Tahun Baru di Rumah Saja, Kluster Keluarga Perlu Diantisipasi
Pengendalian penularan infeksi Covid-19 selama libur pergantian tahun tidak boleh hanya berhenti pada pencegahan kerumunan di ruang publik. Risiko munculnya kluster keluarga juga perlu diantisipasi.
Oleh
ERIKA KURNIA
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Pengendalian penularan infeksi Covid-19 selama libur pergantian tahun tidak boleh hanya berhenti pada pencegahan kerumunan di ruang publik. Risiko munculnya kluster keluarga selama masyarakat di rumah saja juga tetap perlu diantisipasi.
Ketua Satuan Tugas Ikatan Dokter Indonesia (IDI) untuk Covid-19 Zubairi Djoerban mencatat, rasio kasus positif Covid-19 yang sudah lebih dari 20 persen dalam kurun waktu sepekan terakhir terbilang tinggi.
Rasio ini didapatkan dari ditemukannya tambahan 6.528 kasus pada Minggu (27/12/2020) dengan jumlah pemeriksaan 29.425 orang. Dengan demikian, setidaknya dari 5 orang yang diperiksa ada 1 yang positif.
”Perjalanan kita masih panjang, risiko penularan masih tinggi, dan sekarang lebih berisiko dari bulan-bulan sebelumnya,” ujarnya kepada Kompas.
Oleh karena itu, berbagai upaya untuk menekan peningkatan kasus perlu dilakukan baik oleh pemerintah dan masyarakat. Salah satu yang jadi perhatian saat ini adalah pengendalian kerumunan di masa Natal dan pergantian tahun.
Dalam hal ini, baik pemerintah pusat maupun daerah, telah membuat kebijakan pembatasan mobilitas dan pencegahan kerumunan dari kegiatan wisata hingga perayaan Tahun Baru. Di sisi lain, ruang gerak warga yang dipersempit juga tetap harus jadi perhatian karena bisa meningkatkan kasus kluster keluarga.
”Keluarga kita yang terdekat pun masih bisa membawa virus. Kalau tanpa gejala, bisa menularkan ke orangtua atau anak cucu. Kluster keluarga kita banyak karena banyak orang begitu bertemu adik, anak, tante, atau keluarga dekat lainnya merasa protokol kesehatan tidak berlaku,” ujarnya.
Batasi tamu
Bagi sebagian warga yang menyadari betul risiko penularan Covid-19, libur pergantian tahun ini tidak hanya membuat mereka memilih mengurangi aktivitas di luar rumah, tetapi juga membatasi kesempatan kerabat jauh dan dekat untuk berkunjung ke rumah.
Suparti (63), warga Kelurahan Ciracas, Jakarta Timur, yang tinggal dengan suami dan anak, mengaku menutup rapat rumah mereka dari kunjungan keluarga terdekatnya. Status zona merah yang baru-baru ini kembali melekat di daerah tempat tinggal mereka jadi kekhawatiran bagi dirinya dan suami yang terbilang kelompok rentan karena memiliki penyakit komorbid.
”Enggak cuma malam Tahun Baru, setiap akhir pekan cucu-cucu dan menantu saya biasanya suka menginap di sini. Cuma kali ini saya larang dulu mereka main ke sini. Apalagi kemarin masih ada warga yang harus dikarantina karena positif (Covid-19),” katanya.
Warga Kelurahan Kramat Jati, Jakarta Timur, Irawan (42), juga mengaku akan membatasi kunjungan tamu selama libur Tahun Baru. Status zona merah yang juga ditetapkan di beberapa RW di kelurahan tempatnya tinggal membuat ketua RT di lingkungannya membuat aturan khusus di hari pergantian tahun.
”Kemarin dapat info kalau mau kedatangan tamu, warga harus lapor siapa saja yang datang, terus catat nomor telepon dan KTP-nya. Walaupun enggak ada sanksinya, kalau enggak lapor, pasti ketahuan karena lingkungan RT ini kecil banget. Ribet juga jadinya,” ujarnya.
Pekerja swasta itu mengaku sulit menolak tamu, terutama keluarga atau kenalan dekat. Namun, ia menyadari memang diperlukan pengetatan untuk mengantisipasi penularan Covid-19 di lingkungannya.
Berdasarkan data Dinas Kesehatan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta pada 7-13 Desember 2020, kluster keluarga menyumbang penambahan 3.821 kasus di Jakarta. Sementara 313 kasus berasal dari kluster perkantoran.
Pada Rabu (30/12/2020), tercatat ada 2.053 kasus baru Covid-19 di Jakarta. Jumlah kasus tersebut didapat dari hasil pemeriksaan tes usap PCR terhadap 12.951 orang.
Menahan diri
Ketua Umum Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia (IAKMI) Ede Surya Darmawan mengingatkan agar masyarakat bisa tetap saling menjaga, khususnya selama momen pergantian tahun ini. Membatasi mobilitas dan pertemuan dengan orang lain akan melindungi diri sendiri dan keluarga.
Mencegah diri dari penularan Covid-19 bisa secara langsung mengurangi beban tenaga kesehatan, yang masih berjuang menangani pandemi. Demikian juga beban pemerintah yang kini terus berjibaku membuat kebijakan untuk menangani dampak pandemi terhadap ekonomi dan kesehatan.
”Kalau kita bisa menahan diri, setidaknya saat ini, di 2021 kita tentu mengharapkan situasi ekonomi bisa menggeliat lagi. Ini special new year for us, kita harus jalani ujian ini agar bisa lulus dan tidak mengulangi kesalahan sama di 2020,” tuturnya.