Di masa pandemi Covid-19, banyak warga yang memilih olahraga sendiri di rumah atau lingkungan sekitarnya. Hal ini dilakukan agar terhindar dari penularan virus korona baru penyebab Covid-19.
Oleh
Joice Tauris Santi
·4 menit baca
Pandemi Covid-19 membuat banyak orang harus bersiasat untuk olahraga. Karena berolahraga bersama memiliki risiko terinfeksi virus korona baru, sebagian orang memilih berolahraga seorang diri di dalam rumah dan di lingkungan sekitarnya.
Sejak pandemi, Rilis Aprilia, warga Pondok Kacang Barat, Tangerang Selatan, Banten, memilih berolahraga di dalam rumah atau di kawasan perumahan sekitar rumahnya. Hampir setiap pagi dia rutin senam zumba dengan panduan dari video yang banyak tersedia di kanal Youtube.
”Untuk mendukung program diet, saya senam zumba, aerobik, atau naik sepeda statis, bergantung mood saja pengen olahraga apa. Lumayanlah meski berada di rumah tetap bisa membakar kalori. Program diet saya juga bisa berhasil,” kata Rilis saat diwawancara di rumahnya, Sabtu (13/3/2021).
Sebagai ibu rumah tangga, dia berolahraga seusai mendampingi anak mengikuti kegiatan pembelajaran jarak jauh (PJJ), menata rumah, dan memasak. ”Waktu yang paling pas biasanya sore hari, saat semua pekerjaan sudah beres. Cukup setengah jam atau kalau sedang rajin, ya, bisa satu jam. Untuk mencapai target mengikis lemak dan mengatur metabolisme tubuh kayaknya cukuplah segitu,” ujar Rilis.
Agar tidak bosan, Rilis memberikan jeda sejenak. Ia membuat jadwal sehari tanpa olahraga di rumahnya. Sebagai gantinya, dia bersama keluarganya keluar rumah untuk lari atau bersepeda di ruang terbuka dengan memperhatikan protokol kesehatan. Biasanya, dia memilih area di sekitar BSD Serpong atau kawasan Jalan Boulevard Bintaro Jaya yang memungkinkan dia bisa menjaga jarak dengan orang lain.
Hal yang sama dilakukan Sudiana (48), warga Karangsatria, Kabupaten Bekasi, Jawa Barat. Sebelum pandemi, ia rutin berolahraga renang, jalan santai, dan bersepeda masing-masing satu kali setiap pekan bersama teman-temannya.
Nah, selama pandemi saya enggak berani olahraga bareng di luar rumah. Takut kena korona.
”Nah, selama pandemi saya enggak berani olahraga bareng di luar rumah. Takut kena korona. Sebagai gantinya, saya senam jadul (zaman dulu) dengan keluarga di rumah,” katanya.
Yang ia maksud dengan senam jadul adalah senam kesegaran jasmani (SKJ) yang popular pada era 1980-an. Musik dan gerakannya ia ikuti dari beberapa akun di kanal Youtube. ”Sembari olahraga, saya bernostalgia. Dulu waktu SD, setiap Jumat pagi di sekolah-sekolah wajib SKJ,” ujar Sudiana yang sangat menyukai SKJ versi 1984.
Jalan santai
Jika Rilis dan Sudiana memilih senam, Novita Saragi, warga BSD, memilih olahraga jalan santai pada pagi hari di sekitar rumahnya. Ia melakukannya setidaknya empat kali seminggu.
”Saya awalnya pergi ke fitness center, tapi lama-kelamaan malas,” kata Novita. Selain itu, di masa pandemi, berolahraga di pusat kebugaran juga tidak bisa seperti biasanya.
Sebagai gantinya, dia berkeliling di sekitar perumahannya. ”Waktunya fleksibel, saya bisa atur sendiri mau berapa kali keliling, mau berapa lama. Saya mendapatkan sinar matahari pagi, badan bugar, juga bersosialisasi dengan tetangga,” ujar Novita.
Kompleks perumahan tempat tinggal Novita sangat rindang, banyak ruang terbuka, dan jalan lebar sehingga sangat memadai untuk dipakai sebagai tempat olahraga jalan atau lari. Ia rutin berolahraga sebelum pandemi. Kebiasaan baik ini ia lanjutkan selama pandemi.
Hanya saja, Novita tetap melaksanakan olahraga sesuai dengan protokol kesehatan. Ia selalu berjalan kaki atau berlari dengan masker, bahkan terkadang pelindung wajah (face shield). Ia juga menjaga jarak dengan pejalan kaki atau pelari lainnya.
Tips olahraga di rumah
Andriyanto, pelatih dan konsultan lari bersertifikat, memberikan beberapa tips agar olahraga di seputar rumah tetap aman dan nyaman walau dilakukan di masa pandemi Covid-19. ”Usahakan olahraga sendiri. Apabila ingin mengajak orang lain (berolahraga), sebaiknya orang serumah yang kita ketahui kehidupan dan kebiasaannya sehari-hari. Hal ini untuk mengurangi risiko penularan Covid-19,” ujarnya.
Selain itu, olahraga di seputar rumah sebaiknya dilakukan pada pagi hari ketika situasi masih sepi sehingga potensi bertemu dengan keramaian berkurang. Ia menyarankan agar menggunakan pakaian olahraga dan sepatu yang nyaman untuk berolahraga. ”Jangan jalan atau lari tanpa alas kaki karena berisiko terkena benda tajam yang bisa melukai kaki,” katanya.
Olahraga jalan santai, menurut Andriyanto, dapat dilakukan 3-6 kali dalam satu pekan selama 30-60 menit. ”Selalu gunakan masker jika Anda berolahraga ringan di luar rumah. Jika bobot olahraga sudah mulai moderate to high effort, seperti jalan cepat, berlari, atau bersepeda agak cepat, masker bisa dibuka atau diturunkan dengan syarat kondisi lingkungan sepi,” tuturnya.
Nah, banyak orang berolahraga sendiri di luar rumah dengan menggunakan masker dan menjaga jarak agar terhindar dari risiko penularan Covid-19. Namun, setelah selesai olahraga, mereka malah tergoda nongkrong di warung dan sarapan bersama orang lain yang tidak tinggal serumah. ”Saya sering lihat pemandangan seperti itu. Waktu olahraga disiplin mengikuti protokol kesehatan, selesai olahraga lupa,” kata Sudiana.
Ia pun mengaku beberapa kali tergoda mampir di warung nasi uduk untuk sarapan setelah jalan santai di sekitar kompleks perumahannya. ”Tapi, saya bisa melewati godaan itu. Saya tetap beli makanan di warung itu dan membawanya untuk dimakan di rumah,” ucapnya. (BSW/SIE)