk berinvestasi dengan menyediakan dispenser isi ulang di sana. Kesepakatan ini terjalin seusai Unilever memastikan keamanan produk Saruga memenuhi hasil pemeriksaan laboratorium mereka.
”Untuk pertama kalinya di dunia, Unilever punya refill kecap. Dan itu bersama kami,” tambah Desiree.
Menurut co-founder toko curah Bulksource, Putri Arif Febrila, toko curah tanpa kemasan ini juga tidak sulit untuk direplikasi. Putri dan kawan-kawannya, misalnya, hanya butuh waktu persiapan empat bulan untuk membuka salah satu toko mereka di Menteng, Jakarta Pusat.
”Model bisnis ini memang terbilang baru di Indonesia. Tapi, kalau di luar negeri sudah cukup banyak,” katanya.
Saat ini, Bulksource memiliki dua toko lain selain di Menteng. Dua toko tersebut berada di Kemang, Jakarta Selatan, dan Bintaro, Tangerang Selatan. Sementara dalam waktu dekat mereka akan kembali membuka cabang di BSD, Tangerang Selatan; Cipete, Jakarta Selatan; dan Jakarta Utara.
”Sama seperti produk, kami juga melakukan survei pengunjung sebelum membuka cabang baru. Inginnya mereka buka di mana,” katanya.
Putri mengungkapkan, saat pertama kali toko dibuka, kebanyakan pengunjung memang terlihat bingung. Tim harus disibukkan dengan pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh para pengunjung, khususnya mengenai cara berbelanja.
”Di sisi lain, kami juga menjelaskan kepada pengunjung alasan kenapa kami ada,” katanya.
Hampir 90 persen produk isi ulang yang dijual di Bulksource merupakan produk lokal. Putri memastikan semua produk yang dijual minim sampah, dapat digunakan berkali-kali, dan dapat didaur ulang.
Menurut dia, toko curah yang baik adalah yang menjual produk-produk lokal di sekitarnya. Untuk itu, Putri mendorong warga yang berminat membuka toko curah di daerah untuk menjual produk yang unik di sana.
”Bulk store itu dibangun untuk memenuhi kebutuhan para pembelinya. Idealnya, satu bulk store dengan bulk store lain produknya berbeda-beda supaya konsumen punya banyak pilihan,” ujarnya.
Produk tanpa kemasan kini juga tersedia dalam bentuk pesan antar, seperti yang dikembangkan perusahaan rintisan Siklus Refill. Mereka menjual produk isi ulang rumah tangga ke rumah-rumah warga menggunakan sepeda motor. Konsumen hanya perlu memesan lewat aplikasi dan Whatsapp untuk memanggil kurir Siklus Refill.
”Kami sekarang punya 20 outlet yang tersebar di Jabodetabek,” kata Head of Operations Siklus Refill Laksamana Sakti.
Siklus Refill saat ini sudah bekerja sama dengan sejumlah perusahaan untuk mendistribusikan produk tanpa kemasan mereka kepada konsumen. Sebut saja Wings, Nestle, dan P&G.
”Kami ambil dari bulk mereka dan didistribusikan kepada warga. Produk yang tidak laku terjual juga bisa dikembalikan kepada produsen,” katanya.
Director of Corporate Affair & Sustainability Unilever Indonesia Nurdiana Darus mengatakan tengah melirik toko-toko curah sebagai partner dalam mendistribusikan produknya. Salah satunya adalah Siklus Refill yang memiliki kemampuan menjangkau konsumen secara langsung.
”Kami terus mengeksplorasi model-model bisnis alternatif untuk menjangkau konsumen,” ujarnya.
Menurut dia, salah satu unsur penting dalam kampanye pengurangan sampah ini adalah konsumen. Tanpa adanya partisipasi dari para konsumen, tujuan ini akan sulit tercapai.
”Lebih banyak konsumen yang sadar tentang gaya berbelanja baru ini. Maka, banyak perusahaan yang akan tertarik bergabung,” katanya.
Direktur Pengelolaan Sampah Direktorat Jenderal Pengelolaan Sampah, Limbah, Bahan Beracun dan Berbahaya Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Novrizal Tahar menyebutkan, setidaknya ada 30 toko curah tanpa kemasan di Indonesia. Dia menganggap bisnis toko curah ini dibangun menggunakan idealisme.
”Saya rasa mereka setara dengan Elon Musk dari Tesla. Basis mereka adalah pembangunan berkelanjutan. Bagaimana membuat bumi ini lebih baik,” katanya.
Novrizal menilai para pemilik toko curah tanpa kemasan ini telah membentuk sebuah peradaban baru yang lebih hijau. Ia mengatakan, tidak ada gunanya ekonomi di dalam negeri tumbuh, tetapi lingkungan dipenuhi dengan sampah.