Pilih Produk Hewani yang Aman dan Sehat untuk Perangi Covid-19
Di masa pandemi Covid-19, asupan protein hewani sangat dibutuhkan bagi tubuh. Sebab, protein hewani menjadi salah satu unsur yang membentuk daya tahan tubuh manusia. Namun, hati-hati dalam memilih produk protein hewani.
Oleh
Fajar Ramadhan
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Mengonsumsi produk protein hewani diyakini dapat memperkuat tubuh dalam menangkal Covid-19. Namun, alih-alih membentuk daya tahan tubuh, produk hewani yang tidak aman dan sehat justru dapat membahayakan tubuh.
Ketua Asosiasi Kesehatan Masyarakat Veteriner Indonesia (Askesmaveti) Sri Hartati mengatakan, pada masa pandemi Covid-19 ini, asupan protein hewani sangat dibutuhkan bagi tubuh. Sebab, protein hewani menjadi salah satu unsur yang membentuk daya tahan tubuh manusia.
Selain itu, protein hewani juga dapat berfungsi sebagai sumber energi, membangun dan memperbaiki jaringan tubuh, serta membentuk enzim dan hormon. Sebab di dalam protein hewani terkandung asam amino, asam lemak, omega 3, zat besi, hingga vitamin D.
”Jenis-jenis produk pangan asal hewan yang populer adalah daging, telur, susu dan olahannya,” katanya dalam webinar ”Konsumsi Produk Pangan asal Hewan yang Asuh Menjaga Imunitas Keluarga di Masa Pandemi Covid-19” yang diadakan Dinas Ketahanan Pangan Kelautan dan Pertanian (KPKP) DKI Jakarta, Selasa (29/12/2020).
Meskipun begitu, Sri mengingatkan agar produk pangan hewani tersebut harus memenuhi kriteria aman, sehat, utuh, dan halal (asuh). Aman artinya tidak mengandung bahan berbahaya, sedangkan sehat berarti memiliki nutrisi yang seimbang.
”Utuh artinya tidak bercampur dengan bagian lain dari hewan. Halal artinya tindakan pada hewan tersebut memenuhi syariat Islam,” katanya.
Dalam hal ini, Sri membagikan beberapa tips pemilihan produk hewani yang memenuhi kriteria asuh. Untuk produk daging misalnya, Sri menyarankan agar membeli di kios-kios yang mendapat izin resmi dan terdaftar agar mendapatkan daging yang asuh.
Selain itu, pastikan sanitasi lingkungan sekitar terjamin kebersihannya. Daging sapi yang masih segar akan berwarna merah, sedangkan daging ayam berwarna putih kemerahan dan cerah. Biasanya permukaan daging yang masih segar cenderung lembab dan bersih.
”Daging glonggongan biasanya berwarna pucat, tekstur lembek, dan berair serta bau busuk. Biasanya tidak akan digantung karena cairannya akan menetes,” katanya.
Waspadai juga daging tiren, daging disuntik, atau daging berformalin. Daging tiren biasanya mudah dikenali dari warnanya yang kehitam-hitaman. Sementara daging yang disuntik biasanya kulitnya terlihat meregang.
Daging berformalin biasanya kulitnya cenderung kaku. Jika dicubit juga akan sulit kembali ke bentuk semula. ”Bau daging berformalin juga tidak amis dan lebih bersih. Makanya, kita harus hati-hati,” lanjut Sri.
Idealnya, kualitas daging hewan yang dijual dalam bentuk produk dingin atau beku lebih baik ketimbang produk segar. Sebab, dengan suhu minus 20 derajat celsius hingga minus 12 derajat celsius, bakteri pada daging tersebut akan mati.
”Sebaiknya daging dicuci dan disimpan di lemari es jika belum akan dimasak,” katanya.
Daging glonggongan biasanya berwarna pucat, tekstur lembek dan berair, serta bau busuk. Biasanya tidak akan digantung karena cairannya akan menetes
Untuk produk telur, pastikan yang dibeli adalah telur dari unggas yang sehat. Sebisa mungkin telur tersebut permukaannya halus, mengilap, tidak ada kotoran dan tidak retak. Sebab, telur yang retak dapat memengaruhi kualitas telur yang lain.
”Telur akan mengalami kerusakan jika disimpan terlalu lama. Dalam suhu ruangan, baiknya disimpan maksimal selama 15 hari dan 30 hari dalam lemari pendingin,” katanya.
Untuk produk susu, Sri menjelaskan ada jenis-jenis yang dapat disimpan pada suhu kamar. Misalnya susu steril, susu evaporasi, susu UHT, dan susu bubuk. Sementara susu yang hanya dapat disimpan pada lemari pendingin adalah susu pasteurisasi dan susu extended shelf-life (ESL).
”Jenis-jenis susu ini biasanya tercantum pada kemasan. Susu yang tidak bisa disimpan di lemari pendingin harus dihabiskan sekali tegak. Susu yang tidak enak akan berasa pahit dan asam,” ujar Sri.
Menurut Direktur Southeast Asian Food and Agricultural Science dan Technology (Seafast) IPB University Nuri Andarwulan, setidaknya ada empat hal yang harus diperhatikan untuk menjaga keamanan pangan selama pandemi Covid-19. Keempat tips tersebut ialah bersihkan, pisahkan, masak, dan dinginkan (Kompas, 17/6/2020).
Produk-produk protein hewani ini merupakan makanan yang mudah rusak. Jika makanan tersebut rusak, artinya nutrisi yang terkandung di dalamnya akan berkurang bahkan hilang.
Bersihkan artinya sebelum menyantap makanan, tangan harus dibersihkan dengan sabun atau hand sanitizer. Baru setelah itu, kebersihan makanan yang harus dijaga. Makanan segar yang baru dibeli wajib dibersihkan dengan cara dicuci terlebih dahulu.
”Kita tidak pernah tahu apakah ada droplet yang menempel pada makanan tersebut,” katanya.
Direktur Kesehatan Masyarakat Veteriner Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian Syamsul Maarif mengingatkan, produk-produk protein hewani ini merupakan makanan yang mudah rusak. Jika makanan tersebut rusak, artinya nutrisi yang terkandung di dalamnya akan berkurang bahkan hilang.
”Daging sangat mudah tercemar sehingga dapat membahayakan tubuh. Dari hasil kajian, ibu-ibu belum banyak memperhatikan keamanan pangan,” katanya.
Wakil Ketua I Tim Penggerak PKK DKI Jakarta Ellisa Sumarlin mengatakan, di masa pandemi Covid-19 ini, peran ibu dalam menjaga ketahanan keluarga sangat krusial. Untuk itu, dia mendorong ibu-ibu agar dapat memilih produk protein hewani yang sehat dan aman bagi keluarga.
”Apalagi selama pandemi, suami dan anak lebih sering berada di rumah,” ujarnya.