Presiden juga mengajak agar menjadikan peringatan Nyepi tahun ini sebagai momentum untuk introspeksi sekaligus menata kembali sikap dan perilaku diri dalam menjaga keharmonisan hubungan dengan alam, sesama, dan Pencipta
Oleh
FX LAKSANA AS
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS – Presiden Joko Widodo berharap agar perayaan Nyepi tahun ini memberikan vibrasi positif bagi bangsa Indonesia dalam mewujudkan kehidupan yang harmonis dan damai. Sejarah juga membuktikan bahwa toleransi sebagai salah satu prinsip membangun harmoni sudah menjadi sikap dan perilaku bangsa Indonesia sejak dulu kala.
”Dengan menjalankan rangkaian Nyepi ini, umat Hindu memberikan jeda waktu kepada alam semesta untuk menata kembali keseimbangannya, memuliakan alam, dan juga akan memuliakan harkat dan martabat kemanusiaan kita,” kata Presiden pada pesan yang disampaikan pada Dharma Santi Nasional Hari Suci Nyepi Tahun Saka 1943, Sabtu (27/03/2021).
Diharapkan peringatan Nyepi memberikan vibrasi positif bagi kehidupan bangsa Indonesia dalam mewujudkan kehidupan yang harmonis dan damai
Kepada umat Hindu di Tanah Air, Presiden juga mengajak agar menjadikan peringatan Nyepi tahun ini sebagai momentum untuk introspeksi sekaligus menata kembali sikap dan perilaku diri dalam menjaga keharmonisan hubungan dengan alam, sesama, dan Sang Pencipta. Hal ini diharapkan memberikan vibrasi positif bagi kehidupan bangsa Indonesia dalam mewujudkan kehidupan yang harmonis dan damai.
Dharma Santi Nasional Hari Suci Nyepi tahun ini mengusung tema, ”Kolaborasi Dalam Harmoni Menuju Indonesia Maju”. Acara yang digelar di salah satu hotel di Yogyakarta itu dihadiri sekitar 50 orang. Sementara ribuan peserta lainnya mengikuti secara virtual dari berbagai daerah.
Presiden yang mengikuti acara secara virtual juga mengangkat kehidupan beragama umat Hindu Tanah Air yang selalu menyatu dengan adat dan budaya bangsa. Umat Hindu Indonesia juga senantiasa menjaga warisan budaya bangsa dan menjaga mahakarya Nusantara yang tersebar di seluruh Indonesia.
Candi Prambanan dibangun berdampingan dengan Candi Sewu yang bercorak Budha. Ini mengajarkan kepada kita semua bahwa toleransi dan hidup rukun berdampingan antarumat beragama sudah dipraktekkan sejak dulu. Bhineka Tungal Ika merupakan DNA bangsa Indonesia (Presiden Jokowi)
Di Jawa, Presiden mencontohkan, bangsa Indonesia mempunyai banyak candi yang menyimpan sejarah dan nilai-nilai luhur. Salah satunya adalah Candi Prambanan yang sudah mendapat pengakuan dari Unesco sebagai situs warisan dunia. Candi Prambanan seperti halnya Candi Borobudur adalah mahakarya yang membuktikan kemampuan dan keunggulan bangsa Indonesia di masa lalu. Pada reliefnya, terukir pesan-pesan bermakna.
”Candi Prambanan dibangun berdampingan dengan Candi Sewu yang bercorak Budha. Ini mengajarkan kepada kita semua bahwa toleransi dan hidup rukun berdampingan antarumat beragama sudah dipraktekkan sejak dulu. Bhineka Tungal Ika merupakan DNA bangsa Indonesia,” kata Presiden.
Warisan bersejarah tersebut, Presiden melanjutkan, sangat potensial untuk dikembangkan dan dimanfaatkan guna kemajuan bangsa, sebagai sumber pembelajaran nilai-nilai luhur bangsa, dan untuk kemajuan riset dan ilmu pengetahuan. Warisan tersebut juga dapat dikembangkan dan dikemas secara profesional sebagai tujuan wisata bagi wisawatan domestik maupun manca agar lebih mengenal dan mencintai peningalan sejarah bangsa Indonesia.
