Lonjakan kasus Covid-19 setelah liburan panjang membuat sebagian warga berpikir dua kali untuk berlibur di akhir tahun 2020 ini.
Oleh
FRANSISKUS WISNU WARDHANA DANY
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Liburan akhir tahun bersama keluarga di rumah menjadi pilihan terbaik sebagian warga karena lonjakan kasus Covid-19. Kalaupun berlibur, mereka memilih menghindari keramaian guna meminimalkan risiko paparan virus SARS-CoV-2.
Libur panjang akhir tahun akan berlangsung 24 Desember hingga 1 Januari 2021. Tanggal 24 Desember merupakan cuti bersama Natal, sedangkan 28-31 Desember merupakan cuti bersama Idul Fitri lalu yang digeser ke akhir tahun karena pandemi Covid-19.
Tya Tutu, karyawan swasta di Jakarta Selatan, sejak jauh hari sudah membeli tiket promo terbang di dalam negeri dari salah satu maskapai penerbangan. Tiket itu berlaku hingga April 2021. Pekan depan dia akan melancong ke Bali untuk bertemu seorang kenalan sekaligus mengisi waktu bekerja di rumah sembari liburan.
”Kami ada keperluan, mau menjenguk teman sekalian work from home di kawasan pinggir pantai,” ujar Tya, Sabtu (28/11/2020).
Tya sadar potensi penularan virus korona jenis baru masih tinggi. Karena itu, tempat yang sepi dan ruang terbuka menjadi pilihannya selama berada di Bali. Apalagi selama di Jakarta sebagian besar aktivitasnya berlangsung di tempat indekos sehingga jarang berinteraksi dengan orang lain. ”Cuma masuk kantor dua minggu sekali. Jadi, jarang banget kontak dengan orang lain. Waswas kalau ada di keramaian,” katanya.
Lonjakan kasus pun membuat warga mengatur kembali rencana liburan di akhir tahun. Berta Yawan (28), aparatur sipil negara di Raja Ampat, Sorong, Papua Barat, salah satunya. Rencana liburan sekeluarga ke Manado, Sulawesi Utara dan Solo, Jawa Tengah, di akhir tahun kemungkinan besar batal.
”Kami merencanakan liburan sebelum pandemi. Berhubung ada pandemi dan kasus positif naik, belum tahu apakah jadi berlibur atau tidak,” ujar Berta. Suaminya masih menimbang pilihan lain untuk liburan di akhir tahun. Pilihan itu, antara lain, di rumah saja atau mengunjungi tempat wisata lokal.
Sama halnya dengan Fredriek Radja (25) di Kota Kupang, Nusa Tenggara Timur. Kasus positif yang telah menyebar di 40 kelurahan dari 51 kelurahan di sana membuat di rumah saja jadi pilihan terbaik.
”Hanya di rumah saja karena korona. Kami doa bersama keluarga dan makan sederhana,” ucap Fredriek. Kegiatan jemaah gereja pun ditiadakan untuk mencegah keramaian. Ibadah tatap muka akan beralih ke siaran langsung sehingga bisa berjalan dari rumah masing-masing.
Saat ini total ada 522.581 kasus Covid-19 di Tanah Air dengan 16.521 orang meninggal. Juru bicara Satgas Penanganan Covid-19, Wiku Adisasmito, menyatakan, penambahan kasus selama beberapa hari terakhir ini menjadi alarm atau peringatan. ”Kasus positif dapat terus bertambah jika tidak ada langkah serius dari masyarakat dan pemerintah daerah dalam mencegah penularan,” katanya.
Penambahan kasus positif ini, menurut Wiku, disebabkan masih terjadi penularan di masyarakat. Oleh karena itu, ia meminta masyarakat untuk disiplin menjalankan protokol kesehatan 3M, yaitu memakai masker, menjaga jarak, dan mencuci tangan.
Dalam rapat terbatas membahas laporan Komite Penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi, di Jakarta, Senin (23/11/2020), Presiden Joko Widodo meminta cuti bersama pada akhir tahun ini dikurangi. Terkait permintaan itu, Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (PMK) Muhadjir Effendy akan segera menggelar rapat koordinasi.
Ikatan Dokter Indonesia, beberapa waktu lalu, juga mengusulkan agar pemerintah mengkaji ulang kebijakan cuti bersama akhir tahun. Bahkan, jika memungkinkan, kebijakan tersebut dibatalkan. Usulan itu muncul karena jumlah kasus baru Covid-19 selalu meningkat setelah libur panjang, seperti terlihat pada Agustus dan Oktober (Kompas, 17/11/2020).