Cukupi Kebutuhan Air Minum untuk Jaga Imunitas Tubuh
Kebutuhan asupan air harian perlu dipenuhi untuk menjaga kesehatan. Hal ini penting untuk mengoptimalkan sistem kekebalan tubuh.
Oleh
SEKAR GANDHAWANGI
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Kurangnya konsumsi air minum bisa berdampak bagi kesehatan, seperti membebani kerja ginjal dan menghambat penyerapan nutrisi. Apabila dibiarkan, kurangnya asupan cairan bisa melemahkan imunitas tubuh.
Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKK UI) Ari Fahrial Syam, mengutip data Hydration for Health, pada Kamis (8/4/2021) mengatakan, rata-rata orang Indonesia meminum 2,7 liter air per hari. Asupan air minum orang Indonesia relatif lebih tinggi dibandingkan dengan negara lain, seperti Jepang (1,4 liter), China (1,3 liter), dan Inggris (2,3 liter).
”Sebanyak 80 persen cairan yang dikonsumsi adalah air putih. Walau demikian, satu dari empat orang dewasa di Indonesia masih kurang minum. Hal serupa terjadi pada satu dari lima anak Indonesia,” katanya dalam webinar World Kidney Day 2021: ”Healthy Hydration and Immunity”.
Ia merekomendasikan untuk minum 6-8 gelas air per hari atau setara dengan 1,5 liter air. Adapun Kementerian Kesehatan menyarankan orang mengonsumsi sekitar delapan gelas air berukuran 230 mililiter per hari atau 2 liter air.
Selain air putih, cairan bisa dikonsumsi dalam bentuk makanan, seperti semangka atau bayam. Selain itu, cairan bisa didapat dengan memakan jeli, sup, yoghurt, es loli, ataupun jus buah.
Kurangnya konsumsi air minum bisa berdampak bagi kesehatan, seperti membebani kerja ginjal dan menghambat penyerapan nutrisi.
Untuk orang yang tidak menyukai air putih, Ketua Indonesia Hydration Working Group (IHWG) Diana Sunardi menyarankan agar air dicampur dengan potongan buah untuk menambah rasa. Minuman berpemanis sebagai pengganti air putih tidak direkomendasikan karena menimbulkan risiko diabetes.
Pentingnya air
Kecukupan asupan cairan penting bagi tubuh. Cairan membantu mengatur suhu tubuh, melumasi sendi, membawa oksigen dan nutrisi ke sel tubuh, mencegah konstipasi, melarutkan vitamin dan mineral untuk diserap tubuh, serta mengurangi beban kerja ginjal dengan membuang zat sisa makanan, obat, dan racun.
Orang yang kekurangan cairan akan mengalami dampak jangka pendek, seperti menurunnya kemampuan kognitif dan perubahan suasana hati. Adapun dampak jangka panjanganya adalah penyakit ginjal kronis.
Satu dari empat orang dewasa di Indonesia masih kurang minum. Hal serupa terjadi pada satu dari lima anak Indonesia.
Ahli imunologi dari Universitas Indonesia, Sukamto Koesno, mengatakan, asupan cairan yang cukup dapat mengoptimalkan sistem kekebalan tubuh. Pertahanan tubuh bawaan mengandalkan cairan untuk melawan virus, kuman, dan jamur yang masuk ke tubuh. Cairan itu antara lain air mata dan mukus.
”Cairan itu bukan obat yang langsung mengobati penyakit. Namun, jika hidrasi tidak baik, respons imunitas tubuh pun tidak akan optimal,” kata Sukamto.
Menurut ahli nefrologi Universitas Indonesia, Pringgodigdo Nugroho, kekurangan asupan cairan berhubungan dengan meningkatnya risiko hipertensi, asam urat, dan penyakit ginjal kronis. Keseimbangan hormon pun dapat terganggu.
Adapun tanda tubuh kekurangan cairan adalah mulut kering, kulit kering, sakit kepala, rasa haus, frekuensi kencing yang sedikit, serta detak jantung yang lebih cepat dari biasanya.
Ari Fahrial menekankan pentingnya memenuhi kebutuhan air di masa pandemi. Sebab, berdasarkan laporan Impact of Coronavirus (Covid-19) Spread-prevention Actions on Urban Water Consumption, konsumsi air di masa pandemi Covid-19 menurun. Laporan itu ditulis berdasarkan studi di Brasil.
Menurut laporan itu, konsumsi air menurun di kawasan komersial (53 persen), industrial (42 persen), dan di area publik (30 persen). Sementara itu, konsumsi air di area permukiman naik 11 persen.