”Dan tentunya akan berdampak pada kesejahteraan masyarakat, terutama masyarakat sekitar,” kata Presiden.
Guru Besar Universitas Hindu Negeri I Bagus Sugriwa Denpasar, I Nengah Duija, dalam dharma wacananya, menjelaskan, harmoni semesta akan tercipta ketika manusia mampu membebaskan diri dari semua kelekatan duniawinya. Kelekatan yang dimaksud antara lain adalah kepentingan, egoisme, kekuasan, dan nafsu. Dalam kondisi ini, manusia sudah mampu mengosongkan diri.
Tantangannya, manusia adalah makhluk yang sangat lekat dengan hal-hal duniawi alias material. Oleh karena itu, umat Hindu diberi kesempatan agar senantiasa melatih diri untuk bisa mendaki dari ruang material ke ruang kosong itu. Ini ditempuh antara lain melalui Nyepi.
”Manusia tidak bisa dipisahkan dari alam semesta, Sang Maha Pencipta. Di dalam kesadaran kosmik ini, kita mendaki dari suatu material menuju ruang kosong,” kata Nengah.
Ketika ruang kosong yang ada pada Brata Penyepian menyatu dengan ruang kosong yang abadi, Nengah melanjutkan, ini disebut harmoni semesta. Inilah yang menjadi tumpuan harapan umat Hindu. Melalui kosong itu, manusia kembali pada transformasi nilai kehidupan baru.
”Tubuh hanya bisa dibersihkan dengan air. Pikiran hanya bisa dibersihkan dengan pengetahuan. Roh hanya bisa dibersihkan dengan brata semadi. Artinya pada saat kita laksanakan upacara penyepian, semua proses ini sudah kita lakukan. Mudah-mudahan pada puncak perayaan Nyepi ini, bisa mencapai kosong kecil dan kosong besar, menyatu dalam harmoni semesta,” kata Nengah.
Persatuan dan kesatuan tersebut akan terwujud bila masyarakat menyadari adanya perbedaan dalam keimanan dan keyakinan yang hidup di Indonesia
Ketua Umum Pengurus Harian Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI) Pusat Wisnu Bawa Tenaya menyatakan, makna hari suci Nyepi adalah sebagai hari toleransi dan introspeksi atau hari mawas diri untuk mewujudkan persatuan dan kesatuan, serta kesejahteran dan keadilan dengan saling menghormati dan menghargai sesama umat ciptaan Tuhan Yang Maha Kuasa.
Persatuan dan kesatuan tersebut akan terwujud bila masyarakat menyadari adanya perbedaan dalam keimanan dan keyakinan yang hidup di Indonesia. Namun perbedaan itu bukanlah untuk dipertentangankan melainkan menjadi perekat persatan dan kesatuan bangsa.
”Toleransi akan tumbuh didasari cinta kasih. Tidak ada yang hebat di muka bumi. Maka hendaknya, kita saling mengisi, saling asah-asih, dan saling kolaborasi dalam harmoni menuju Indonesia maju,” kata Wisnu.
Menteri Agama, Yaqut Cholil Qoumas, menyatakan, umat Hindu Indonesia harus menjadikan Nyepi tahun ini sebagai momentum untuk introspeksi dan menata kembali sikap-sikap dalam menjaga harmoni dengan alam yang semakin terdegradasi. Di samping itu, Nyepi juga menjadi momentum untuk selalu berbakti kepada Tuhan sekaligus momentum untuk menjaga persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia yang majemuk.
”Sebagaimana sering saya sampaikan, agama harus menjadi inspirasi. Hindu yang mengajarkan ”aku adalah engkau” harus menjadi inspirasi kita semua untuk saling menghormati, saling rukun dan bertoleransi. Dengan inspirasi ajaran ini maka kita akan memperlakukan orang lain secara adil tanpa ada diskriminasi. Inilah peta jalan moderasi beragama dan akan menjadi acuan kehidapan bermasyarakat di seluruh Indonesia,” kata Yaqout.